98.

394 27 5
                                    

Setelah kejutan yang Dantae berikan pada Suryeon semalam, paginya Suryeon memberikan kejutan yang Dantae minta selama pembicaraannya di telepon kemarin. Sundubu jjigae porsi jumbo yang sudahg Dantae nantikan, masakan rumah buatan istrinya langsung.

"Rasanya luar biasa, sayang," kata Dantae memuji masakan Suryeon yang tidak pernah gagal membuatnya ketagihan.

"Apa rasanya seenak itu oppa?"

Suryeon menyajikan naengmyeon yang tidak pedas untuk Eun Soo dan Yoon Seo. Ini pertama kalinya Suryeon memberikan Naengmyeon untuk Eun Soo dan Yoon Seo. Mie soba tipis yang dicampur dengan kaldu dingin. Setelah selesai menyiapkannya, Suryeon baru bergabung untuk makan dengan Dantae.

"Iya, rasanya seenak itu. Lebih enak dari buatan restoran mana pun."

Dantae menyodorkan satu panci ssundubu jjigae pada Suryeon. Tapi Dantae terlanjur gemas dengan Suryeon yang tak kunjung memasak karena sibuk mengurus makanan Eun Soo dan Yoon Seo. Jadi pada akhirnya, Dantae lah yang mengambilkan ssundubu jjigae ke dalam mangkok Suryeon.

"Makan dulu, Suryeon. Eun Soo dan Yoon Seo sekarang sudah pintar makan sendiri kok. Bukankah begitu?" tanya Dantae pada Eun Soo dan Yoon Seo yang mulai belajar menggunakan sumpit.

"Tentu saja appa! Besok kan kita sudah berumur tiga tahun. Eun Byeol eonni saja sudah hebat menggunakan sumpitnya," kata Yoon Seo bersemangat. Ingin agar dirinya cepat bisa memakain sumpit dan memamerkan keahliannya nanti pada Eun Byeol

"Kalau begitu biarkan eomma makan, oke?"

"Nee appa." jawab Eun Soo dan Yoon Seo patuh.

"Kau sudah mulai membereskan barang-barang?" tanya Dantae berbisik pada Suryeon. Jangan sampai anak-anak mendengar kalau tidak mau kejadian Yoon Seo sebelum Dantae berangkat terulang kembali.

"Oppa... kita sungguh akan berangkat?" Suryeon menatap Eun Soo dan Yoon Seo. Yoon Seo mengoper beberapa sendok naengmyeonnya pada mangkuk Eun Soo yang mulai kosong.

"Apa tiket pesawat yang aku berikan itu palsu? Tidak 'kan. Berarti kita benar-benar berangkat."

Dantae menyadari kegelisahan Suryeon, jadi pada akhirnya Dantae menggenggam tangan Suryeon dan menatap mata Suryeon.

"Hei, jangan khawatir oke. Semuanya akan baik-baik saja. Anak-anak akan aman di Seoul bersama appa. Kita harus pergi dengan langkah kaki yang ringan. Di Maldives nanti aku tidak mau satu dari kita memikirkan anak-anak, pekerjaan, wanita ataupun laki-laki lain. Semuanya hanya tentang kita, antara kau dan aku," kata Dantae penuh kelembutan.

"Bagaimana bisa aku tidak memikirkan anak-anak? Mereka... mereka adalah dunia kecilku sekarang. Aku khawatir. Mereka masih terlalu kecil dan appa sudah semakin berumur. Aku takut kalau terjadi sesuatu nanti."

"Kalau kau sebegitu khawatirnya, aku bisa meminta Publae hyung untuk tinggal sementara di sini. Mungkin sebagai body guard appa dan anak-anak. Bagaimana? Apa membuatmu lebih tenang?"

Suryeon mengangguk. Publae memang sudah dipercaya puluhan kali untuk menjaga anak-anak mereka kalau Suryeon atau pun Dantae tidak bisa membawa Eun Soo dan Yoon Seo ke tempat kerjanya.

"Sepertinya iya, aku merasa lebih tenang. Lagipula aku akan mengecek mereka setiap jam."

"Setiap jam? Hei, aku akan menyita ponselmu di sana sayang. Aku akan membatasi penggunaannya kalau kau menjadi si eomma posesif anak-anak lagi. Aku juga pasti akan rindu dengan anak-anak, aku akan menelepon mereka sebelum tidur dan setelah bangun. Cukup adil seperti saat perjalanan bisnisku di Jepang."

Suryeon ingin protes mengenai pembatasan penggunaan ponsel, tapi Dantae langsung memalingkan wajah menatap si kembar yang makan dengan lahap. Sengaja agar tidak ditanya-tanya oleh Suryeon.

Love Disorder ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang