1

64.8K 2.8K 156
                                    

Na Jaemin, pria manis ini baru saja lulus dari kuliahnya, dan mendapatkan pekerjaan sebagai seorang guru TK disebuah taman kanak-kanak dekat kontrakannya dulu. Tempat Jaemin mengajar bersebelahan dengan daycare, terkadang jika Jaemin tidak ada jadwal mengajar, dia akan mengurus para anak-anak di daycare. Tempat dimana Jaemin mengajar ini bisa dikatakan terkenal, karena tempatnya luas, pendidikannya terjamin, guru-gurunya pun bersertifikasi, keamanannya terjamin, fasilitas mumpuni, dan bagi pekerja di sana gajinya juga lumayan.

Na Jaemin hanyalah seorang anak yatim piatu yang harus menyambung hidupnya sendiri dengan bekerja keras. Dia sudah ada di panti sejak kecil. Dia mulai bekerja mencari uang sejak usia 15 tahun dengan menjadi seorang tukang antar koran dan susu. Dan itu terus berlanjut hingga SMA. Dia sekolah menggunakan beasiswa, bebas tanpa pungutan biaya. Tapi meski dia anak beasiswa, dia punya banyak teman saat di SMA, bahkan saat di kuliah pun banyak orang yang mau dekat dengannya dan ingin mengenalnya. Jaemin memang tidak terlalu pandai bersosialisasi, tapi jika sudah nyaman dengan seseorang dia akan dengan bebas mengekspresikan diri.

Teman baik Jaemin adalah Seungmin. Mereka sama-sama lulus di tahun yang sama, dari kampus yang sama, namun beda fakultas. Cerita pertemuan mereka juga sangat unik, yaitu saat masa orientasi pertama kali, Seungmin tidak sengaja meminum minuman Jaemin karena mereka ternyata punya botol yang sama, dan dari sana mereka berteman. Semua keluh kesah Jaemin, Seungmin tahu. Termasuk, yang satu ini. Biaya sewa kontrakan yang menunggak.

Jaemin adalah seorang guru baru di TK yang sekarang menjadi tempat kerjanya, tentu saja gaji yang diterima belum besar, gajinya masih sedikit. Itu pun gajinya hanya dibayarkan setiap dua bulan sekali. Sedangkan uang dari hasil kerja paruh waktu Jaemin di cafe tidak mencukupi untuk biaya sewa kontrakannya.

"Pakai uangku saja dulu ya? Daripada kau diusir, kau sendiri aku tawari tinggal bersamaku juga tidak mau." kesal Seungmin, dia sudah menawari Jaemin berkali-kali agar tinggal saja ditempatnya, tapi pria manis satu ini malah terus menerus menolaknya.

"Tidak mau, aku tidak mau berhuutang padamu, tidak apa, kalau diusir aku akan cari tempat baru." ujar Jaemin menolak. Seungmin sudah tidak tahu lagi bagaimana mengatasi kekeras kepalaan sahabat manisnya.

Dan hari Jaemin diusir benar-benar datang. Jaemin diusir di minggu ketiga dia mengajar di TK. Jaemin tentu saja kelabakan saat tahu semua barang-barangnya dikeluarkan dari dalam rumah.

"B-Bibi, k-kumohon beri aku waktu lagi" mohon Jaemin.

"Tidak bisa, aku sudah menyewakan tempat ini ke orang lain, salahmu sendiri tidak bisa membayar tepat waktu. Sekarang bawa semua barangmu dan pergi dari sini." Jaemin yang hendak memohon lagi ditolak. Dia dengan lesu dan tanpa semangat membereskan barang-barangnya. Pakaian ia masukkan ke dalam koper, dia lipat serapih mungkin, buku-bukunya ia masukkan ke dalam tas besar lainnya. Barangnya tidak banyak, karena dia sendiri memang tidak punya banyak barang, baju saja hanya ada beberapa setel, sisanya buku-bukunya dulu saat kuliah. Buku-buku SMA dan SMPnya sudah ia jual.

Jaemin ingin kembali ke panti asuhannya dulu, tapi dia ingat, panti itu sudah tidak ada. Bibi pemilik panti sudah meninggal, dan anak-anak panti lainnya juga sudah tidak ada di sana lagi, sudah bersama keluarga baru mereka masing-masing. Jaemin ingin menghubungi Seungmin tapi dia juga baru ingat ponselnya sudah ia jual untuk menambahi biaya sewa kontrakan, tapi tetap saja kurang. 

"Eotteokhhaeee?!!" erang Jaemin. Dia tidak tahu harus kemana sekarang. Dengan langkah pelan ia seret kopernya, tas besarnya ia jinjing. Lesu Jaemin melangkah keluar dari kontrakannya.

Alasan dia mengontrak di sana adalah karena tempat itu tidak jauh dari TK dan dulu saat kuliah, tempat itu tidak jauh dari kampusnya.

Jaemin keluar dari panti saat selesai SMA, saat usianya 19 tahun. Dia sudah merasa cukup dewasa untuk pergi dari panti asuhannya. Tapi sekarang dia diusir, tidak bisa bayar sewa, rasanya dia ingin menangis saja. Dulu dia membayar sewa dengan uang tabungan yang sudah lama ia kumpulkan sejak di panti, tapi tetap saja karena kebutuhan semakin banyak tabungannya juga semakin menipis, apalagi gaji yang ia terima dari kerja paruh waktunya tidak banyak.

[ALL X JAEMIN] OUR JAEMINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang