27.

435 27 4
                                    

"Bagaimana? Sudah ada kemajuan dengan kasus Park Sungjae?"

Hyun Woo mengeringkan rambutnya yang masih basah karena baru saja dikeramas setelah dua hari dia tidak sempat membersihkan diri. Bahkan dia tidak ingat kapan terakhir kalinya dia menyapa bantal kesayangannya.

"Masih belum ada, rangka yang kita temukan kemarin juga masih sulit untuk diidentifikasi. Sejauh ini yang kita tahu adalah bahwa dia seorang pria," jelas salah satu rekan tim sekaligus partnernya, Lee Jae Han.

"Bagaimana dengan rekaman CCTV di rumah abu itu?"

Jae Han mengambil laptopnya lalu memutar sebuah video.

"Kami berhasil menemukan rekamannya, hanya saja jejak si pelaku tidak terlihat jelas di sini. Pelaku tidak masuk ke dalam area di mana kamera menyorotnya."

Hyun Woo meninju meja dengan kesal. Dia memutar otaknya dan mencoba mengingat kembali hari saat Sungjae ditusuk. Beberapa mobil terparkir di sana, ada sesuatu yang bisa mereka lakukan dengan itu.

"Minta catatan mobil yang keluar masuk area pada hari itu. Lihat apakah mereka memiliki kamera pada mobilnya lalu cek."

"Nee, team jangnim," Jae Han segera mengambil jaket dan notesnya lalu berlari keluar.

Hyun Woo menulis beberapa hal lagi di papan besar. Gambar Park Sungjae ia letakkan di bagan korban, bersama dengan Kim Min Ho dan satu jasad yang belum bisa diidentifikasi. Bagan tersangka, Hyun Woo meletakkan, Joo Dantae. Pada bagian barang-barang bukti, Hyun Woo memasukkan foto jam, bukti luka tusuk pada Sungjae.

Terakhir, pada bagian Tempat Kejadian Perkara, Hyun Woo menaruh foto gudang dan foto tempat penyimpanan abu.

"Sesuatu pasti terlewat."

Hyun Woo seperti sedang memindai seluruh papan. Hati kecilnya terus-terusan mendesak bahwa Dantae harus segera mendapat surat perintah penangkapan. Padahal Hyun Woo sendiri tidak menemukan bukti konkret yang menunjukkan bahwa Dantae lah yang menikam Sungjae, hanya sebuah jam tangan. Karena kurangnya bukti itu membuat para anggota kepolisian sulit bergerak.

"Ada yang tidak beres dengan gudang ini. Sesuatu pasti terjadi dua puluh tahun lalu. Korban Kim Min Ho, wakil ketua kelas, bersekolah di Cheong Ah. Berteman dan satu angkatan dengan Shim Suryeon," kata Hyun Woo sambil menempel foto Ji Ah dalam bagan saksi.

"Park Sungjae bilang bahwa dia, Shim Suryeon, dan Joo Dantae berteman. Kemungkinan besar mereka terlibat cinta segitiga. Dantae memiliki sifat pemarah dan cemburu."

"Apa dia membunuh Min Ho karena dia dekat dengan Suryeon? Seorang anak tiga belas tahun membunuh? Hyun Woo sadarkan dirimu! Mana mungkin anak kecil bisa membunuh!" Hyun Woo menepuk-nepuk pipinya agar sadar.

"Oke, pertama. Aku akan cari tahu sebenarnya jam ini berasal dari mana. Kedua, aku akan segera mencari tahu tentang gudang ini."

Hyun Woo mengambil beberapa gambar dan catatan-catatan lalu merampas jaketnya dengan cepat dan bergegas pergi menemui para pembuat jam. Baik mulai dari brand termahal, hingga orang-orang yang menjualnya di toko biasa maupun di pasar.

***

"Joo sajangnim, jangan lupakan meeting hari ini!"

Jun Sang berteriak dari telepon. Hari senin memang selalu menjadi hari paling sibuk bagi perusahaan JK Holding. Sampai-sampai untuk berjalan ke ruangan Dantae saja harus Jun Sang batalkan. Alasannya karena beragam laporan keuangan, laporan penghasilan, laporan pembayaran, gaji yang harus di bayar, cara promosi iklan harus segera mereka urus.

Hingga di akhir tahun nanti semua pegawai bisa tenang menikmati liburannya. Ini semua sudah mereka lakukan sejak Flower Field berdiri. Dantae menyebutnya dengan istilah tutup buku, dia akan menghitung untung rugi perusahaannya, dia sendiri akan turun tangan untuk melihat apakah ada pekerjaan yang menerima uang kotor, semacam suap ataupun mengurangi persentase keuangan demi kepentingan pribadi.

Love Disorder ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang