37

12K 1.4K 50
                                    

***

Hari ketujuh telah datang, tepatnya di hari Minggu. Sejak pagi tadi Jaemin sudah sibuk berjalan kesana-kemari, membereskan pakaian miliknya, pukul sebelas dia sudah harus menemui Victoria, mengingat hari ini adalah peluncuran buku miliknya. Semalam Victoria mengiriminya pesan, jika para penggemar buku-buku terbitan Periwinkle mengatakan tidak sabar menanti buku terbitan milik Jaemin, respon negatif pasti ada karena mereka masih ragu dengan pembaca baru, Jaemin maklum saja, tapi mengingat banyak yang menantikannya dia jadi tidak sabar sendiri.

"Kau sudah siap?" tanya Taeyong kaget saat membuka kamar Jaemin, kemarin malam Jaemin bilang minta dibangunkan shubuh hari, ingin bersiap, jadilah Taeyong hendak membangunkannya, tapi tidak menyangka jika si manis sudah siap.

"Ah ne, aku tiba-tiba terbangun begitu saja, maaf membuat hyung repot." Taeyong menggeleng, didekatinya Jaemin dan diciumnya pipi si manis.

"Ugh... hyungie jangan suka cium, nanti yang lain lihat dan mereka iri bisa minta semua." ujar Jaemin mengeluh, Taeyong terkekeh mendengarnya.

"Padahal kau sendiri yang suka cium sana-sini." ujar Taeyong, Jaemin nyengir.

"Ah ne, boleh kutanya sesuatu, love?" Jaemin mengangguk.

"Kau akan mendaftar menjadi guru TK kembali?" tanya Taeyong, Jaemin mengerjap mendengar itu, Taeyong membawa Jaemin duduk di tepi kasur.

"Apa hyung tidak setuju?" tanya Jaemin.

"Bukan begitu, my love, hyung hanya khawatir pada kondisi kesehatanmu itu saja, sekali kau menjadi penulis kau akan mendedikasikan hidupmu pada tulisan-tulisanmu, dan mendapat ide juga tidak mudah, jika moodmu hancur karyamu kacau, apa kau yakin masih mau mendaftar menjadi guru TK?" tanya Taeyong sembari dia menggenggam jemari Jaemin dan mengusap punggung tangan Jaemin dengan begitu lembut.

"Aku tidak tahu, maksudku, aku tidak punya penghasilan apapun dan kalian yang selalu membayariku, kartu yang kalian berikan padaku itu saja kugunakan sedikit mungkin agar aku tidak merasa berhutang, kalian sudah memberiku tempat tinggal dan merawatku dengan baik, meski kalian memang berencana menjadikan aku Nyonya Muda di mansion NEO, tetap saja, seorang Nyonya muda tanpa penghasilan sendiri? Itu agaknya menggangguku." ujar Jaemin.

"Bukankah aku pernah mengatakan jika kau tidak perlu memusingkan masalah uang dan lain halnya, uang kami adalah uangmu juga?" Jaemin menggeleng kecil.

"Taeyong hyung sayang, mendengar itu justru membuatku merasa bersalah karena aku terkesan tidak melakukan apapun." ujar Jaemin.

"Kau mengurus kami, memperhatikan kami, merawat kami dengan baik, memarahi kami, mengingatkan kami, itu bukan tidak melakukan apapun, kau melakukan apa yang tidak bisa kami lakukan, kami ingin kau ada di rumah bersama kami. Kalau pun bekerja kami hanya ingin kau bekerja di rumah." ujar Taeyong.

"Aku jadi seperti burung dalam sangkar emas, tahu tidak?" tanya Jaemin, Taeyong terdiam.

"Tidak- maksudku- aku- kami-" Jaemin tersenyum kecil.

"Baiklah, aku turuti permintaan kalian, maafkan aku yang keras kepala." Taeyong memeluk Jaemin, dia tidak bermaksud seperti itu.

"Maaf" Jaemin menggeleng.

"Tidak perlu minta maaf, aku lupa aku tinggal dengan siapa, kalian adalah anak-anak yang punya masalah dengan keluarga kalian, dan kalian tidak punya pengarah sama sekali, kalian hanya bisa bergantung satu sama lain, tapi jika suatu saat kalian kehilangan penopang dan tidak ada yang menopang kalian lagi, aku tahu kalian akan lepas kendali dan menggila." Jaemin mengusap punggung Taeyong, menenangkan pria tampan tersebut.

"Aku tidak akan bekerja sebagai guru TK lagi, tapi boleh aku minta permintaan?" tanya Jaemin, Taeyong melepaskan pelukannya dan mengangguk, Jaemin mengusap air mata yang tanpa disadari turun dari mata Taeyong.

[ALL X JAEMIN] OUR JAEMINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang