78.

613 32 3
                                    

Dantae membawa Suryeon ke atas kasur, untuk melepas rasa rindu, Dantae mulai merendahkan badannya agar bisa meraih bibir Suryeon. Pergerakannya begitu hati-hati dan membuat Suryeon nyaman.

"Oppa... kau tahu kan kalau aku tidak bisa."

Dantae mengangguk. Penyatuan itu tidak akan terjadi selama lima sampai enam bulan ke delan. Untuk menjaga dan memastikan keamanan bagi si ibu dan si kembar. Dantae tidak mau menyakiti mereka hanya untuk menuntaskan hasratnya semata.

"Aku tahu. Tenang saja... aku tidak akan melakukan hal sejauh itu."

Dantae kembali mencium bibir Suryeon, lidahnya memaksa masuk ke dalam bibir Suryeon untuk mengobrak-abrik seluruh isinya. Dari gaya berciuman Dantae, dia ingin mencoba yang namanya French Kiss. Di mana lidah mereka berdua saling beradu dan bertukar saliva.

Suryeon memukul-mukul dada Dantae saat pasokan oksigen di paru-parunya mulai berkurang karena sama sekali tidak diberi jeda oleh Dantae.

Dantae baru berhenti mencium saat Suryeon mendorong dadanya menjauh. Mereka saling menatap di bawah cahaya bulan. Langit yang tadi jingga sudah berubah menjadi hitam sepenuhnya.

Dantae maju lagi, siap menyerang, tapi Suryeon segera menahannya. "Mengapa oppa membiarkan Seo Jin eonni menciummu?"

"Aku tidak membiarkannya. Aku melawan dia. Berbicara soal Seo Jin yang menciumku, bukankah Baek Joon Ki juga melakukan hal yang sama padamu?"

Tangan Dantae yang satunya digunakan untuk merapihkan helaian-helaian rambut Suryeon. Dari atas sini, Suryeon benar-benar terlihat cantik.

"Maksud oppa, yang saat di onsen dulu?"

Dantae menjadi geram. Kenapa Suryeon masing ingat kalau Joon Ki menciumnya. Padahal akan menjadi hal yang membahagiakan kalau Suryeon lupa.

"Kita harus membersihkan jejaknya kalau begitu, oppa." Suryeon menangkup kedua sisi wajah Dantae kemudian lebih dahulu menciumnya.

Gerakannya tak selambat dan seamatir dulu, karena sering mendapat pelajaran dari masternya yaitu Dantae itu sendiri.

"Tidak akan hilang kalau kau menciumku terlalu lembut."

Dantae membenturkan kembali kedua material lembab itu. Kamar Suryeon dipenuhi decapan demi decapan. Sesekali lenguhan tertahan dari keduanya agar tidak membangkitkan hasrat satu sama lain.

"Padahal aku sudah siap menjadi bunga untukmu, nona kupu-kupu. Aku sudah menepati janjiku untuk menjadi bungamu."

"Aku akan pulang oppa," ucap Suryeon tiba-tiba.

"Tapi aku harus mengajak dokter Yuri juga ke Korea. Selama ini dia yang sudah membantu untuk mengecek kandunganku."

Dantae mengecup pipi Suryeon, "Aku bisa mengaturnya. Asalkan kau kembali bersamaku."

"Gomawo, oppa."

"Aku sangat mencintaimu, Suryeon."

"Aku mencintaimu juga, oppa."

"Aku sudah tahu, kau pasti tetap mencintaiku."

Mereka kembali berciuman. Tidak ada hal lebih selain sedikit sentuhan panas. Hanya berciuman dan diakhiri dengan pelukan. Tak ada pembicaraan lagi karena mereka sudah terlanjur kelelahan. Setelah mengirimkan sebuah pesan pada Sungjae, Suryeon menyusul Dantae menuju alam mimpi.

Di rumah sakit tempat Suryeon mengecek kandungannya, Sungjae ada di sana dengan tangan kosong, tanpa koper ataupun plastik jajanan yang diambil dari tempat tinggal Suryeon.

"Apa aku bisa bertemu dengan dokter Yuri?" tanya Sungjae pada suster yang lewat di hadapannya.

"Maaf, tapi jadwal praktek Yuri sudah selesai satu jam lalu."

Love Disorder ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang