Penerbangan kemarin malam cukup melelahkan untuk semua orang. Di pagi buta begini mereka baru sampai ke Korea.
Joon Ki mendadak harus kembali ke Amerika karena ada sedikit kerusakan pada mesin untuk membuat benang dan kain, Yoon Chul memiliki jadwal operasi empat jam lagi, Seo Jin harus segera menyiapkan presentasi tentang baju slimnya, Sang Ha sudah pergi untuk pemotretan, dan Tae Gyu hanya perlu membawa pulang putranya dari tempat penitipan anak terbaik yang disebut sebagai rumah kakek dan nenek.
Tidakkah Tae Gyu mengurus firma hukumnya? Sebagai seorang pengacara, Tae Gyu hanya akan membela saat mendapat bayaran besar. Kalau tidak, Tae Gyu tidak mau bersusah payah. Toh uang istrinya juga cukup untuk menghidupi mereka. Tidak terhitung sudah berapa kali Tae Gyu dihajar orang tua dan mertuanya. Tapi tetap tidak bertobat juga.
Pasti semua penasaran mengenai kegiatan Suryeon dan Dantae. Jawabannya tidak ada. Jun Sang dan Sang Yun memberikan satu hari tambahan untuk mereka cuti. Mereka pasti masih mengalami jetlag meskipun perjalannya tidak memakan waktu terlalu lama.
"Aku iri dengan kalian yang tidak perlu susah-susah mengantar-jemput anak."
"Kau bisa mati kalau Sang Ah mendengar itu."
Yoon Chul merebahkan tubuhnya di sofa. Semua yang sedang tidak ada kegiatan berkumpul di situ. Hanya ada Seo Jin dan Suryeon wanita di sana.
"Itu dia. Pernikahan ternyata bisa mengancam nyawamu. Masa iya dia mau membunuh suaminya sendiri. Mungkinkah semua wanita begitu?"
"Ekhem!" Seo Jin langsung menusuk paha Tae Gyu dengan sikunya.
"Aaaaaa!! Kau gila! Rasanya seperti ditusuk pisau," rintih Tae Gyu sembari menggosok-gosok pahanya yang kesakitan.
"Biasanya itu terjadi karena pihak wanita sedang stress atau kelelahan. Sang Ah eonni pernah beberapa kali ke kantorku untuk mengobrol. Eonni itu wanita karir dan juga seorang ibu rumah tangga. Eonni tipikal wanita yang memilih untuk diam dibandingkan bercerita tentang masalahnya pada suami. Karena menurutnya, pasti si suami juga sudah kelelahan di tempat bekerja dan Sang Ah eonni tidak mau menambahkan beban yang baru."
"Tapi Tae Gyu tidak pernah bekerja," Dantae nyeletuk begitu saja saat Suryeon menjeda penjelasannya.
"Dasar sialan!" Tae Gyu membuat gerakan seolah ingin memukul Dantae. Tapi ia urungkan karena sekarang penjelasan tentang Sang Ah lebih penting.
Tanpa ragu, Tae Gyu duduk di sebelah Suryeon. Padahal pawangnya sedang tiduran di paha Suryeon dengan kepalanya yang diusap manja oleh sang wanita.
"Lalu? Sang Ah bilang apalagi?"
"Sebenarnya Sang Ah berharap agar oppa bisa lebih sering membantunya dalam urusan rumah tangga dan jangan terlalu banyak menonton TV."
"Dia sendiri selalu menonton drama Korea sambil menangis tidak jelas. Padahal tiap jam itu aku juga ingin menonton acara sepak bola dengan Min Hyuk."
"Oppa tahu kenapa Sang Ah eonni menontonnya?"
Yoon Chul ikut mendekat karena dirinya tahu kalau Seo Jin juga sering melakukan hal yang sama.
"Karena dia menyukai dramanya?"
"Eonni menontonnya untuk menangis. Jadi eonni tidak perlu repot menjelaskan pada oppa, apa alasannya menangis. Eonni nantinya hanya akan menjawab, adegannya menyedihkan. Selain itu, eonni juga sangat ingin melepas penat dan cuci mata."
"Sang Ah bilang itu? Aku ragu dia bercerita begitu. Tapi aku percaya kalau dia menceritakan yang kalimat terakhir."
"Eonni tidak menceritakan itu padaku. Aku hanya tahu karena eomma pernah begitu dulu. Eomma yang bilang sendiri padaku. Oppa memang benar. Eonni hanya heboh bercerita soal oppa-oppa yang ada di drama itu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Disorder ✔
Fiksi PenggemarGejala Love Disorder dialami oleh Joo Dantae saat dirinya mulai merasa tertarik terhadap Shim Suryeon, gadis yang ditaksirnya sejak dua puluh tahun lalu. Shim Suryeon yang memiliki senyum mempesona dengan mudah diakui Dantae bahwa Suryeon adalah mil...