103.

281 26 3
                                    

"Nurut dengan harabeoji, jangan nakal apalagi jauh-jauh dari harabeoji. Kalau ada orang yang tidak Eun Soo atau Yoon Seo kenal, jangan mau ikut ataupun menerima barang pemberiannya," kata Suryeon memberi nasihat pada putra dan putrinya yang sedang menatap koper Suryeon dan Dantae dengan sedih.

"Apa kali ini kami masih belum boleh ikut juga? Aku ingin ikut menjemput adik kecil."

Dantae tersenyum, dia berlutut untuk menyamakan tingginya dengan Yoon Seo.

"Nanti kita akan jalan-jalan bersama kok. Appa dan eomma akan bawa Yoon Seo dan Eun Soo berjalan-jalan bersama. Atau mungkin saja Yoon Seo ingin kencan dengan appa?"

"Dan aku kencan dengan eomma 'kan, appa?" tanya Eun Soo semangat. Melompat-lompat sembari menggenggam tangan Suryeon.

"Tidak. Eun Soo hanya boleh menemani eomma jalan-jalan. Namanya bukan kencan. Yang boleh kencan dengan eomma, hanya appa."

Eun Soo memanyunkan bibir, tapi langsung tersenyum saat Suryeon mengecup pipinya kemudian menggendong Eun Soo.

"Yang boleh kencan dengan eomma itu hanya Eun Soo, Dantae appa, Ha Jun harabeoji, dan Yoon Seo. Adik kecil juga nanti boleh."

"Appa tidak mau punya saingan lagi. Tidak jadi deh menjemput adik kecilnya."

"APPA!" protes Eun Soo dan Yoon Seo.

"Kalau tidak jadi, aku bisa tinggal di Korea kalau begitu?" Suryeon sengaja bertanya jahil.

Dantae baru sadar. Oh tentu saja tidak bisa. Ada rencana yang harus ia jalankan di sana. Mana mungkin ditunda lagi.

"Appa dan eomma berangkat dulu, jadi anak baik ya. Sampai nanti!!!"

Dantae gesit mencium pucuk kepala Eun Soo dan Yoon Seo, kemudian menitipkan kedua anaknya pada Ha Jun.

"Appa, aku titip mereka berdua ya. Jangan biarkan mereka terlalu banyak menonton kartun apalagi bermain game."

"Tentu. Aku akan menjaga mereka sebaik mungkin. Kajja! Kita beli kue cokelat dan belanja buah-buahan."

"Benar harabeoji?"

Ha Jun mengangguk, Eun Soo dan Yoon Seo lepas dari Dantae dan Suryeon.

"Mereka lebih tergiur dengan kue cokelat dan buah sepertinya oppa. Mereka terlihat tidak sedih kita pergi."

"Jangan begitu, sekarang saja mereka masih bisa tertawa. Sebelum tidur kan siapa yang tahu. Yoon Seo wajib, harus, dan selalu melihatmu dulu baru dia bisa tidur."

Suryeon menengok ke belakang, ke arah Eun Soo dan Yoon Seo yang sudah melomoat-lomoat kegirangan sembari menggenggam Ha Jun. Mereka bahkan tak lagi menengok ke belakang untuk sekedar melihat kedua orang tuanya.

"Sudah kubilang jangan khawatir. Aturan pertama dalam bilan madu kita kali ini adalah tidam boleh ada beban pikiran. Aturan ke dua, kita wajib bersenang-senang. Kajja!!"

Dantae merangkul Suryeon, kemudian mereka segera berjalan ke bagian imigrasi. Dalam antrian oenerbangan mereka, semua orang membawa pasangan bersamanya. Semuanya terlihat sangat bahagia, sangat muda, dan semua jelas tahu apa tujuan mereka ke Maldives. Tak terkecuali Dantae dan Suryeon, dengan tangan yang saling menggenggam satu sama lain, siapa yang tahu kalau mereka sudah memiliki dua manusia kecil di rumah.

"Tuan Joo Dantae dan nyonya Shim Suryeon?" tanya sang pramugari yang bertugas di depan pintu pesawat.

"Iya, itu kami," jawab Dantae.

"Akan saya tunjukkan tempat duduk kalian."

Pramugari itu mengantar Dantae dan juga Suryeon ke bagian pesawat yang berbeda, bukan yang kelas ekonomi, melainkan kelas bisnis. Dengan kursi yang lebih besar serta ruang kaki yang lebih luas.

Love Disorder ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang