86.

566 34 11
                                    

Bibi Yang berlarian membawa tas berisi pakaian-pakaian dan keperluan Suryeon selama di rumah sakit. Jun Sang secepat kilat pergi untuk menyiapkan mobil di bawah. Sedangan Dantae membantu Suryeon turun dari tangga dengan sangat hati-hati.

"Hati-hati sayang, kau bisa jatuh," seru Dantae panik melihat Suryeon menuruni anak tangga tidak sabaran.

"OPPA!!! Kita sudah mengulang simulasi ini sebanyak tiga kali. Ini sudah ke empat kali aku naik turun tangga. Kau tidak kasihan dengan bibi Yang dan Jun Sang oppa?"

Jun Sang tampak pucat, wajahnya begitu putih. Bibi Yang juga tak jauh berbeda, ditambah usianya yang sudah tak lagi muda membuat bibi Yang lebih cepat letih.

"Bagaimana kalau kau harus cepat-cepat dilarikan ke rumah sakit saat si kembar ingin segera hadir?"

"Oppa, Yuri bilang kita cukup datang ke rumah sakit besok. Tidak perlu melakukan simulasi seperti ini. Kau hanya membuat Jun Sang oppa dan bibi Yang pingsan saja."

Dantae menatap Jun Sang kesal. Bisa-bisanya Suryeon membela hyung nya yang satu itu.

"Malam ini saja kita ke rumah sakit. Aku tidak mau terjadi apa-apa pada kalian."

Suryeon memejamkan matanya mendengarkan Dantae yang keras kepala membawanya ke rumah sakit.

"Bibi Yang, Jun Sang oppa, sebaiknya kalian pulang. Sekarang sudah malam, pasti keluarga kalian sudah menunggu," kata Suryeon mengizinkan Jun Sang dan bibi Yang.

Dantae sudah mengambil waktu bibi Yang srbanyak empat puluh lima menit dari waktu biasanya bibi Yang pulang.

"Sampai jumpa nanti, Suryeon-ya. Bibi doakan agar persalinanmu lancar," kata bibi Yang sembari memeluk Suryeon.

"Besok aku pasti menjemput kalian pagi-pagi sekali. Tidak perlu terlalu khawatir Dantae."

Jun Sang dan bibi Yang sekarang sudah pulang ke rumah masing-masing, meninggalkan Dantae serta Suryeon sendiri.

Suryeon hanya geleng-geleng kepala dengan kelakuan Dantae, kemudian naik ke kamarnya di atas. Diekori oleh Dantae di belakangnya.

"Kau mau ke mana Suryeon?" tanya Dantae melihat Suryeon yang menggunakan mantel dan membawa ponselnya.

"Karena besok aku sudah harus ke rumah sakit dan kedatangan si kembar juga tidak akan lama lagi, bagaimana kalau kita berkencan? Hanya berjalan-jalan sebentar di daerah sini dan membeli jajanan di mini market seperti dulu, oppa."

"Ke-kencan?" tanya Dantae tergagap.

Minggu yang Dantae dan Suryeon tunggu akhirnya datang juga. Penantian mereka selama sembilan bulan akan segera terjadi minggu ini. Kedatangan si kembar yang sudah dinanti-nantikan.

"Kau serius? Malam-malam begini?"

"Kencan pertama kita lebih malam dari ini. Kalau oppa tidak mau, tidak apa-apa," kata Suryeon bersiap melepas mantelnya.

"Ah tidak-tidak. Aku mau. Aku sangat mau." Dantae mengambil asal salah satu jaket dari dalam lemarinya.

"Ayo!" Dantae berseru sembari mengulurkan tangannya untuk digenggam oleh Suryeon.

Keduanya berjalan menyusuri taman dengan segelas teh hangat di tangannya. Kali ini mereka tidak makan mie instan dari mini market ataupun duduk di meja kecil yang disediakan untuk makan maupun mengobrol ringan.

"Bagaimana si kembar? Kemarin kita sudah bisa merasakan tendangan mereka," tanya Dantae sembari menatap perut Suryeon.

"Mereka baik-baik saja. Akhir-akhir ini mereka sudah banyak bergerak."

Love Disorder ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang