58.

329 22 6
                                    

Bukti-bukti kuat penting seperti pisau masih tidak ditemukan. Sudah dua puluh empat jam semenjak Jong Il masuk dalam penjara, tapi kepolisian masih belum mendapatkan informasi lebih lanjut. Hyun Woo yang geram karena bukti-bukti itu tidak ada, mendatangi sendiri penjara di mana Jong Il ditahan.

"Selamat siang, team jangnim, ada apa tiba-tiba kau mau mengunjungiku ke sini?"

"Di mana kau menyembunyikan semuanya?"

Jong Il menatap Hyun Woo tanpa berbicara. Untung ada kaca yang memisahkan mereka, kalau tidak, Hyun Woo bisa saja mencekik Jong Il karena tatapannya yang sangat menjengkelkan.

"Haaahh!" Jong Il membuang nafas dengan kasar.

"Asal kau mengijinkanku melakukan satu panggilan telepon, akan aku beritahu semuanya."

Hyun Woo melakukan kontak mata dengan sipir itu. Mendapatkan izin, Hyun Woo mengeluarkan telepon milik Baek Jong Il.

"Sebutkan nomornya. Akan aku cari."

"Cari saja seseorang bernama Shim Suryeon."

Untuk apa Jong Il menghubungi Suryeon? Tidakkah dia harus menelepon asisten atau anaknya?, pikir Hyun Woo.

"Selamat sore, Shim Suryeon-ssi."

"Sore, Baek daepyonim. Ada apa meneleponku? Aku pikir kita sudah sepakat untuk membatalkan kontrak."

"Aku tahu kontrak kita batal. Tapi ada dua kontrak lain yang harus kau tahu."

Suryeon tidak memberi balasan apa pun di seberang telepon.

"Lebih tepatnya perjanjian antara Joo Dantae dan Baek Jong Il. Aku sudah memberinya peringatan pertama tapi dia tidak mendengarkan. Sekarang aku berakhir di penjara. Setelah aku membocorkan perjanjian itu, dia juga akan ikut ke dalam sini."

Dantae berjalan mendekati Suryeon dengan langkah geram. Langsung saja telepon Suryeon direbut oleh Dantae.

"Kamu siapa? Kau siapa, berengsek!" Dantae berteriak keras tapi tidak ada yang menjawabnya. Saat dilihat, dambungan telepon ternyata sudah diputus. Nama Baek Jonh Il daepyonim tertera di layar.

Dantae melempar telepon ke atas meja, kedua tangannya meraih pundak Suryeon.

"Kenapa si berengsek ini bersikeras menekan kontrak? Apa dia berjanji akan memberi investasi besar? Kalau iya, aku bisa memberi investasi lima kali lipat lebih besar darinya."

Suryeon masih bingung dan terkejut dengan perkataan Baek Jong Il barusan.

"Dia bilang akan membocorkan perjanjianmu. Perjanjian apa yang dimaksud Baek Jong Il, oppa?" Suryeon memutuskan untuk bertanya.

"Apa?" Genggaman Dantae pada pundak Suryeon melemah.

"Perjanjian apa yang dimaksud itu oppa?"

"Eoh, kalian pulang cepat? Bibi siapkan makanan untuk kalian, sudah ada di meja makan ya."

Dantae dan Suryeon langsung melihat ke atas meja makanan yang sudah penuh dengan berbagai macam lauk.

"Terima kasih bibi Yang," seru Dantae dan Suryeon.

"Kalau begitu, bibi pamit pulang."

"Aku antarkan ke depan."

Suryeon pergi sebentar untuk mengantar bibi Yang. Dantae bisa bernafas lega. Sekarang dia masih bisa menghindar dari pertanyaan Suryeon. Ingat kalau pekerjaannya menjadi menumpuk sejak Jun Sang diliburkan, Dantae meninggalkan meja makan dan pergi ke ruang kerjanya.

"Eoh, oppa di mana?" Suryeon mencari-cari dan akhirnya menemukan Dantae yang duduk di sofa ruang kerjanya sambil mengecek beberapa berkas.

"Oppa, kau tidak makan?"

Love Disorder ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang