"Hal mesum apa yang sedang kalian lakukan di sini!?"
Dantae menarik Suryeon menjauh dari Dantae. Sungjae dan Suryeon saling bertukar pandang, kemudian kompak menatap Dantae dengan pandangan bertanya-tanya.
"Mengapa kau menyentuh bajunya? Apa kalian sudah gila? Ini rumah sakit!" amuk Dantae, apalagi melihat tiga kancing teratas baju pasien yang Sungjae kenakan tidak terpasang sempurna.
Sungjae mendengus sebal, dia turun dari ranjangnya dan mengancingkan sendiri bajunya.
"Permisi, bukankah di sini kau yang bertindak seperti orang mesum. Ini kamar rawatku dan Suryeon. Dan bocah kecil sepertimu sudah berpikiran yang tidak-tidak. Suryeon hanya membantu memakaikan bajuku. Apakah itu salah?"
Sungjae menarik sebelah tangan Suryeon. Tapi tangan Dantae juga masih tidak lepas dari Suryeon.
"Lepaskan tanganmu!" Sungjae memerintah dengan nada tinggi, menandakan bahwa dia kesal atas perilaku Dantae.
"Kau yang lepaskan dulu!" Dantae menarik Suryeon hingga Suryeon menabrak dadanya.
"Kau duluan!" Sungjae menarik Suryeon.
"Aw aw oppa! Jangan tarik aku!"
Dantae menunduk dan melihat kalau rambut Suryeon tersangkut di kancing kemejanya.
"Oh, maafkan aku." Dantae membantu Suryeon melepaskan rambutnya.
"Bukankah itu terlihat lebih mesum?" Sungjae tiba-tiba menimbrung tapi tidak ada yang membalas perkataannya karena sibuk melepaskan kaitan rambut Suryeon dari kemeja Dantae.
Dantae membiarkan tangannya di kepala Suryeon, meskipun rambutnya sudah tidak lagi terkait di kancing kemejanya. Kepala Suryeon juga masih ada di dada Dantae.
"Suara jantungmu terdengar keras sekali. Apa kau punya penyakit jantung?" Suryeon hanya memegang-megang rambutnya, dia kesulitan melihat apakah rambutnya masih terkait atau tidak.
Dantae merasa tenggorokannya begitu kering, dalam jarak sedekat ini. Tentu saja bisa membuat masalah untuk jantungnya.
"Ekhem. Sudah terlepas."
Suryeon segera memisahkan diri dari Dantae dan berjalan mendekat ke arah Sungjae.
Suryeon menunjuk dada Dantae. Semua mata memandang ke arah jari Suryeon. Dantae segera memegang dadanya sendiri. Malu karena Suryeon mendengar detak jantungnya.
"Bukannya kau harus memeriksakan dirimu ke bagian jantung? Aku pikir ada yang salah dengan ritme detakannya."
"Tidak, aku tidak punya penyakit jantung," sanggah Dantae. Dia melihat tangan Sungjae dan Suryeon yang kembali saling menggenggam.
Dantae yang salah tingkah segera menuju ke ranjang tempat dia dirawat sebelumnya. "Sudah malam, aku akan tidur di sini."
"Hei, ini bukan hotel. Kau tidak bisa seenaknya tidue begitu saja di sana," tegur Sungjae. Tapi Dantae menulikan telinganya dan tidur di sana.
"Kalau begitu selamat malam."
Berbeda dengan Sungjae, Suryeon lebih memilih untuk membiarkan Dantae dengan debaran jantungnya yang menggila itu tidur.
"Oppa, semangat untuk operasimu besok. Aku akan menunggumu di depan ruang tunggu."
"Terimakasih. Omong-omong, bukankah kau juga harusnya sudah pulang? Mengapa kamu betah sekali di sini, Anna?"
Sungjae duduk di samping Suryeon. Dia mengambil buku sketchbook milik Suryeon dan mulai membuka lembarannya satu persatu.
"Aku menunggumu, oppa. Lagipula di rumah juga terlalu sepi, kalau di sini aku selalu bisa bermain denganmu. Dan berhenti memanggilku Anna, itu hanya nama buatan kita dulu, oppa."
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Disorder ✔
FanfictionGejala Love Disorder dialami oleh Joo Dantae saat dirinya mulai merasa tertarik terhadap Shim Suryeon, gadis yang ditaksirnya sejak dua puluh tahun lalu. Shim Suryeon yang memiliki senyum mempesona dengan mudah diakui Dantae bahwa Suryeon adalah mil...