83.

506 26 5
                                    

Berbelanja untuk kamar si kembar merupakan tantangan sendiri bagi Dantae. Suryeon yang begitu lama memilih barang, memeriksa dengan detail apakah ada benang yang keluar, apa ada goresan, dan sebagainya. Kalau Dantae yang disuruh membeli, sudah pasti sekarang dia sedang membayar di kasir.

"Tuan Joo?"

Dantae menoleh pada arah suara wanita yang baru saja memanggilnya. Bukan hanya Dantae yang memutar kepala, tapi Suryeon juga. Rela menghentikan waktunya dalam memilih barang hanya untuk melihat wanita berpakaian ketat.

"Kau siapa?" tanya Dantae, risih melihat wanita asing yang sedari tadi terus berusaha mendekatinya.

"Aku wanita yang kau temui di club malam itu. Kau tidak ingat? Kau bahkan menyebutku sayang."

"Club?" Suryeon berjalan mendekat, menajamkan pendengarannya. Kalau tidak salah tadi Suryeon mendengar kata club dan sayang, apa Dantae berulah lagi?

"Kami hampir tidur bersama di club. Ah, ahjumma tidak tahu, ya? Bahkan tuan Joo memanggilku dengan panggilan sayang."

"Tutup mulutmu sialan!! Aku tidak pernah menyentuh wanita mana pun selain istriku."

"Kau mabuk sekali malam itu, tuan Joo, tidak mungkin kau ingat." Wanita asing itu menunjukkan sebuah gambar. Dantae ada di sana bersama wanita itu yang duduk di atasnya.

Suryeon menatap Dantae meminta penjelasan. Matanya memancarkan laser, siap membolongkan mata Dantae sendiri.

"Memang benar Joo sajangnim malam itu datang ke club. Tapi dia tidak meminta siapa pun untuk datang. Di sini kau lah yang salah karena memasuki ruangan tanpa bertanya terlebih dahulu dan mengganggu privasi."

Jun Sang datang dengan Boa dalam gendongan tangannya, sebelah tangan yang kosong digunakan untuk memencet tombol play dari video.

Terdengar suara berkali-kali Dantae menyebut nama Suryeon. Sebelum Dantae bertundak lebih dari sekedar membuka kancing kemeja, Jun Sang sudah datang dan memghentikan semuanya.

"Bukan begini caramu mencari kerja nona. Tidak ada yang terjadi malam itu. Berhenti mencoba menipu orang."

Wanita itu ketakutan setelah ketahuan berbohong, tanpa berkata-kata lagi dia keluar dan masuk ke sebuah mobil hitam yang menunggu dari tadi.

"Oppa, siapa dia?"

Glek

Dantae menelan ludah dengan kasar. Dirinya benar-benar tidak sadar kalau ada seorang wanita yang datang padanya malam itu, yang ia bayangkan hanyalah Suryeon.

"Maaf, aku pikir itu kau. Ma-malam itu aku mabuk dan membayangkanmu."

Suryeon mencolek perut Dantae. "Pikiranmu itu sangat erotis," canda Suryeon nenggoda Dantae yang wajahnya memerah menahan malu.

"Bu-bukan begitu maksudku, sepertinya malam itu aku hanya terlalu merindukanmu jadi---"

"Jadi kau berpikiran mesum tentangku. Aku sudah tahu isi pikiranmu sekarang, yeobo."

Suryeon tersenyum jahil kemudian asik melihst-lihat sepatu bayi mungil. Mirip dengan yang ia lihat di toko dekat rumah sakit. Bagaimana kabar Hae In, gadis kecil itu ya?

"Yeo-yeobo?" Dantae tersenyum-senyum sendiri saat Suryeon mrmanggilnya dengan panggilan yeobo.

Di satu sisi, lebih tepatnya di mobil yang wanita aneh itu naiki. Ada dua orang wanita yang sedang berbincang.

"Eonni, ada laki-laki tua aneh yang membawa rekaman cctv tadi. Rencana kita jadi gagal."

"Kau ini bagaimana sih! Tidak becus begini. Sudah sana keluar! Ini bayaranmu."

Love Disorder ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang