Sudah dua puluh tahun terlewati, tentu saja dua puluh tahun bukanlah waktu yang singkat. Banyak hal yang berubah mengikuti perkembangan jaman. Flower Field Mall juga semakin berkembang, Dantae masih selalu menjaga agar Flower Field Mall tetap menjadi mall ramah lingkungan.
Meskipun kini Flower Field Mall tak lagi menjadi mall terbesar di Korea, tapi Flower Field Mall merupakan mall yang masih instagramable hingga saat ini. Ah, bahkan sudah disediakan tempat parkir untuk mobil listrik.
Meskipun sudah banyak hal yang berubah, tapi ada satu hal yang masih tetap sama seperti 20 tahun.
Perasaan Joo Dantae untuk Shim Suryeon. Perasaan itu bukan berkurang melainkan terus bertambah tiap harinya.
Pria itu kini berdiri menatap dunia luar dari jendela kantornya. Hanya dengan menatap punggungnya saja, pria ini sudah memancarkan karisma yang kuat, aura seorang pemilik perusahaan tersukses di Seoul.
Sebuah tangan melingkar di perutnya. Seorang wanita memeluk Dantae dari belakang. Dia menyandarkan kepalanya pada punggung Dantae.
"Apa kamu lelah, oppa? Kau belum mendapat cukup tidur belakangan ini."
Dantae tersenyum, dia melepas lingkaran tangan itu dan membalik badannya. Kini Dantae yang memeluk gadis itu.
"Aaah, aku tidak lelah. Asalkan ada dirimu. Aku bekerja untukmu, jadi aku senang melakukannya." Dantae mengecup kening gadis itu.
Wanita itu memundurkan sedikit badannya tanpa melepas pelukan mereka.
"Kacamatamu belum benar, oppa." Dia membenarkan letak kacamata Dantae yang bermodel sama dari kacamatnya dua puluh tahun lalu.
"Letaknya jadi bagus, kan?"
"Hmm. Apa pun yang kau lakukan, semuanya terlihat bagus." Dantae menyatukan kedua dahi mereka, wajah mereka semakin mendekat...
Tok tok tok
"Permisi, sajangnim."
Wanita itu menghilang. Tepat setelah sekretaris yang merangkap sebagai asisten pribadinya masuk ke dalam kantor. Wanita itu menghilang seperti debu.
Saat itu Dantae tersadar. Sial. Dantae kambuh lagi.
"Iya, silahkan." Dantae mengancingkan jasnya kembali lalu duduk di kursinya. Dia mengeluarkan sebuah obat dari laci dan meminumnya.
"Jadwal meeting minggu ini sudah dipastikan ulang. Di hari sabtu nanti, kita akan mengadakan pertemuan untuk membicarakan mengenai produk baru yang akan dimasukkan ke dalam Flower Field Mall."
Dantae memperhatikan layar tablet di hadapannya. Jadwalnya benar-benar padat minggu ini, tapi dia senang. Semakin dirinya sibuk, berarti semakin sedikit waktu yang ia gunakan untuk beristirahat. Setiap istirahat Dantae selalu melihat Suryeon ada di sisinya seperti tadi dan itu membuatnya semakin tertekan. Dia bahkan harus mengkonsumsi obat dari psikiater untuk meredakan halusinasinya itu.
"Sajangnim, kau baik-baik saja? Kau meminum obatnya lagi."
"Aku sebelumnya sudah berhasil tidak menyentuh obat itu selama beberapa minggu. Entah kenapa hari ini gejalanya muncul lagi. Tapi, aku baik-baik saja." Dantae menertawakan dirinya sendiri. Lalu mulai melihat laporan keuangan bulan ini.
Cho Jun Sang, asisten Dantae, menyerahkan beberapa folder map ke hadapan Dantae.
"Ini informasi mengenai perusahaan baru tersebut. Pemilik dari perusahaan tersebut untuk saat ini masih belum diketahui, media juga masih tidak ada yang tahu siapa pemilik perusahaannya. Tapi yang pasti, angka penjualan mereka selalu naik setiap bulannya. Mereka memiliki pelanggan bahkan dari luar Korea. Sebenarnya bisnis mereka pertama kali dimulai di Amerika."
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Disorder ✔
FanfictionGejala Love Disorder dialami oleh Joo Dantae saat dirinya mulai merasa tertarik terhadap Shim Suryeon, gadis yang ditaksirnya sejak dua puluh tahun lalu. Shim Suryeon yang memiliki senyum mempesona dengan mudah diakui Dantae bahwa Suryeon adalah mil...