19.

421 27 5
                                    

Setelah mengucapkan terima kasih kepada Dantae, Tae Gyu melesat pergi untuk minum dengan dokter Ha yang kebetulan menelepon dirinya. Biasanya Dantae tidak pernah absen saat ada acara minum-minum seperti itu, tapi ada yang lebih penting saat ini.

Shim Surueon selalu menjadi prioritasnya. Secinta apa pun Dantae dengan minum, Shim Suryeon tetap yang paling ia cinta dan nomor satu di hatinya.

Omong-omong soal Suryeon, Dantae sedang menatap wanita itu terpesona. Bagaimana tidak. Suryeon mengekspos bahunya yang terlihat begitu mulus. Dia mengenakan kemeja berwarna pink salem dengan rambut yang ia ikat model kuncir kuda membuat lehernya terlihat berkilap di mata Dantae.

"Oppa, apa aku boleh masuk?"

Suryeon menyadarkan lamunan Dantae. Posisi mereka saat ini masih berada di pintu masuk sejak lima menit lalu. Salahkan Dantae yang terus memuja Suryeon dalam hatinya.

"Eoh, tentu, masuklah!" Dantae menggeser posisi badannya sedikit canggung.

Dia membiarkan Suryeon mengganti sepatu haknya dengan sandal rumah yang sengaja Dantae siapkan.

Suryeon masuk dan melihat sekeliling, Dantae tersenyum bangga dari belakang saat Suryeon mengacungkan jempol.

"Apa kau yakin ini hanya sebuah Penthouse, oppa? Ini sudah seperti rumah asli."

Suryeon melihat dapur dan semakin berbinar saat menemukan bahan-bahan segar yang tertata rapi di sampingnya.

"Oppa, kau hidup sangat baik. Kau sudah membanggakan eommeonim, oppa."

Suryeon memutar balik badannya saat mereka sampai di dekat jendela untuk menikmati pemandangan.

"Tapi semua ini tidak ada gunanya, eomma sudah tidak ada. Dia bahkan tidak sempat meradakan hidup megah sepertiku sekarang," ucap Dantae dengan raut wajah sedih. Dia jadi mengingat bagaimana mereka bertahan hidup dahulu. Bagaimana kerjanya Baek Jong Il terhadap ibu dan dirinya.

"Ah, astaga, seharusnya aku tidak membahas itu. Maaf oppa, aku merusak suasananya," kata Suryeon merasa bersalah saat melihat perubahan raut wajah Dantae.

"Tidak apa. Lagipula aku melakukan ini bukan hanya untuk diriku atau pun eomma. Aku melakukan ini untuk seseorang, Shim Suryeon."

Dantae menyilangkan kedua tangannya di depan dada. Kemudian kepalanya ia tengokkan ke arah kiri di mana Suryeon berdiri sembari menatap Dantae heran.

"Apa kau mau menjadi seseorang itu, Suryeon? Menjadi miss right yang selama ini aku nanti."

Dantae mengedipkan sebelah matanya menggoda Suryeon yang malah tersipu malu.

"Oppa, apa ada yang bisa aku bantu?"

Suryeon jadi salah tingkah. Dia menaruh barang-barang bawaannya di meja tengah lalu menggulung lengan kemejanya sebatas siku. Suryeon berjalan ke dapur diikuti Dantae yang tertawa karena Suryeon yang tiba-tiba mengganti topik pembicaraan.

"Apa yang ingin kau makan?"

Dantae ikut menggulung lengan kemejanya, dia dan Suryeon sama-sama memperhatikan bahan-bahan yang tersedia. Lalu kompak melihat jam yang melilit indah di pergelangan tangan mereka.

"Bagaimana kalau pasta?"

Suryeon dan Dantae bertanya di waktu yang bersamaan hingga menimbulkan tawa kecil melihat kekompakan di anatara keduanya.

"Karena sudah hampir melewati jam makan malam. Aku akan membuatkan makanan yang simple. Kau duduk saja, aku akan segera sajikan saat sudah jadi."

Dantae yang awalnya sibuk mencuci tangan langsung terkesima saat ternyata Suryeon sudah mulai merebus pasta.

Love Disorder ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang