"Jun Sang hyung aku sudah menemukan letak salahnya."
Dantae menunjukkan layar yangbmenampilkan tabel-tabel berisi angka-angka mengani hasil penjualan perusahaan cabang mereka di Jepang.
"Seseorang salah memasukkan datanya, harusnya pada tanggal ini ada keuntungan bersih lebih dari tiga puluh juta. Tapi di sini hanya ditulis dua puluh. Jadi pembukuan ke bawahnya menjadi kacau."
Jun Sang menghitung dengan cepat, "Kau benar juga. Semua kesalahan dimulai sejak tanggal itu."
"Besok pagi aku ingin bertemu dengan prang yang membuat laporannya. Kita harus mendata ulang seluruhnya."
Dantae berdiri dari kursi kerjanya kemudian merentangkan tubuh yang sudah pegal karena duduk berjam-jam.
"Oh sial, aku lupa menelepon Yoon Seo!"
Dantae buru-buru mengecek jam di ponselnya. "Kalau di Seoul sekarang masih jam tujuh malam. Apa mereka masih bangun?"
Mata Dantae bergerak gelisah karena tidak ada yang menjawab teleponnya. Di Seoul, pemilik ponsel yang sedang dihubungi Dantae sedang menemani Yoon Seo mewarna. Teleponnya tertinggal di meja ruang tamu dan ada dalam mode hening.
Untungnya ada Eun Soo yang asik memutari ruang tamu dengan motor mininya. Mata Eun Soo melihat layar telepon Suryeon yang menyala.
Karena Eun Soo belum bisa membaca nama siapa yang menghubunginya, akhirnya Eun Soo langsung saja mengangkat telepon itu.
"Appa?"
Dantae jadi tersenyum setelah melihat wajah Eun Soo.
"Eoh Eun Soo, apa eomma dan Yoon Seo sudah tidur?"
"Tidak, Yoon Seo sedang mewarnai dengan eomma."
Eun Soo berlari dengan ponsel Suryeon di tangannya, "Eomma, appa menelepon."
Yoon Seo langsung menoleh juga untuk melihat wajah Dantae.
"Eomma pinjam sebentar ponselnya. Eun Soo duduk di samping Yoon Seo coba biar kita bertiga bisa dilihat oleh appa."
Eun Soo menurut dan mulai memanjat kursi dan duduk di samping Yoon Seo yang menyibukkan diri dengan acara mewarnainya.
"Oppa, semuanya sudah selesai di sana?"
"Baru sekitar empat puluh persen masalahnya selesai. Bagaimana keadaan kalian? Apa semuanya baik-baik saja hari ini?"
"Aku mengajak anak-anak ke kantorku tadi. Eun Soo bermain dengan tenang tapi Yoon Seo jadi pendiam."
Dantae memperhatikan Yoon Seo yang sama sekali tidak berbicara atau pun menatapnya.
"Yoon Seo kau kenapa?" tanya Dantae berusaha mengajak Yoon Seo mengobrol.
"Yoon Seo, appa sudah menelepon loh. Dari tadi bangun pagi sudah mencari appa, sekarang appa menelepon tidak dilihat."
Yoon Seo menggeser buku mewarnanya, memutar badan agar wajahnya tidak terlihat di kamera.
"Janjinya sudah tidak appa tepati!" teriak Yoon Seo kesal, mukanya memerah karena marah dan menahan tangis juga.
"Appa kan sekarang menelepon," kata Eun Soo berusaha menenangkan saudara kembarnya.
"Tapi appa sudah tidak ada saat kita bangun. Appa tidak berikan ciuman salam perpisahan dan hari ini appa cuman menelepon sekali. Padahal janjinya appa akan menelepon dua kali," jelas Yoon Seo mencurahkan isi hatinya.
Dantae menutup mulutnya kembali. Bingung apa yang harus ia jelaskan pada Yoon Seo.
"Maaf karena appa hanya menelepon sekali hari ini. Tadi siang saat sampai Jepang, appa harus segera bekerja. Maaf karena lupa menelepon. Sebelum berangkat, appa sudah mencium Yoon Seo, Eun Soo, dan eomma."
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Disorder ✔
FanfictionGejala Love Disorder dialami oleh Joo Dantae saat dirinya mulai merasa tertarik terhadap Shim Suryeon, gadis yang ditaksirnya sejak dua puluh tahun lalu. Shim Suryeon yang memiliki senyum mempesona dengan mudah diakui Dantae bahwa Suryeon adalah mil...