Ponsel Dantae yang ada di nakas samping tidurnya berbunyi. Suryeon yang juga mendengar suara itu menjadi terbangun. Betapa terkejutnya dia saat menemukan bahwa dia tidur di kasur yang sama dengan Dantae.
Tapi laki-laki yang semalam terluka kepalanya itu sudah tidak ada. Suryeon mendengar bunyi gemericik air dari kamar mandi dan bunyi dering ponsel di saat yang bersamaan.
"Yeoboseyo Jun Sang-ssi." Suryeon akhirnya menjawab panggilan dari Dantae.
"Ah, Shim sajangnim, apakah Ki Joon ada bersamamu? Aku sudah mengirimkan jadwalnya untuk tiga hari ke depan melalui email, tapi sepertinya dia belum membacanya."
"Nanti akan aku sampaikan, dia sedang mandi."
"Oh, sedang mandi rupanya. Kalau begitu, Lee sajangnim boleh aku minta bantuanmu?"
"Ya, tentu saja Jun Sang-ssi."
"Kalau begitu terima kasih banyak, Dantae bisa bersiap dengan tenang. Aku akan menjemputnya satu jam lagi."
"Baik Jun Sang-ssi, akan aku sampaikan juga."
"Terima kasih banyak, Shim sajangnim."
"Tentu. Jun Sang-ssi, kau bisa memanggilku tanpa embel-embel sajangnim. Kita sedang berada di luar kantor."
"Ah baik, Suryeon-ssi. Kalau begitu aku tutup dulu, istriku memanggil."
Panggilan terputus, Suryeon menaruh kembali ponsel Dantae di tempat sebelumnya. Setelahnya dia berjalan turun menuju dapur.
"Selamat pagi, bibi Yang," sapa Suryeon melihat seorang wanita di usia nya yang memasuki awal lima puluh tahunan sedang berdiri dan memotong sayuran.
"Ouw, Suryeon. Kau datang lagi! Sudah lama aku tidak melihatmu! Bagaimana kabarmu?"
Dengan penuh aura keibuan, bibi Yang memeluk Suryeon. Menyambutnya seolah Suryeon pulang ke rumahnya sendiri.
"Aku baik, bi. Aku juga sudah lama tidak melihat bibi, terakhir itu dua puluh tahun lalu saat aku berkunjung ke apartemen Dantae oppa."
"Ah, saat Dantae membawamu pulang saat kehujanan?"
"Benar, bi. Ternyata bibi masih ingat."
Suryeon dan bibi Yang tertawa setelah berbagi memori indah yang mereka ingat dulu.
"Tentu saja aku ingat. Itu pertama kalinya bibi melihat Dantae bersama seorang teman wanita. Hingga sekarang ternyata hanya kau yang selalu dia bawa ke rumahnya."
Suryeon mengerutkan dahi, "Jadi Dantae oppa tidak pernah membawa seorang wanita ke sini?"
"Tidak pernah. Sekalipun tidak pernah."
Suryeon sedikit ragu. Dantae yang pandai menggoda wanita seperti itu tidak pernah membawa wanita ke rumahnya?
"Biar aku bantu, bi. Aku sudah janji akan membuatkannya sarapan pagi ini."
Bibi Yang meneruskan urusan memotong sayuran sementara Suryeon menyiapkan alat-alat untuk memasak.
Saat Suryeon mencoba menyalakan kompor, bibi Yang menggenggam lembut tangan Suryeon.
"Suryeon, cara Dantae untuk mencintaimu memang sedikit berbeda dari yang lain. Seperti yang sudah kau dan aku juga tahu, dia memang menyimpan banyak foto di kamarmu. Tapi dia hanya berusaha untuk mengenangmu, dia tidak akan melakukan hal yang aneh-aneh dengan fotomu. Jadi jangan takut dengan Dantae, Suryeon-ah."
Suryeon balas menggenggam tangan bibi Yang.
"Terima kasih, bi. Karena sudah memberitahuku waktu itu. Bukan itu alasan sebenarnya aku takut dengan Dantae, oppa." kata Suryeon mencoba memberikan penjelasan pada bibi Yang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Disorder ✔
FanfictionGejala Love Disorder dialami oleh Joo Dantae saat dirinya mulai merasa tertarik terhadap Shim Suryeon, gadis yang ditaksirnya sejak dua puluh tahun lalu. Shim Suryeon yang memiliki senyum mempesona dengan mudah diakui Dantae bahwa Suryeon adalah mil...