Hari ini, kehamilan Suryeon sudah memasuki akhir bulan ketiganya. Sudah sekitar dua bulan, Suryeon menjauhi Dantae dan tinggal bersama Joon Ki di Jepang.
"Suryeon, kau ingin makan sesuatu? Sebentar lagi sudah waktunya makan malam."
"Aku tidak lapar, oppa," jawab Suryeon tidak menatap Joon Ki sama sekali. Tatapannya begitu sendu melihat ke arah jalanan kota Tokyo.
"Tapi kau tetap harus makan. Pikirkan mengenai kesehatanmu dan juga anakmu."
Perkataan Joon Ki tak diindahkan oleh Suryeon, wanita itu kini mengelus perutnya dengan lembut. Merasa bersalah karena tidak memberi asupan yang baik.
"Aku tidak menyangka Dantae oppa akan berbohong padaku soal kejadian di Jepang. Dia bilang kami berdua mabuk karena alkohol, tapi nyatanya dia mencampurkan minumanku dengan obat."
Setiap hari yang Suryeon pikirkan, baik saat bekerja maupun tidak bekerja hanyalah Dantae. Laki-laki itu begitu memenuhi otaknya. Sebagian dirinya merasa begitu rindu, tapi bagian yang lainnya merasa sangat kecewa dengan Dantae. Meski kejadian sudah cukup lama, luka itu masih belum bisa hilang dari hatinya.
"Lalu kau ingin aku melakukan apa? Kembali ke Korea untuk memberi tonjokan padanya? Pergi ke kutub utara sampai tidak ada seorang pun yang bisa menemukan kita? Apa yang harus aku lakukan agar kau memperhatikan kesehatanmu sendiri?" Joon Ki memberi pertanyaan beruntun karena begitu jengah dengan Suryeon yang pola makannya sangat tidak teratur.
"Bagaimana kalau oppa kembali ke Korea dulu? Ini juga agar Dantae oppa tidak mencurigaimu. Minggu lalu waktu singgahnya terlalu sebentar. Mungkin sekarang harus dua minggu lebih lama."
"Meninggalkan wanita hamil sendirian di sini selama itu? Tidak, Suryeon, aku tidak bisa membiarkanmu sendirian."
"Aku bisa memanggil appa atau Sungjae oppa."
Joon Ki menggeleng, dia memegang kedua pundak Suryeon dan memutar wanita itu menghadapnya dengan lembut.
"Semua orang Dantae selalu mengawasi. Kau harus tahu sangat sulit untuk tidak menghilangkan jejak agar aku bisa dengan aman keluar-masuk apartemen."
Selama di Jepang, Suryeon dan Joon Ki sepakat untuk menyewa sebuah apartemen yang cukup luas dengan dua kamar terpisah. Apartemen mereka termasuk apartemen yang berkelas. Bukan mengincar ke glamouran tempat itu, tapi Suryeon mengincar para penjaga di bawah.
Setiap kali orang mau masuk, mereka harus menunjukkan kartu identitas dan kunci kamar mereka. Jadi keamanan sudah pasti tingkat tinggi. Ditambah semua pintu masuk, tangga darurat, dan lift selalu ada petugas keamanan yang menunggu.
"Aku bisa jaga diri, oppa. Tidak perlu khawatir."
"Karena kau berbicara seperti itu, aku semakin khawatir."
"Astaga oppa, percayalah! Aku bisa membantu memesankan tiket untukmu sekarang juga," ancam Suryeon dengan ponselnya yang sudah digenggam.
"Baiklah. Baiklah. Aku akan mencari penerbangan besok siang setelah menyelesaikan semua pekerjaanku di sini. Bwrjanjilah kau akan makan setelah ini."
"Terima kasih oppa dan maaf... karena sudah merepotkanmu," ucap Suryeon merasa bersalah karena membuat Joon Ki harus srlalu bolak-balik antara Korea dan Jepang hanya untuk mengurus dirinya.
"Kalau aku bertemu Dantae, apa yang kau ingin aku lakukan padanya?"
Tidak butuh waktu lama untuk berfikir, Suryeon menjawab.
"Aku hanya ingin mengetahui kondisinya. Cukup beritahu padaku apa Dantae oppa baik-baik saja atau tidak, Joon Ki oppa. Gomawo, oppa," kata Suryeon sebelum akhirnya pergi ke ruang makan untuk memakan masakan Joon Ki
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Disorder ✔
FanfictionGejala Love Disorder dialami oleh Joo Dantae saat dirinya mulai merasa tertarik terhadap Shim Suryeon, gadis yang ditaksirnya sejak dua puluh tahun lalu. Shim Suryeon yang memiliki senyum mempesona dengan mudah diakui Dantae bahwa Suryeon adalah mil...