Dantae berkali-kali mengerjapkan mata. Dia tidak bisa membalas kembali perkataan Suryeon. Love Disorder? Bahkan dia baru pertama kali mendengar kata-kata itu.
"Aku menikmati makan malamnya."
Suryeon menumpuk semua mangkok yang sudah kosong lalu berjalan ke dapur untuk mencuci semuanya. Setidaknya dia membersihkan bekas makan mereka kalau tidak menyediakan makan malamnya. Bibi Yang juga sudah pulang karena hari sudah larut malam.
Dantae masih duduk terdiam sembari merenung. Sudah dipikir berulang kali, tapi dia tetap tidak menemukan titik terang. Apa yang membuat Suryeon takut? Anggap saja dia memiliki gejala Love Disorder seperti yang Suryeon katakan, lalu kenapa Suryeon harus takut.
Suryeon yang sudah selesai mencuci piring, berjalan di belakang Dantae. Dantae mendengar langkah kaki itu dan kangsung menahan lengan Suryeon.
"Aku berpikir berkali-kali tapi masih tidak bisa menemukan alasannya. Bukankah bagus jika aku memiliki gejala itu? Aku tidak akan pernah berpaling dirimu. Aku akan memujamu dan menjadikanmu satu-satunya milikku. Lalu kenapa kau harus takut?"
Dantae bangkit dari duduknya, menatap Suryeon yang terlihat masih ragu terhadap Dantae.
"Aku yakin bukan itu alasannya. Aku yakin kau menyimpan hal lain di balik semua ini. Katakan padaku! Bukan aku penyebab kau menolak. Pasti ada hal lain yang mengganggumu."
"Oppa, aku lelah. Aku ingin istirahat."
"Kau menghindar seperti ini, aku yakin benar-benar ada sesuatu yang kau sembunyikan."
Suryeon menghindari kontak mata dengan Dantae. Sulit sekali untuknya menyembunyikan perasaan. Dantae selalu tahu bagaimana gerak-geriknya saat sedang berbohong.
"Kalau pun aku menyembunyikan sesuatu, oppa tidak berhak mengetahuinya. Bukankah rahasia itu disebut rahasia karena tidak ingin ada orang yang mengetahuinya?"
Suryeon menghempas tangan Dantae lalu berjalan menaiki tangga. Dantae mengejar dan kembali menarik Suryeon untuk dipeluknya.
"Semua ini karena Sungjae bukan? Kau menyukainya. Kau pasti menyukai Sungjae."
Suryeon meronta meminta dilepaskan, tapi yang terjadi Dantae malah semakin erat mendekapnya. Seperti pasir hisap, semakin banyak Suryeon bergerak maka semakin erat pula Dantae memeluknya.
"Bukan. Ini semua bukan karena Sungjae oppa!"
Suryeon masih meronta hingga tidak sadar kakinya kehilangan pijakan. Dantae yang tidak siap untuk menahan kedua tubuh mereka juga ikut jatuh terbawa turun.
Dantae menaruh telapak tangannya di belakang kepala Suryeon. Melindungi kepala Suryeon hingga mereka berakhir di ujung tangga dengan posisi Dantae di bawah Suryeon.
"Apa ada yang sakit? Apa kau terluka?"
Dantae langsung mengecek badan Suryeon, memastikan bahwa Suryeon baik-baik saja.
"Oppa, seharusnya kau mengecek dirimu dulu!"
Suryeon menyingkir dari badan Dantae dan membantu Dantae untuk duduk.
"Hahaha, lucu yah. Kamu itu selalu terjatuh," ucap Dantae sambil merapihkan rambut Suryeon yang sedikit berantakan.
"Oppa juga lucu, selalu bertanya dulu keadaanku padahal aku yakin oppa merasa lebih sakit."
Suryeon beringsut mendekat untuk melihat keadaan Dantae. Awalnya mereka hanya saling menertawakan hal bodoh yang baru saja terjadi. Hingga pada akhirnya sesuatu menangkap penglihatan Suryeon.
Lantai di belakang Dantae duduk terdapat noda merah. Suryeon langsung memegang belakang kepala Dantae. Darah memenuhi telapak tangannya.
"Oppa, kita harus segera ke rumah sakit! Kepalamu berdarah!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Disorder ✔
FanfictionGejala Love Disorder dialami oleh Joo Dantae saat dirinya mulai merasa tertarik terhadap Shim Suryeon, gadis yang ditaksirnya sejak dua puluh tahun lalu. Shim Suryeon yang memiliki senyum mempesona dengan mudah diakui Dantae bahwa Suryeon adalah mil...