72.

449 27 6
                                    

"Lama sekali mengangkatnya, apa kau sangat sibuk?" tanya Dantae sembari mengeringkan rambutnya menggunakan handuk. Lalu mengambil posisi tiduran di atas kasur dengan tablet di tangannya.

"Oppa, perbedaan waktu antara Korea dan Amerika itu tiga belas jam. Sekarang jam setengah dua belas siang, berarti di oppa setengah sebelas malam. Tentu saja aku sibuk."

Dantae melihat jam dinding, benar, sekarang pukul setengah sebelas malam lewat sedikit.

"Kau sedari tadi tersenyum terus. Apa sebegitu bahagianya bisa melihatku?"

Suryeon menurunkan kadar senyumannya menjadi lebih tipis, "Anggap saja begitu, oppa. Kau sudah makan, oppa?"

"Tentu sudah, bibi Yang memasak lagi. Taoi sekarang aku mendadak ingin mencoba masakan buatanmu."

"Tiba-tiba sekali?"

"Aku merasa sangat lapar padahal baru saja selesai makan malam dan mandi. Aneh."

"Kalau kau lapar, makan saja oppa. Mengapa malah berpikir?"

"Entahlah, tapi aku membayangkan jjajangmyeon dan tangsuyuk," kata Dantae mulai membuka aplikasi pesan antar dan membelinya.

Suryeon sedikit termenung di seberang sana. Bagaimana bisa Dantae menginginkan hal yang sama dengannya? Suryeon bahkan rela menyusahkan asisten ayahnya untuk mencarikan jjajangmyeon dan tangsuyuk.

"Menyenangkan di Korea, oppa tinggal memesan lewat aplikasi saja. Di sini sangat susah mencari masakan Korea."

Dantae terkekeh melihat wajah cemberut Suryeon, "Mangkanya cepat pulang. Aku juga sudah merindukanmu."

Suryeon merebahkan diri di sofa ruang kerjanya, sama dengan Dantae, Suryeon juga melakukan panggilan video dengan tabletnya.

"Bagaimana sidangnya? Apa berjalan dengan lancar?"

"Tentu saja berjalan sangat lancar. Baek Jong Il dijatuhi hukuman penjara seumur hidup. Dan yang lebih menyenangkannya, Jong Il mengakui semua perbuatannya," cerita Dantae dengan nada semangat. Suryeon hanya tersenyum seolah melihat anak kecil sedang bercerita pada ibunya.

Berbicara tentang anak, Suryeon jadi kembali mengingat hasil USG nya kemarin. Suryeon dan Joon Ki memutuskan untuk memberitahu Ha Jun dan Sungjae terlebih dahulu. Sungjae kemarin sudah tahu dan dirinya memarahi Suryeon habis-habisan. Sedangkan Ha Jun, appanya sedang menghabiskan waktu dan berjalan-jalan, jadi belum ada kesempatan untuk memberitahunya.

"Bibi Yoon Hee juga datang, aku sangat bangga dengan bibi karena bisa membuat Jong Il menangis sekaligus mengaku di pengadilan."

"Bibi Yoon Hee datang?"

"Hm, bibi adalah kelemahan appa dan bibi juga menjadi senjata terkuatku."

Ting nong

Suara bel di penthouse membuat percakapan merrka harus terhenti.

"Sepertinya itu pesanan oppa, aku sudahi dulu panggilannya kalau begitu."

"Kenapa disudahi? Aku masih ingin melihat wajahmu lebih lama."

"Makanlah dulu oppa, aku juga harus kembali bekerja di sini. Sampai jumpa besok."

Belum sempat Dantae menjawab, Suryeon sudah mematikan panggilan teleponnya. Terselip rasa kecewa karena tidak bisa melihat wajah Suryeon lebih lama.

"Suryeon, kau menangis?" Joon Ki datang dengan plastik berisi makanan Korea pesanan Suryeon.

"Tadi asisten abeonim mengantarkannya ke sini."

Ditatapnya plastik yang Joon Ki bawa tanpa minat, "Taruh saja, oppa. Mendadak aku tidak ingin makan."

Dantae juga sedang duduk melihat plastik yang diberikan si pengantar makanan tadi, "Kenapa sekarang aku tidak ingin, ya?"

Love Disorder ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang