106.

280 32 5
                                    

"Suryeon, kau masih lapar?"

Dantae menyeka bibirnya dengan tisu setelah menghabiskan semua sarapan yang diambilnya pagi ini. Seperti sarapan hotel pada umumnya, hotel yang ditempati Dantae dan Suryeon juga menerapkan sistem yang sama. Mereka bisa merugi jika semua pengunjung makan seperti Suryeon.

"Sayang, kau sudah menambah nasi untuk ke tiga kalinya. Apa ada masalah?"

Suryeon menggeleng. Mulutnya terus mengunyah tanpa henti. Matanya menatap makanan di piring dengan bahagia.

"Pelan-pelan saja, kau bisa tersedak."

Dantae tersenyum senang melihat istrinya yang makan banyak. "Aku ambil jus dulu," kata Dantae sembari beranjak pergi.

"Excuse me," kata seorang pria berkulit putih pucat dan rambut hitam kecokelatan. Sudah terlihat jelas bahwa dia berasal dari negara bagian barat.

Suryeon cukup kesal karena acara makannya diganggu, tapi mengingat sopan santun, akhirnya Suryeon mengunyah dengan cepat dan menelan makanannya.

Dalam bahasa inggris, dia bertanya "Di mana aku bisa check in kamar? Aku dan istriku bingung. Sepertinya kami kehilangan arah."

"Tempat check in? Kalian sudah melewatinya. Tempatnya ada beberapa langkah sebelum tempat makan ini. Letaknya ada di sebelah kiri," jawab Suryeon dengan bahasa inggris yang tak kalah fasih.

"Ah begitu? Terima kasih banyak atas bantuannya. Maaf kalau aku melewati batas, tapi apa kau orang korea?"

"Ya, saya orang korea."

"Eoh! Kau pemilik perusahaan Jakomo yang ada di Amerika itu bukan?"

Suryeon hanya mengangguk dengan tampang polos. Mengapa pria ini terlihat sangat bersemangat?

Pria itu termenung, kemudian mengeluarkan foto pernikahan dari dalam tasnya. Sudah jelas itu foto sang pria bersama istrinya.

"Istriku juga orang Korea. Belum lama ini kami menikah dan kami menggunakan gaun dari Jakomo. Istriku menyukai desain-desain pakaian Anda. Apa boleh aku meminta tanda tanganmu?"

Pria asing itu menyodorkan spidol dan foto pernikahannya.

"Tentu. Harus aku tanda tangan di mana?"

"Di sini."

Meski bingung karena tiba-tiba seseorang meminta tanda tangan dirinya, Suryeon tetap membubuhkan tanda tangan.

"Thank you! Thank you so much!!"

Setelah menjabat tangan Suryeon dengan semangat, pria asing itu merangkul wanita yang menunggu di depan pintu dan pergi berjalan ke bagian resepsionis.

Dari jauh, Dantae meremat dua gelas jus apel. Rahangnya mengetat kesal dimulai saat melihat pria itu menyerahkan spidolnta pada Suryeon.

"Kau sebahagia itu menemukan teman pria Amerika?"

Dantae sudah tidak ramah senyum lagi. Sembari meminum jusnya sedikit demi dedikit, Dantae menatap Suryeon dengan tajam.

"Biasa saja." Suryeon berkata dengan jujur. Dia hanya tersenyum saat istri dari pria itu mengangkat foto tinggi-tinggi dan melompat kehirangan melihat foto pernikahan mereka yang ditanda tangani Suryeon.

Love Disorder ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang