52.

456 21 2
                                    

Dantae menggenggam tangan Suryeon selama menunggu antrean untuk menaiki kereta gantung. Meski cuaca sangat dingin, banyak pasangan yang rela berkorban demi melihat pemandangan indah itu.

"Silahkan." Seseorang yang bertugas menerima tamu meminta agar Dantae dan Suryeon masuk dalam bahasa Jepang.

"Ayo!" Dantae menarik tangan Suryeon dan mereka melompat bersama ke dalam kereta gantung itu. Pintu perlahan menutup dan kereta berjalan ke luar untuk memperlihatkan pemandangan.

"Oppa! Lihat itu di sana! Gunungnya indah sekali!"

Suryeon menunjuk-nunjuk gunung Fuji yang diselimuti salju dengan semangat. Terbayang betapa dinginnya di sana saat mereka yang berada di sini tanpa salju saja membutuhkan beberapa lapis pakaian untuk keluar.

"Hmm. Indah sekali," ucap Dantae dengan mata yang malah memandang Suryeon alih-alih gunung Fuji itu.

"Maafkan aku soal kejadian semalam."

Seberengsek-berengseknya Dantae, dia tetap merasa bersalah atas hal yang dilakukannya. Wanita seperti Suryeon yang harusnya Dantae lindungi malah dirusak oleh orang yang sudah dianggap sebagai kekasihnya, temannya, dan juga kakaknya. Kebohongan yang Dantae tambah agar Suryeon mau memaafkannya dengan cepat semakin membuat Dantae merasakan beban berat di hati.

"Sudah aku bilang jangan bicarakan masalah itu lagi, oppa. Aku akan memecahkan jendela dan menjatuhkanmu dari sini kalau kau membahasnya."

"Aku merasa sangat bersalah dan tidak bisa melakukan hal apa pun dengan tenang. Aku tidak yakin apa kau sudah memaafkanku atau belum. Aku tidak tahu apa kau benar sudah baik-baik saja atau kau hanya berusaha untuk baik-baik saja. Aku tidak tahu bagaimana pikiran dan perasaanmu sekarang. Aku takut kalau kau berniat pergi meninggalkanku," jelas Dantae menumpahkan curahan hatinya.

"Aku belum bisa sepenuhnya memaafkan oppa. Namun karena oppa bilang akan melakukan apa saja untukku, aku akan memberi oppa satu kesempatan. Bukan untuk kembali melakukan kesalahan yang sama. Aku ingin lihat apakah oppa menggunakan kesempatan ini dengan baik."

Suryeon dibawa masuk ke dalam pelukan hangat Dantae. Tidak masalah kalau Suryeon belum bisa memaafkannya. Perbuatannya memang akan sangat sulit dimaafkan.

"Gomawo, Suryeon. Aku berjanji--- ah tidak, aku bersumpah kalau aku tidak akan menyentJoou lagi sebelum kita menjadi pasangan yang sah di mata hukum dan Tuhan. Aku akan gunakan kesempatan yang kau berikan dengan baik."

Suryeon membalas pelukan Dantae, sedikit meremas jaket Dantae untuk mengatakan betapa tidak baik perasaannya saat ini.

"Aku tidak baik tapi, oppa. Otakku terus berbicara padaku agar aku bisa mengingat kejadian semalam. Dia tidak bisa tinggal diam dan ini membuat kepala dan hatiku sangat sakit. Rasanya remuk, hancur, dan kosong. Aku merasa hampa, oppa!"

Sejauh ini Dantae menyakiti wanita yang katanya begitu ia cintai. Sumpah yang baru saja Dantae ucap benar-benar jujur. Dantae tidak akan berani lagi menyentuh Suryeon terlalu jauh. Hanya untuk mendapatkan kebahagiaan dan kepuasannya sendiri, Dantae tidak mau membuat Suryeon menjadi sehancur ini.

"Menangislah. Aku benar-benar bersalah." Dantae meletakkan wajah Suryeon pada dadanya agar Suryeon bisa menangis lebih keras dan deras lagi.

Sepanjang akhir perjalanan, hanya beberapa detik yang digunakan oleh mereka untuk melihat pemandangan. Di akhir Suryeon merasa baikan setelah menangis. Meskipun matanya sembab, ada beban yang sudah terangkat karena perasaan Suryeon yang sebenarnya sudah Dantae ketahui.

"Setelah menangis, makanan bisa membuatmu bahagia. Aku mencari di internet katanya cokelat bisa mengembalikan moodmu. Di sini tidak ada yang jual cokelat batang, jadi ini saja."

Love Disorder ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang