66

12K 1.2K 25
                                    

***

Masih di hari yang sama, di hari pemulihan diri, Jaemin bersama para suaminya tengah menonton drama yang disiarkan. Mereka tidak tahu apa yang harus dilakukan untuk membunuh waktu, sehingga memutuskan untuk menonton drama apapun yang ditayangkan di televisi.

"Ck, aku tidak pernah puas dengan istriku, dia tidak bisa memuaskan di ranjang. Aku menyesal menikahinya." pria berjas putih itu berujar dengan santainya, membiarkan wanita-wanita di sekitarnya menggodanya.

"Kalian lebih baik daripada dia. Hahh~ kenapa dulu aku menikahinya? Dia bahkan tidak memuaskan sama sekali di ranjang, gadis manja yang tidak bisa apa-apa, ck, yang ada merepotkan." sambung si pria.

"Kalau begitu, apa kau akan menemani kami malam ini? Menghangatkan ranjang kami?" tanya wanita di sebelah kananya.

"Tentu saja, aku butuh pelampiasan."

"Hey, katakan padaku, apa kalian sangat berani seperti tokoh pria di drama itu? Tidak puas dengan servisku dan pergi mencari penggantiku di bar? Bermain dengan para jalang?" tanya Jaemin, mata fokus pada adegan di televisi, dimana saat ini tokoh pria itu  didatangi oleh beberapa pria, pria berjas itu didatangi saat dia menelanjangi wanita yang akan menemaninya malam itu.

"Tidak tidak, mencari penggantimu saja tidak pernah terpikirkan oleh kami." bantah Doyoung, oh astaga! Membayangkan hidup tanpa Jaemin disisinya dia yakin tidak akan sanggup, kehilangan orang yang paling dicintai hanya karena keegoisan diri semata, itu tindakan paling bodoh yang tidak ingin Doyoung lakukan. Dia memilih mati daripada melukai permata seindah Jaemin.

"Tidak ada yang seindah dirimu diluar sana, Jaeminnie~" ujar Dejun.

"Hari ini kalian mengatakan itu, tetapi bagaimana dengan esok?" tanya Jaemin masih tidak menatap para suaminya, dan hanya menatap layar.

"Nah, hilangkan pikiran seperti itu, baby, kami tidak ada pikiran untuk mencari penggantimu atau apapun itu, kami telah bersumpah di hadapan Tuhan, orang tua kami, Leeteuk abeonim, dan para sahabatmu, untuk hidup bersamamu hingga akhir." ujar Johnny sembari menatap ke arah sang istri yang masih memasang wajah serius.

"My Sun, dengar, kami bukan orang yang seperti itu, hidup kami dihabiskan untuk mengurus pekerjaan dan lainnya. Kami tidak memiliki kehidupan romantis sebelum akhirnya kau datang dan mengobrak-abrik hati kami semua." ujar Taeil yang memang duduk di sebelah Jaemin, dia mengusap punggung tangan Jaemin dengan lembut.

"Jika diminta untuk memilih, melukaimu dan kami bahagia atau mati dan kau bahagia, kami memilih opsi kedua. Tindakan seperti yang ada di drama itu adalah tindakan yang tidak akan pernah kami lakukan." sambung Yuta.

"Kami bukan manusia yang seperti itu, yang haus akan nafsu, kami bukan manusia yang bertindak seperti binatang seperti itu." ujar Ten.

"Bagaimana jika ada yang lebih baik dan lebih menawan dariku?" tanya Jaemin, kini ada kilat takut di mata bulat cantik istri mereka.

"Lebih baik pada apa dulu, eh? Sayang, kau menawan, jangan merendahkan dirimu, hatimu lebih kaya dari siapapun, sikapmu lebih indah dan anggun dari mereka yang menggelar gelar orang 'kaya'. Kau adalah manusia dengan tindakan yang penuh afeksi, kau menawan dengan caramu sendiri, kau adalah orang yang tidak akan segan menegur bahkan marah pada kami jika kami melakukan sesuatu yang diluar batas." ujar Hendery.

"Sweetheart, aku tidak tahu apa yang mengganggu pikiranmu saat ini, tapi kalau kau tahu, satu-satunya orang yang bisa membuat kami gila, hanya kau seorang." sambung Haechan.

"Tidak peduli sebaik apapun  orang itu, seindah atau semenawan apapun orang itu, jika itu bukan dirimu, My Dear, kami tidak akan berpaling. Apa kami pernah mengatakan jika kau adalah pusat hidup kami? rumah kami kembali? Jika belum, biar aku katakan, kau adalah segalanya untuk kami dan kau adalah rumah untuk kami kembali." ujar Mark.

"Kau hebat dalam segala hal, kau hebat dalam mengurus pekerjaan rumah tangga, kau hebat mengurus anak, kau hebat membuat kami menurut padamu, kau hebat dalam menghibur kami saat kami sedih, kau hebat dalam hal menenangkan kami jika kami marah, kau hebat dalam segalanya. Kekuranganmu hanya satu, kau terlalu sempurna, untuk kami yang memiliki banyak kekurangan sebagai Tuan Muda." ujar Renjun.

"Jangan merendahkan dirimu lagi, kau pantas menyandang gelar 'Nyonya Muda NEO', kau pantas untuk itu, terlebih yang paling penting adalah kau berhak mendapatkan kebahagiaan, kau berhak bahagia sebagai balasan atas semua kesakitanmu di masa lalu." ujar Jungwooo.

"Kau berhak atas kami, atas segalanya, jadi jangan merendahkan diri lagi." ujar suami Jaemin yang paling muda, Jisung.

"Kau hanya perlu ingat, kami, para penguasa NEO, hanya menikah satu kalli seumur hidup dengan satu orang yang kami cintai, hingga akhir hayat kami." penuturan Taeyong membuat Jaemin menatap semua suaminya dan mengukir senyum kecil.

"Terimakasih telah menerimaku dan terimakasih atas sanjungannya." ujar Jaemin.

"Kau berhak atas sanjungan itu." ujar Sungchan.

"Kami yang harusnya berterimakasih, kau telah datang pada kami dan menerima kami, tanpa menatap harta kami dan siapa kami." ujar Shotaro, membuat Jaemin menatap suaminya itu.

"Kalian seharusnya sudah tahu aku tidak bisa mencuri harta kalian, aku tidak akan pernah mampu." canda Jaemin.

"Kami tahu."

***

Jaemin terbaring di kasurnya sendiri, dia menatap langit-langit kamarnya, memikirkan pembicaraan tadi siang, dia merasa insecure tiba-tiba. Belum genap seminggu tetapi dia mendadak sudah merasa insecure dan kurang dalam segala hal.

"Aku sepertinya kurang bersyukur." gumam Jaemin.

CKLEK

"Mama Na" Jaemin bangun dari posisinya dan melihat Jungwoo masuk ke dalam kamarnya.

"Ada apa, Papa Wooie?" tanya Jaemin, Jungwoo mendekat setelah menutup pintu.

"Boleh aku tidur denganmu?" tanya Jungwoo, Jaemin mengernyit pelan.

"Hanya tidur, sayang, tidak lebih." Jaemin mengerjap sebelum tertawa kecil dan mengangguk.

"Tentu saja boleh, tapi kau yakin tidak bertukar jiwa dengan Chenle kan?" Jungwoo mendengus dan berbaring di sebelah sang istri.

"Sama seklai tidak, sudah ayo tidur." Jungwoo menarik Jaemin dalam pelukannya, tidak lupa Jungwoo cium kening Jaemin dengan begitu lembut.

"Selamat tidur sayang, jangan memikirkan hal-hal yang tidak masuk akal, ayo tidur, tenangkan pikiranmu." Jaemin terkekeh dan mengangguk.

"Maaf-maaf, aku hanya mendadak merasa insecure tapi tidak apa, aku sudah kembali seperti semula." ujar Jaemin, Jungwoo mengusap punggung Jaemin lembut.

"Kita memang baru mengenal beberapa bulan, hampir satu tahun, kami tidak menyalahkanmu yang memiliki pemikiran seperti itu. Jika aku ada diposisimu, pasti aku juga akan memikirkan hal yang sama, berpikiran apa benar mereka menerimaku? mencintaiku dengan tulus?" Jaemin diam mendengarkan.

"Tapi yang seperti dikatakan Taeyong hyung tadi, kami, hanya menikah satu kali dengan satu orang yang sama, yang kami cintai, mari menjadi teman hidup hingga akhir hayat nanti." Jaemin mengangguk kecil.

"Mm, mari menjadi teman hidup." Jungwoo mencium kembali kening Jaemin.

"Tidur, istirahatkan dirimu." Jaemin mengangguk.

"Selamat malam, Papa Wooie."

"Selamat malam, Mama Na."

***

_66_

[ALL X JAEMIN] OUR JAEMINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang