36.

461 27 3
                                    

Suara nyaring dari alarm yang saling bersahutan memenuhi ruang kamar Dantae. Matahari masih muncul dengan malu-malu dari balik tirai. Orang yang pertama terbangun adalah Suryeon. Dia mendengar alarm dari handphonenya dan juga handphone lain berbunyi.

Suryeon masih mengumpulkan kesadarannya. Pandangannya masih sedikit kabur hingga akhirnya dia melihat leher seseorang. Suryeon langsung sadar sepenuhnya. Bukannya langsung menjauh Suryeon malah mengamati bagaimana keadaanya saat ini.

Tangannya yang entah bagaimana ada di pundak Dantae. Tangan Dantae yang masih memeluk pinggangnya. Semalaman Suryeon juga membalas pelukan Dantae.

"Huwaaa!!" teriak Suryeon terkejut dengan kenyataan yang harus ia terima.

"Ba-bagaimana bisa aku memeluknya sesantai itu?"

Suryeon bergidik geli kemudian beranjak dari kasur dan mematikan alarm. Setelahnya kembali lagi ke kasur untuk membangunkan Dantae.

"Oppa, alarm mu sudah berbunyi. Bukannya kau harus bangun?"

"Lima belas menit lagi saja. Aku memang menyetelnya lebih awal lima belas menit."

Dantae menarik Suryeon untuk tidur kembali. Tapi Suryeon  yang sudah merasa sangat sadar dan sangat segar menolak.

"Aku tidak menyetel alarmku lebih awal lima belas menit. Aku akan kembali membangunkan oppa setelah lima belas menit."

Dantae yang memang masih mengantuk, membiarkan Suryeon untuk keluar dari kamarnya. Beberapa menit berlalu, Dantae akhirnya terbangun sendiri tanpa alarm dan tanpa Suryeon.

Dia menggosok matanya, "Apa belum lima belas menit?"

Dantae menyalakan layar handphonya. Sudah dua puluh menit dan Suryeon tidak kunjung datang. Mendadak pikiran negatifnya kembali datang. Dantae melompat turun dari ranjang dan berjalan cepat mengecek kamar Suryeon. Tapi Suryeon tidak ada di sini.

"Tidak. Tidak. Dia tidak boleh pergi," kata Dantae cemas setelah mengetahui kalau di lantai dua tidak ada tanda-tanda kehidupan.

Buru-buru Dantae turun ke bawah dan menemukan Suryeon yang sedang memasak di dapur. Sepertinya Suryeon belum menyadari kehadiran Dantae di sana.

"Aku hampir terkena serangan jantung."

Dantae mengelus dadanya sendiri untuk menetralkan nafasnya. Kemudian dia mendekat dengan diam-diam lalu memeluk Suryeon dari belakang.

"Oppa! Aku hampir menumpahkan dagingnya," protes Suryeon dengan tindakan tiba-tiba dari Dantae.

"Kenapa tidak membangunkanku?" tanya Dantae dengan nada yang berat dan seksi.

Dantae mulai menghirup wangi tubuh Suryeon. Leher putihnya yang sedikit terbuka memberi ruang untuk Dantae terus maju dan mengecupnya.

"A-aah, maaf oppa. Aku kelupaan lagi. Tadi bibi Yang izin pergi karena suaminya terkunci di rumah, jadi aku membuatkan sarapan. Katanya bibi Yang lupa kalau suaminya masih tertidur dan dia langsung pergi begitu saja setelah mengunci pintu rumahnya dari luar. Lucu sekali bibi Yang itu," jelas Suryeon sembali mereka ulang bagaimana paniknya bibi Yang saat tahu kalau sang suami akan terlambat bekerja karena kecerobohannya di pagi hari.

"Menurutku lebih lucu kalau kita yang terkunci di kamar semalaman."

Baik Dantae maupun Suryeon langsung membeku. Dantae kembali mengingat khayalan gilanya kemarin malam. Sehabis ini dia benar-benar harus menjauh dari kata kunci. Bisa-bisa pikirannya akan semakin liar tiap hari.

Suryeon menjadi panas dingin. Terutama karena bibir Dantae masih menempel di lehernya. Terdiam ya terdiam. Tapi kenapa harus saat posisinya seperti ini.

Love Disorder ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang