68.

379 25 5
                                    

Dua hari berlalu setelah pembukaan Jakomo dan Dawn Fabric di Flower Field Mall. Saat ini semua berjalan dengan sangat lancar. Tidak pernah ada kata sepi pengunjung, bahkan para pelanggan rela mengantri ke luar toko untuk melihat pakaian itu.

"Dantae, para karyawan mengatakan kalau baju hadiah tahun baru dari Jakomo dan Dawn Fabric sangat bagus. Di bawah sana benar-benar heboh."

Publae membawa kembali beberapa kardus kosong yang awalnya berisi ribuan kaos. Sebagai hadiah awal tahun, Jakomo dan Dawn Fabric membagikan beberaoa kaos untuk karyawannya.

"Sajangnim, apa tidak ada pesta kecil untuk kami? Sepertinya keuntungan bulan ini meningkat pesat."

Dantae tersenyum melihat grafik yang terus menaik di layar komputer. Hari ini Jun Sang masih memiliki jatah libur, jadi yang meminta pesta sudah pasti Publae.

"Hyung," panggil Dantae. Publae menoleh ke kanan dan kiri untuk melihat apa ada Suryeon jadi Dantae bersikap sopan padanya atau apa dia memanggil Jun Sang yang bisa teleportasi ke sini.

"Publae hyung!" Dantae memanggil sekali lagi.

"Ka-kau memanggilku?" Publae menunjuk dirinya sendiri.

"Tentu saja. Apa ada Publae lain di sini?"

"Apa kau baru memanggilku dengan sebutan hyung?"

"Apa tidak boleh? Semua masalah mengenai Baek Jong Il sudah hampir selesai. Dendam semua orang hampir terbayarkan. Kita bisa bersikap lebih santai hyungnim, kini kau bahkan jauh lebih kaya dari Jong Il. Appa sudah tidak punya apa-apa di dalam sana."

Dantae mengepalkan tangannya kemudian mengarahkkannya pada Publae, bukan untuk menonjoknya, tapi untuk melakukan tos gaya pria.

"Di saat seperti ini aku merasa sangat berterima kasih pada keadaanku. Setidaknya aku masih bisa hidup berkecukupan sekarang. Tidak perlu tidur di lanyai dingin. Dan bisa makan makanan yang aku mau."

Tos itu dibalas oleh Publae. Mereka tertawa lepas. Jarang sekali ada momen mereka berdua bicara santai seperti saat ini.

"Hyung, apa ada studio yang bagus untuk foto?"

"Kau ingin foto?"

Dantae mengangguk. Dirinya menatap kota Seoul, es-es yang membeku sudah mulai leleh menandakan bahwa musim akan segera berganti.

"Mendadak sekali kau ingin berfoto."

"Akhir-akhir ini aku baru sadar betapa berharganya foto-foto. Selama aku hidup, aku tidak pernah pergi ke studio foto untuk berfoto dengan siapa pun. Aku tidak memiliki foto yang bisa aku pajang di dinding atau meja kerjaku."

Dantae menyalakan layar ponselnya, foto Suryeon yang menggendong Hae In masih terpasang di sana.

"Berfotolah. Karena hyunb merasa kaya saat ini, hyung akan bayarkan semuanya. Pergilah ke studio dan foto dengan siapa pun yang kau mau. Aku yang tanggung biayanya."

Publae mengingat bagaimana keadaan Dantae. Foto keluarga bersama ayah ataupun ibunya pun Dantae tidak punya. Bersama teman-teman pun tidak ada. Kenangan melalui foto yang tersisa bagi Dantae hanyalah semua foto Suryeon yang tersimpan rapih di galerinya.

"Tidak, hyung. Aku yakin ini benar-benar akan memakan biaya uang cukup besar. Mungkin bisa seharga gaji bulananmu."

"Kau ingin memiliki foto dengan setiap karyawan kantor!? Atau dengan seluruh penghuni Hera Palace? Kau akan memegang banner bertuliskan 'Aku tinggal di Hera Palace' begitu?"

Dantae tertawa dengan lelucon Publae. Ternyata Publae orang yang cukup asik untuk diajak berbincang.

"Dengan siapa?" Publae melingkarkan tangannya di bahu Dantae. Jabatan atasan dan bawqhan kini terhapus, sekarang yang berbicara hanyalah antara Joo Dantae dan Kim Publae.

Love Disorder ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang