95.

357 29 0
                                    

"Aakh!!" Suryeon mengaduh saat jari telunjuknya tidak sengaja teriris pisau. Pagi ini dia sedang buru-buru menyiapkan sarapan Eun Soo dan Yoon Seo yang belakangan ini rewel dan hanya mau masakan Suryeon saja.

"Suryeon, kau terluka?" tanya Dantae khawatir mendekati Suryeon.

Tanpa basa-basi, Dantae memasukkan jari Suryeon ke dalam mulutnya kemudian menghisap darahnya. Suryeon cukup terkejut dengan tindakan Dantae.

"Eomma kenapa?" tanya Yoon Seo mengekori Dantae.

Oh iya, sebentar lagi Yoon Seo dan Eun Soo berusia tiga tahun. Mereka sudah bisa berlarian di penthouse dan juga naik turun tangga membuat Suryeon jantungan melihat betapa kasarnya gerakan Yoon Seo yang bahkan menuruni tangga dengan melompatinya satu-satu.

"Ini eomma." Eun Soo memberikan obat merah yang memang sengaja Suryeon simpan di dapur.

Anak-anaknya tumbuh menjadi anak yang begitu perhatian terhadap keadaan orang-orang di sekitarnya. Selain itu Eun Soo dan Yoon Seo juga senang membaca buku. Lebih tepatnya melihat gambar-gambarnya saja karena mereka belum bisa membaca.

Tapi belakangan ini Suryeon dan Dantae baru saja mengenalkan mereka pada deret alfabet. Anak-anaknya selalu bersemangat saat Suryeon masuk ke kamar mereka setiap malam untuk menceritakan cerita sebelum tidur.

"Gomawo, Eun Soo." Dantae mengambil obat merah dari tangan kecil Eun Soo kemudian memakaikannya pada luka Suryeon.

"Oppa, aku senang dengan perkembanganmu," kata Suryeon tersenyum. Alih-alih merasakan sakit pada tangannya Suryeon malah bahagia.

"Perkembangan apa?"

Dantae meniup-niup agar obatnya cepat menyerap ke area luka baru dia menutupnya dengan plester.

"Trauma mu, sekarang sudah tidak seperti dulu."

"Sudah hampir tiga tahun aku pergi untuk menjalani perawatan. Lagipula aku hanya takut saat darah itu mengenai tubuhku. Yah, semua ini juga berkat bantuan dan dorongan darimu."

Dantae menutup kembali botol obat merah itu dan menyerahkannya pada Eun Soo. Putranya berlari dan menaruh obat itu pada tempatnya.

"Anni oppa, ini karena dirimu juga yang berjuang untuk melawan rasa sakit dan trauma itu. Aku bangga denganmu, oppa!"

"Kalau begitu kau harus memberiku hadiah."

Dantae memejamkan mata dan memajukan wajahnya mendekati Suryeon. Dengan akal jahilnya, Suryeon menggendong Yoon Seo dan membiarkan bibir Dantae menyentuh pipi Yoon Seo.

"Suryeon!" teriak Dantae kesal. Bukannya tidak ingin mencium putrinya, tapi pagi ini dia masih belum mendapatkan morning kiss nya.

"Appa tidak boleh mencium eomma. Hanya aku yang boleh." Yoon Seo memeluk leher Suryeon begitu erat. Begitu pula dengan Suryeon dengan tatapan jahilnya menatap Dantae sembari memeluk erat Yoon Seo juga.

"Appa boleh memelukku, kok."

Eun Soo berteriak sembari berlari dan merentangkan tangannya pada Dantae.

"Tentu saja appa juga akan memelukmu!" Dantae mengangkat Eun Soo dalam gendongannya.

"Appa, bagaimana cara menjalankan motor-motorannya? Joon Ki samchon membelikannya untukku tapi eomma tidak tahu cara menjalankannya."

Dantae melihat motor-motoran yang terletak di samping tangga. Benda itu baru pertama kali ada di penthouse mereka.

"Joon Ki kemarin datang?Kenapa kau tidak memberitahuku?"

"Joon Ki samchon hanya mengirim hadiah kami saja. Samchon tidak datang langsung dia ada di Jeju," jelas Eun Soo mewakili Suryeon.

"Aku melarang samchon datang. Kalau samchon datang, aku tidak bisa bermain dengan eomma."

Love Disorder ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang