111.

449 27 2
                                    

Dantae tersenyum lebar melihat Suryeon yang sedang menggunakan jubah mandi miliknya, sementara dia merapihkan tikar dan champagne mereka yang sudah habis.

"Oppa, orang akan mengira kau tidak waras kalau tersenyum-senyum sendiri seperti itu."

"Biarkan saja. Aku tersenyum gila karena memandang istriku."

Resleting tas ditutup dan Dantae langsung menggenggam tangan Suryeon.

"Mau kembali ke hotel atau jalan-jalan sebentar di sini?"

"Kita harus kembali ke hotel. Sekarang hawanya sudah semakin panas dan aku butuh mandi. Badanku benar-benar lengket, oppa."

Hari ini akan menjadi hari terakhir Dantae dan Suryeon bisa menikmati keindahan pulau Maldives. Besok mereka harus kembali ke Seoul, kembali pada rutinitas mereka yaitu mengurus si kembar dan bekerja.

"Appa ingin menemuimu."

"Appa?"

Dantae mengangguk, "Appa ku ingin meminta maaf dengan tulus. Dia juga ingin melihat cucu-cucu dan menantunya. Sebenarnya sudah dari lama appa ingin meminta maaf, hanya saja aku belum siap memberi tahu hal ini padamu."

"Kalau kau tidak mau. Kita bisa tidak usah menemuinya."

"Aku harus datang. Appa mu ingin meminta maaf apalagi dengan tulus. Tentu saja aku harus datang. Kita bawa juga anak-anak dan mengenalkan harabeojinya."

Dantae memberi tatapan tidak setuju dengan ide Suryeon, "Aku mengizinkanmu datang. Tapi tidak dengan anak-anak. Aku tidak mau mereka melihat kalau salah satu harabeojinya adalah seorang pelaku tindak kriminal."

Suryeon berhenti melangkah. Tangannya menangkup kedua pipi Dantae.

"Anak-anak perlahan harus mengetahui dan mengenal seluruh anggota keluarganya. Mereka harus tahu kedua harabeojinya. Kita tidak bisa selamanya menyembunyikan kebenaran dari mereka. Aku ingin mereka tahu. Aku ingin mereka mengikuti jalan yang lebih baik. Karena terlepas dari semua perlakuan Baek Jong Il abeonim, dia tetap appa mu, appa mertuaku, dan juga harabeoji untuk anak-anak kita."

"Kalau itu yang menurutmu memang baik, aku akan ikut."

Dantae menjatuhkan tas hitamnya ke atas pasir dan mencium Suryeon. Tangannya sudah bergerak ingin membuka ikatan tali jubah mandi yang dipakai Suryeon.

"Oppa! Kau harus belajar mengendalikan nafsumu!"

"Wah, aku tidak sadar. Insting saja untuk mencumbumu saat kau memasang muka menggemaskan seperti itu."

Karena gemas dengan wajah cemberut Suryeon yang imut, Dantae mencubit kedua pipi Suryeon.

"Kau sama sekali tidak terlihat seperti seorang ibu dengan dua anak."

"Oppa terlihat seperti laki-laki yang sudah mendekati usia akhir 40 tahun."

"Kau bercanda? Mukaku ini awet muda asal kau tahu saja."

"Masa sih?"

Dantae menenteng kembali tas jinjingnya dan kembali menggenggam tangan Suryeon.

"Buktinya masih banyak perempuan yang menggodaku."

Suryeon melepaskan genggaman tangannya. Langsung sebal dengan kata-kata Dantae.

"Dan oppa itu laki-laki lemah iman. Selain gemar menggoda wanita, oppa juga mudah tergoda."

Saat tangannya ingin kembali digenggam oleh Dantse, Suryeon melipat kedua tangannya di dada. Memberi kode kalau dia sedang merajuk kesal.

"Tidak sayang. Aku hanya tergoda denganmu. Semua wanita lain tidak akan ada yang menarik di mataku. Percayalah."

Love Disorder ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang