57.

361 20 4
                                    

"Ahjumma, aku pesan tteokbokki dua, dua porsi odeng dan dua porsi gorengan campur."

"Anak muda, kau yang muncul di televisi beberapa hari lalu, bukan? Kau benar-benar akan memesan dagangan pinggir jalan seperti ini?"

"Memang kenapa, ahjumma? Daganganmu tampak enak untuk dinikmati. Ah, pesanannya untuk dibawa pulang ya, ahjumma. Tolong plastiknya dipisah."

"Akan segera ahjumma siapkan."

"Terima kasih, ahjumma."

Dantae keluar sebentar dari tenda sambil menunggu ahjumma itu menyiapkan. Jun Sang yang menunggu di luar, sedari tadi dia masih tidak habis pikir dengan Dantae yang tiba-tiba mau ke kedai pinggir jalan seperti ini.

"Hyung, nanti kau harus ikut dalam pertemuan ini," ucap Dantae. Tangannya ia masukkan ke dalam saku karena udara malam yang sangat dingin.

"Aku dengar fotomu sudah ada di mereka. Apa kau baik-baik saja?"

"Menurutku sudah cukup Suryeon yang mempercayaiku. Jadi jawabannya, aku baik."

"Kau bisa mengatakan yang sebenarnya kalau sudah lelah bersembunyi selama ini, Dantae-ah."

"Hyung, kau gila! Mana mungkin aku mengatakan semuanya sekarang. Saat ini masih bukan waktu yang tepat." Dantae meninggikan nada bicaranya. Menurutnya saat ini bukan waktu yang tepat untuk segera membeberkan semua kebenarannya.

"Anak muda, ini pesananmu."

Ahjumma itu memberikan dua plastik merah pada Dantae. Dantae mengoper kedua plastik itu pada Jun Sang dan mengeluarkan uang selembar lima puluh ribu won dari dompetnya.

"Aku ambil dulu kembaliannya di dalam."

"Tidak usah, ahjumma. Ambil saja kembaliannya. Ayo, hyung!"

Dantae segera berjalan cepat bersama Jun Sang. Tidak mau kalau ahjumma itu mengejar mereka untuk memberi kembalian.

"Terima kasih, anak muda."

Jalanan malam ini tidak terlalu ramai. Mungkin karena sudah memasuki akhir tahun dan banyak pekerja yang sudah libur, anak-anak juga sudah tidak sekolah, jadi jalanan bisa lebih kosong.

"Apa Suryeon menitip semua itu?"

"Bagaimana hyung bisa tahu?"

"Kau dari tadi tersenyum seperti orang gila begitu hanya memandangi plastik. Semua orang juga bisa langsung tahu."

Dantae meletakkan satu plastik di kursi samping Jun Sang, "Nanti makan ini bersama Sang Yun-ssi. Kalian sudah bekerja keras sebagai asisten dan seorang ayah. Istrimu akan melahirkan dua minggu lagi. Mulai minggu depan, Publae akan mengganti posisimu untuk sementara. Temani istrimu di rumah, hyung."

Jun Sang mentap Dantae dari kaca spion dengan pandangan terharu, "Terima kasih banyak, sajangnim."

"Jangan lupa undang aku di pesta seratus harinya, hyung. Aku akan menjadi samchon yang membawakan hadiah paling mahal."

"Anni, kau akan menjadi ahjussi. Masa ahjumma tadi memanggilmu anak muda. Dia bisa pingsan kalau tahu umurmu sudah hampir menyentuh angka empat," goda Jun Sang jahil untuk memberikan sedikit hiburan pada Dantae.

"Hyung!"

"Kita sudah sampai."

Dantae turun lebih dulu dengan plastik merah di genggaman tangannya sementara Jun Sang memarkirkan mobil. Langsung saja dia naik ke lantai di mana kantor Suryeon berada. Toko pakaian di bawah masih buka dan pengunjung masih ramai melihat-lihat.

"Belum ada yang datang?" Dantae menaruh plastik itu di atas meja yang ada di tengah ruangan.

Diam-diam dia memperhatikan Suryeon yang masih fokus pada pekerjaannya. Pasti Suryeon belum menyadari kedatangan Dantae. Rambut yang disanggul ke atas, kacamata bulat yang bertengger di hidungnya, kemeja berwarna biru langit dengan beberapa kancing yang dilepas hingga menampakkan leher putih jenjangnya. Meski rambutnya sedikit berantakan, Suryeon tampak sangat cantik di mata Dantae.

Love Disorder ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang