Buku dan juga ribuan kertas-kertas beterbangan di lorong. Seluruh siswa sedang merayakan selesainya ujian mereka setelah sepekan penuh kepala mereka hampir pecah dengan materi yang mereka paksa hafal.
Tidak ada yang lebih membahagiakan dibandingkan hari ini. Tidak ada kelas yang tidak merayakan. Kertas-kertas yang bertebaran itu sudah bagaikan ritual setiap semester saat ujian selesai di sekolah Cheong Ah.
"Sekarang kita hanya perlu khawatir mengenai hasil ujian. Nilai-nilai akan dipasang di papan pengumuman minggu depan. Dantae, aku takut kalau gagal," Tae Gyu bergelayut di lengan Dantae. Dantae menganggap hal ini sangat menggelikan. Tae Gyu benar-benar menyulitkan dirinya.
"Seharusnya kau khawatir di awal." Dantae menghempaskan lengannya, "Jangan lakukan hal itu lagi!"
Dantae berjalan meninggalkan Tae Gyu, dia memilih untuk berjalan ke arah Sungjae yang sedang menghancurkan beberapa kertas di dekat tempat sampah.
"Kau bilang ingin berlibur ke Flowerfield Mall bukan? Aku memberimu undangan khusus. Pastikan untuk datang besok."
Dantae menyerahkan sebuah undangan. Sungjae merasa terhormat karena mandapatkannya secara langsung dari Dantae. Meskipun keduanya sering bertengkar, tapi ada saatnya mereka akur seperti ini.
Setelah menyerahkan undangan itu, Dantae merogoh saku jasnya dan mengeluarkan undangan yang ia desain khusus. Ada setangkai bunga kecil di halaman depannya dan ia juga memberikan banyak gambar kupu-kupu. Tentu saja kartu itu hanya ditujukan khusus untuk Suryeon.
Karena sekarang semua orang sedang berada di lorong yang mengartikan bahwa semua sedang tidak ada kelas. Dantae berjalan dengan satu tangan yang ia masukkan ke kantong celananya.
Kertas-kertas beterbangan di atas dirinya. Bagaikan gerakan slowmotion, Dantae berhenti melangkah dan memperhatikan seorang gadis kecil berlarian dari ujung lorong. Kertas yang turun dari langit bagaikan bunga-bunga yang bertaburan pada gadis itu.
Rambutnya ia ikat dengan gaya kuncir kuda. Bergerak ke kiri ke kanan karena gerakan berlarinya. Seperti biasa, gadis itu tersenyum dan senyumannya semakin lebar setelah melihat Dantae. Tangannya kini melambai di udara.
Jaraknya mengikis, gadis itu menangkap lengan Dantae dan berputar-putar tiga ratus enam puluh derajat di bawah guyuran hujan kertas.
"Oppa, bagaimana ujianmu?" Suryeon bertanya dengan nada sumringah. Tangannya masih merangkul lengan Dantae yang memegang sebuah undangan.
"Tentu saja baik. Mungkin karena sering belajar bersamamu."
Tawa Dantae dan Suryeon pecah di tengah lorong.
Selagi mereka tertawa, seorang gadis lewat di tengah mereka. Dengan saja dia menyenggol Suryeon dan lari terburu-buru. Dantae dengan sigap membantu Suryeon berdiri.
"Kamu baik-baik saja?"
Suryeon tetap tersenyum, "Aku tidak pernah lebih baik dari hari ini."
"Shim Suryeon, aku sedang tidak bercanda. Apa lututmu sakit lagi? Ada yang berdarah?" Dantae mengecek seluruh tubuh Ji Ah secara menyeluruh.
"Aku tidak apa-apa, oppa. Sungguh."
"Kau terjatuh, bodoh. Coba berdiri." Dantae membantu Suryeon. Dalam hati dia sudah berkali-kali mengutuk orang yang menghancurkan keromantisan mereka. Momen langka yang ia tunggu berbulan-bulan.
"Lihat, aku masih bisa berdiri." Suryeon melompat-lompat girang. Tidak peduli dengan orang yang baru saja menabraknya. Dia tetap Shim Suryeon yang murah senyum.
Dantae menatap takjub. Dia tidak habis pikir Suryeon masih bisa tertawa di saat seperti ini.
"Apa yang ada di tangan oppa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Disorder ✔
FanfictionGejala Love Disorder dialami oleh Joo Dantae saat dirinya mulai merasa tertarik terhadap Shim Suryeon, gadis yang ditaksirnya sejak dua puluh tahun lalu. Shim Suryeon yang memiliki senyum mempesona dengan mudah diakui Dantae bahwa Suryeon adalah mil...