Dantae cukup kecewa. Tapi mengingat sesuatu saat kemarin mengambil cincin. Ah iya, selain berhenti untuk membeli bunga dan wine, Dantae juga menyempatkan diri untuk mengambil cincin pertunangan untuk Suryeon. Dan mendapat informasi bahwa satu minggu lagi cincin pernikahan mereka sudah siap diambil.
Betapa bagusnya kabar itu, bukan? Waktu satu minggu itu cukup untuk mengganti seluruh bunga di Flower Field, menyiapkan pertunangan yang lebih layak untuk Suryeon. Ya Dantae harus menyiapkan semuanya di Korea.
Di kamar Suryeon mencoba menghubungi Sungjae.
"Halo, Suryeon." Sungjae menjawab dari seberang telepon.
"Oppa, apa kalimatnya cepat beritahu aku?"
"Eumm, omong-omong kapan Dantae akan mengetahui semua ini?"
"Dantae oppa tahunya aku pergi ke Amerika selama satu minggu. Nanti selama satu minggu itu aku akan bersikap seperti biasa, tapi..."
Suryeon melihat sekitar, memastikan Dantae tidak masuk dan mendengarkan pembicaraannya.
"Aku tidak membeli tiket pulang ke Korea lagi. Sama seperti dulu, aku akan mulai segala hal yang baru di Amerika."
Terdengar helaan nafas Sungjae yang terasa berat, "Apa appamu sudah tahu tentang ini?"
"Be-belum."
"Kau gila, Suryeon! Bagaimana mungkin kau tidak memberitahunya?"
"Appa pasti akan menahanku. Appa sangat menyukai Dantae jadi sudah pasti kalau pernikahan ini tidak akan pernah dibatalkan."
"Se-sejak kapan kau akan menikah?"
Sejauh inikah Sungjae tidak mengetahui hal terbaru tentang Suryeon.
"Maaf oppa karena terlambat memberitahu. Sejauh ini hanya appa dan oppa yang tahu."
"Bagaimana dengan Joon Ki? Laki-laki itu akan lebih stress dariku saat tahu kau akan segera menikah."
"Aku tidak akan menikah, oppa. Aku membatalkannya."
Cincin pertunangan itu masih melingkar manis di tangannya. Saat memperhatikan cincin itu, perlahan kristal bening itu mulai menggenangi mata Suryeon, dia merasa sangat jahat pada Dantae.
"Jadi, beritahu padaku apa alasannya oppa."
"Aku akan mengirimkan email padamu, beberapa hari sebelum Dantae mengira kau akan pulang."
"Terima kasih banyak, oppa."
Tut tut tut
Panggilan terputus. Suryeon jatuh merosot ke lantai. Apa yang harus ia katakan pada Dantae?
"Sayang, sarapannya sudah siap."
Mendengar langkah kaki Dantae, Suryeon menghapus air matanya kemudian berdiri sambil berpura-pura merapihkan kopernya.
"Aku berusaha semampuku untuk memasak. Ayo turun!" ajak Dantae semangat.
Ji Ag berusaha untuk tersenyum agar Dantae tidak curiga kemudian mereka berdua sama-sama turun untuk menikmati sarapan yang diselingi sedikit tawa dan canda yang indah di pagi hari.
"Appa akan pergi ke Amerika?"
Ha Jun mengangguk. Beberapa saat setelah Dantae dan Suryeon menyelesaikan sarapannya, Ha Jun masuk ke penthouse dengan wajah sedikit kusut. Tatapannya pada Dantae sedikit berbeda, tak sehangat biasanya. Sungjae juga bertamu kemari, Dantae sedang mengajaknya berbicara di bawah.
"Sungjae sudah memesankan penerbangan appa, dia yang akan mengantarku ke bandara. Saat kau sampai di sana, tinggal bersama, appa!"
Suara Ha Jun terdengar tegas, dengan tidak sabaran Ha Jun melipat bajunya juga kemudian memasukkannya ke koper.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Disorder ✔
FanfictionGejala Love Disorder dialami oleh Joo Dantae saat dirinya mulai merasa tertarik terhadap Shim Suryeon, gadis yang ditaksirnya sejak dua puluh tahun lalu. Shim Suryeon yang memiliki senyum mempesona dengan mudah diakui Dantae bahwa Suryeon adalah mil...