4.

513 37 5
                                    

"Ini file yang daepyonim minta."

Dong Kyu menyerahkan USB ke hadapan Jong Il yang masih sibuk memeriksa berkas-berkas di kantor.

"Eoh, terima kasih atas kerja kerasmu."

Jong Il segera memasangkan USB itu pada laptopnya. Dibukanya salah satu dokumen dengan nama Shim Suryeon. Biodata, alamat rumah, kehidupan pribadinya sudah tertera dengan jelas dan terperinci di sana.

"Apa perlu saya urus kepindahannya sekarang?" tanya Dong Kyu.

Jong Il tersenyum menatap semua informasi yang ia terima dari Dong Kyu. Menyenangkan karena tahu bahwa orang tua Suryeon adalah pemilik dari perusahaan Jakomo. Perusahaan fashion terbesar di Korea, dengan penghasilan yang terus meningkat tiap tahunnya.

"Sekretaris Cho, kau bisa urus kepindahannya. Baik itu sekolah maupun apartemen, akan kuurus biayanya. Setelah itu kita biarkan dan lihat, apa yang akan terjadi kepadanya jika aku lepas tangan.

"Ah satu lagi, jangan pernah beritahu perusahaan Jakomo kepada Dantae. Kita harus mendapatkan Jakomo."

"Baik, daepyonim. Akan saya urus semuanya." Dong Kyu memberi hormat lalu segera meninggalkan ruangan.

"Sialan! Anak satu ini memang harus diberi pelajaran!" amuk Jong Il setelah melihat ada pesan masuk dari Dantae.

"Aku butuh semua berkas-berkas mengenai Flowerfield dan JK Holding."

Dantae mematikan ponselnya setelah mengirim pesan kepada Jong Il. Dia berdehem guna membersihkan tenggorokkannya yang terasa kering. Kakinya ia seret untuk melangkah masuk ke dalam tempat persemayaman ibunya.

Kini dia ada di rumah abu, tempat peristirahatan terakhir ibunya. Dia membawakan sebuah bunga kecil untuk ibunya. Berdiri di salah satu rak penyimpanan di tempat khusus VIP. Dantae menempelkan bunga itu di kaca rak.

"Eomma, hari ini aku membawakan eomma bunga Krisan putih. Bagus bukan?" Dantae tersenyum tapi matanya mulai berair kembali.

"Sama seperti arti dari bunga ini, aku akan membuktikan bahwa kita sama sekali tidak bersalah dan aku akan segera membalaskan semuanya, eomma." Dantae menumpahkan tangisannya sembari melihat foto sang ibu.

"Akan aku dirikan distrik milikku sendiri, eomma. Tidak akan kubiarkan apa yang seharusnya menjadi milikku diambil oleh orang lain."

Dantae tersadar atas perkataannya barusan, "Apa itu juga berlaku untuk Shim Suryeon?" tanyanya dalam hati.

Dantae duduk bersandar di tembok, matanya tetap menatap foto sang ibu. "Eomma, belakangan ini aku tertarik kepada seorang gadis kecil. Dia cantik dan berhati lembut, tapi menyebalkannya ada laki-laki lain yang terus menempel dengannya."

"Aku ingin memilikinya, eomma. Menjadikan dia satu-satunya milikku."

Dantae tersenyum membayangkan ekspresi Suryeon yang tersenyum kepadanya.

"Aku bahkan mendapatkan permen darinya. Dia sangat perhatian padaku, eomma. Kemarin dia juga menemaniku saat aku sedang bersedih. Lain kali akan kukenalkan pada eomma. Namanya Shim Suryeon, cantik bukan?"

Dantae berdiri, lalu melambaikan tangan pada foto ibunya.

"Aku pamit pulang dulu eomma, aku akan datang lagi nanti."

Dantae berjalan keluar dari gedung, sayangnya cuaca sedang tidak berpihak pada Dantae. Dia masih harus berjalan ke parkiran bus dan langit mulai mendung.

Tidak ada pilihan lain, Dantae berlari menuju halte bus. Tapi dari samping kanannya ada orang lain yang ikut berlari kencang. Keduanya saling bertabrakan hingga terjatuh di tanah.

Love Disorder ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang