"Hyung! Jam berapa sekarang?"
"Jam setengah dua lebih tiga menit."
"Hyung, apa jam ruangan ini rusak? Sekarang di ponselmu jam berapa?"
"Jam tiga lebih dua puluh satu menit."
"Jun Sang hyung, kenapa tidak beres-beres? Kita harus segera ke Jakomo."
"JOO DANTAE! Sekarang baru pukul empat sore. Masih ada waktu satu jam dan semacet-macetnya jalanan, kita akan sampai ke sana dalam waktu tiga puluh menit. Tidak bisakah kau berhenti menanyakan jam dan bantu aku mengecek semua keuangan ini?"
Jun Sang mengomel. Saat dirinya sibuk semenjak menginjakkan kaki ke kantor, Dantae terus keluar masuk ruangannya hanya untuk menanyakan jam.
Seandainya Dantae lebih prihatin terhadap kondisi Jun Sang yang sudah tidak layak untuk dipandang. Jasnya yang sudah dilepas, lengan kemehanya yang sudah digulung, dasi yang sudah dikendorkan, dan rambut yang kusut karena stress melihat jutaan angka di komputernya.
"Ya sudah, ayo berangkat, hyung. Antarkan aku ke Jakomo sekarang."
Jun Sang menitikkan air mata yang tak terlihat oleh Dantae. Menghela nafas pasrah, akhirnya Jun Sang merapihkan penampilannya sembari mengecas ponselnya yang mulai kehabisan daya. Beberapa pesan masuk dan salah satunya ada dari Sang Yun. Cukup menarik perhatian Jun Sang untuk segera membacanya.
Bukan hanya sebuah pesan, namun ada juga beberapa foto yang dikirim oleh Sang Yun. Kebetulan Dantae juga nasih berada di ruangannya, Jun Sang langsung menyerahkan ponselnya pada Dantae untuk dibaca.
"Pertemuannya ditunda menjadi jam enam sore, sajangnim. Sang Yun-ssi bilang kalau Lee sajangnim masih membahas beberapa hal dengan rekan kerjanya yang lain."
Dantae sudah siap untuk melempar ponsel itu kalau dia tidak segera ingat bahwa ponsel itu milik Jun Sang.
"Tidak! Cepat siapkan mobilnya. Semakin cepat semakin baik."
"Tapi, ini, Shim sajangnim masih berbicara dengan---"
"Baek Joon Ki! Ya, itu jelas bukan hal yamg baik Jun Sang-ssi. Kita harus segera menghentikan mereka sebelum si Joon Ki ini merebut Suryeon."
"Dia hanya sedang membicarakan bisnis---"
"Tidak ada orang yang membicarakan bisnis selama ini. Jadi jangan mencari alasan atau pembelaan lagi, aku akan tunggu di lobi."
Keputusan final dari Dantae yang akhirnya menjadi sebuah perintah bagi Jun Sang.
"Baik, sajangnim."
Jun Sang mati kutu. Akhirnya dia memilih untuk menurut dan segera turun ke basement, meninggalkan Dantae yang masih terdiam di ruangannya.
"Jadi teman pria sialanmu itu si Baek Joon Ki. Rupanya peringatanku kemarin masih belum cukup? Si sialan ini benar-benar harus diberi pelajaran."
Dantae meninggalkan JK Holding dengan perasaan marah dan kesal. Alih-alih meminta Jun Sang yang menyetir, Dantae sudah memgambil alih kemudi sejak mobilnya tiba di lobi.
"JOO DANTAE, AKU AKAN MENJADI SEORANG AYAH. AKU TIDAK BISA MATI SEPERTI INI!!!"
Jun Sang mencengkran jok mobil dengan kuat sembari merapalkan doa dalam hati, berharap agar Tuhan masih berbelas kasih kepadanya dan membiarkannya hidup untuk membesarkan anaknya.
Dantae sudah seperti malaikat pencabut nyawa yang menyetir ugal-ugalan di jalan. Semua mobil yang menghalangi jalannya langsung di selip. Kalau jalanan sedang kosong, kakinya langsung menancap gas hingga kecepatan penuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Disorder ✔
FanfictionGejala Love Disorder dialami oleh Joo Dantae saat dirinya mulai merasa tertarik terhadap Shim Suryeon, gadis yang ditaksirnya sejak dua puluh tahun lalu. Shim Suryeon yang memiliki senyum mempesona dengan mudah diakui Dantae bahwa Suryeon adalah mil...