Setelah mampir di toko buah dan membeli sekeranjang penuh buah-buahan kesukaan Sungjae, Suryeon langsung pergi ke rumah sakit. Di sana Sungjae hanya berbaring sembari membaca sesuatu dari layar tabletnya. Masih belum menyadari Suryeon yang sudah masuk ke dalam kamarnya.
"Oppa, aku membelikan buah kesukaanmu."
Tablet Sungjae jatuh setelah mendengar suara lembut Suryeon. Kenapa bisa dia tidak sadar kalau Suryeon ada.
"Eoh, kau datang? Kau bilang hari ini tidak bisa mengunjungiku."
"Pekerjaanku selesai lebih cepat. Jadi tentu saja aku mampir. Bagaimana keadaanmu, oppa? Apa masih terasa sakit?"
Sunhjae memegang bagian luka pada perutnya. Obat rasa sakit yang baru saja diberikan tadi pagi sepertinya masih bekerja.
"Untuk saat ini tidak begitu sakit, lukanya juga sudah mulai mengering."
Suryeon mengangguk paham, "Bagus kalau begitu. Aku senang mendengarnya."
Sungjae memperhatikan Suryeon. Sedari tadi mereka bicara, hanya Sungjae yang menatap Suryeon. Wanita itu tidak bosa duduk dengan tenang. Kadang menegakkan badannya, lalu menyilangkan kakinya, lalu kepalanya ke kiri dan ke kanan gelisah.
"Apa ada yang tidak beres? Kau terlihat tidak baik."
Suryeon tersadar, akhirnya dia menatap Sungjae tepat di matanya. Entah kenapa dia merasa bersalah jika menyembunyikan hal ini dari Sungjae.
"Eoh, tidak ada. Aku hanya terpikirkan pekerjaan di kantor saja."
"Kau bilang pekerjaannya sudah selesai."
"Ah, iya juga."
"Dantae memanggilmu bodoh bukan tanpa alasan."
Suryeon membeku mendengar nama Dantae tersebut. Tepat sasaran. Sungjae sudah yakin ada sesuatu di antara mereka berdua yang belum dia ketahui.
"Semalam kau bertemu dengannya di penthouse?"
Suryeon semakin terkejut mendengar pertanyaan Sungjae.
"Bagaimana oppa tahu?"
"Padahal aku hanya asal bertanya. Ternyata tebakanku benar. Apa Dantae melakukan hal aneh padamu? Aku bisa langsung membunuhnya jika dia menyentuhmu."
"Aa-ah, tidak ada apa-apa, oppa. Kita hanya membicarakan masalah pekerjaan di rumah Dantae oppa, lalu membahas kontrak menjadi desainer prubadinya," jawab Suryeon tergagap.
"lalu kita berciuman." Tentu saja Suryeon tidak akan membeberkan hingga ke detail ini.
"Apa kau menyetujuinya?"
Suryeon mengangguk. Mau bagaimana lagi, dia yang sudah lalai tidak membaca kontrak dengan baik. Jadi setidaknya dia akan mencoba selama satu bulan. Menjadi desainer pribadi Dantae dan tinggal di rumahnya.
"Kau harus berhati-hati. Dia lebih mesum dariku," kata Sungjae sambil mengganti saluran televisi yang sedikit membosankan baginya.
"Iya, oppa, kau benar," jawab Suryeon spontan tanpa dipikir kembali.
"Lihat! Pasti dia melakukan hal aneh padamu semalam!" Sungjae berteriak sembari menodongkan remote.
Suryeon merasa terpojok apalagi saat Sungjae mentapnya penuh selidik. "Apa kalian tidur bersama!?"
Mata Suryeon melebar, "TENTU SAJA TIDAK! Aku masih sangat menjaga diriku."
"tapi bibirku sudah tidak." kata Suryeon membela dirinya.
Tok tok tok
Di tengah perdebatan kecil mereka, Kang Hyun Woo masuk lalu memberi salam singkat pada Sungjae.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Disorder ✔
FanfictionGejala Love Disorder dialami oleh Joo Dantae saat dirinya mulai merasa tertarik terhadap Shim Suryeon, gadis yang ditaksirnya sejak dua puluh tahun lalu. Shim Suryeon yang memiliki senyum mempesona dengan mudah diakui Dantae bahwa Suryeon adalah mil...