Baik Dantae maupun Suryeon tidak ada yang mengabari asisten mereka yang berkonsultasi soal kehidupan pernikahan. Suryeon hanya meninggalkan kunci mobil dengan notes agar Sang Yun membawa pulang mobilnya. Tapi Jun Sang benar-benar ditinggalkan sendiri. Dantae menyetir sendiri mobilnya kembali ke Hera Palace.
"Jun Sang-ssi, naiklah. Aku akan mengantarkanmu ke rumah."
"Benarkah?"
"Tentu saja, calon ayah!"
"Astaga terimakasih Sang Yun-ssi. Istriku pasti akan sangat sedih kalau aku pulang terlambat."
"Katamu tadi istrimu tidak mau tidur denganmu. Mana mungkin dia sedih."
"Iya juga, ya. Ah tapi ya sudahlah, aku merindukannya. Kau tidak merindukan keluargamu, Sang Yun-ssi?"
"Tentu saja aku merindukan mereka, tapi yang aku inginkan sekarang adalah tidur."
Dantae dan Suryeon tiba di penthouse mereka yang gelap gulita. Sudah menjadi kebiasaan kalau bibi Yang pulang, beliau akan mematikan semua lampu untuk menghemat listrik. Untuk mendukung suasana, Dantae hanya menyalakan beberapa lampu saja yang akan menerangi jalan mereka ke kamarnya.
"Aku pikir kau bercanda soal semua alkohol ini."
"Aku tidak pernah bercanda kalau sedang denganmu."
Dantae melepas jasnya, dia menghimpit Suryeon hingga tubuhnya bersandara pada diding tembok. Wajah Dantae mendekat, tapi Suryeon segera membentangkan tali meteran di depan mereka.
"Keberadaanku di sini untuk mengukur badanmu tuan, bukan melanjutkan aktivitas kita di kantor tadi."
Suryeon membawa Dantae untuk menghadap ke arah cermin. Dengan telaten Suryeon mengukur lingkar lengan Dantae, lingkar paha, tinggi badan, kemudian lebar dada.
"Berbahaya sekali ternyata mengukur seperti ini denganmu," celetuk Dantae saat keadaan baru hening sesaat.
"Ha? Aku tidak akan mengikatmu dengan tali ini, kenapa berbahaya?"
"Aku yang ingin mengikatmu dengan tali itu di ranjang. Kau tidak akan pernah bisa kabur dariku lagi kalau sudah seperti itu. Mungkin aku juga bisa melakukan hal yang lebih padamu dari sekedar tidur dan berpelukan di ranjang."
Suryeon mencebik kesal dengan perkataan menggelikan Dantae. Dia mencatat ukuran lingkar dada Dantae. Lalu berjalan ke belakang Dantae dan melingkarkan tali itu di perut Dantae. Semua itu dilihat Dantae dari pantulan cermin. Suryeon dengan wajah serius begini terlihat sangat seksi di mata Dantae.
Untuk menenangkan pikirannya yang semakin kotor, Dantae langsung menenggak alkohol yang sedari tadi ia pegang. Suryeon benar-benar mampu menyiksanya.
"Apa kau ingin aku merancangkan dasinya juga? Beberapa model terpikirkan olehku akhir-akhir ini. Tapi Jun Sang-ssi bilang aku tidak perlu melakukannya."
Suryeon menimang-nimang sembari memainkan dasi di tangannya. Kemudian berjalan ke depan Dantae.
"Lakukan saja apa yang ingin kau lakukan Suryeon. Aku suka semua yang kau buatkan untukku," ucap Dantae sembari meletakkan gelas kosongnya di nakas. Dantae mendekat lalu memeluk pinggang Suryeon hingga kini mereka berhadapan dengan jarak yang begitu dekat.
Suryeon tersenyum senang, dia memakaikan dasi polos pada Dantae. Dengan sangat rapih, Suryeon membuat simpul dasi yang sangat sempurna di mata Dantae.
"Suryeon, kau sangat cantik dilihat dari atas seperti ini."
Suryeon yang sedang nerapihkan dasi Dantae, tidak sengaja semakin mengencangkan dasi itu hingga mencekik leher Dantae karena terkejut dengan pujian yang tiba-tiba itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Disorder ✔
FanfictionGejala Love Disorder dialami oleh Joo Dantae saat dirinya mulai merasa tertarik terhadap Shim Suryeon, gadis yang ditaksirnya sejak dua puluh tahun lalu. Shim Suryeon yang memiliki senyum mempesona dengan mudah diakui Dantae bahwa Suryeon adalah mil...