82

8.4K 1K 55
                                    

***

Selepas makan malam wajah Jaemin berubah keruh, dia niatnya ingin dimanja Taeil dan Jeno, tapi keduanya mendadak mendapat panggilan, membuat Jaemin merengut sebal. Dia selain ingin dimanja Jeno dan Taeil, dia juga sekalian ingin mendekatkan keduanya, tapi malah panggilan dari sekretaris mereka membuat Jeno dan Taeil harus mengurus pekerjaan dulu.

"Sayang, wajahnya jangan cemberut terus, jelek itu." ujar Hendery sembari menoel pipi chubby Jaemin.

"Gege!!" Hendery terkekeh mendengarnya, Jaemin yang kesal itu akan mencebikkan bibirnya dan terlihat menggemaskan, Hendery ingin sekali menciumnya, tapi dia masih cukup waras untuk tidak melakukan itu di depan Lin dan Yoonhee yang sekarang sedang mendengarkan cerita dari Ten. Bukannya dapat cium, dapat gaplokan sih iya.

"Ge, kalau mau mendekatkan Taeil hyung dan Jeno gimana caranya?" tanya Jaemin pada Hendery yang duduk di sebelahnya.

"Mereka itu sebenarnya kalau dibilang dekat sih dekat, tapi kalau untuk bicara dari hati ke hati, atau ditinggal berdua, suasana langsung kikuk dan canggung, kedekatan mereka juga sebatas itu-itu saja, tidak dekat seperti Jeno dan Haechan atau Jeno dan Renjun, atau yang lain. Mungkin yang membuat mereka canggung itu jarak usia mereka yang lumayan." ujar Hendery.

"Kalau Doyoung hyung dan Renjun bisa dekat juga karena mereka satu sifat, jadi tidak terlalu sulit untuk membuat mereka dekat, tapi beda dengan Jeno dan Taeil hyung yang selain faktor umur, mereka berdua benar-benar butuh orang ketiga untuk membangun suasana." ujar Hendery lagi.

"Doyoung hyung dan Renjun kemarin, sekali akur langsung ribut di dapur, membuat Taeyong hyung mengamuk." adu Jaemin pada Hendery yang dijawab tawa.

"Gege tidak ada ide?" tanya Jaemin pada Hendery yang kini jadi diam berpikir.

"Membicarakan apa?" tanya  Kun yang kini ikut bergabung dengan mereka.

"Itu loh ge, Nana mau mendekatkan Taeil hyung dan Jeno, gege ada cara?" tanya Jaemin pada Kun yang jadi ikut berpikir.

"Mereka tidak akan bisa akrab kalau tidak ada orang ketiga yang mengakrabkan mereka, kenapa tidak kau saja yang jadi orang ketiga diantara mereka?" tanya Renjun yang muncul tiba-tiba, membuat Jaemin sempat terperanjat sesaat sebelum dia memukuli suami mungilnya itu dengan bantal sofa.

"Sayanggg!!!!" Renjun segera kabur untuk pergi ke belakang tubuh Sungchan, membuat Sungchan yang jad kena lempar bantal.

"Ah! Sungchan!" Sungchan hanya bisa mengukir senyum sebelum melirik ke belakang, dimana Renjun nyengir melihatnya.

"Ada apa sih? Kalian serius sekali?" Chenle datang setelah bersemedi cukup lama di kamar. Entah apa yang dilakukan suami muda Jaemin satu itu, akhir-akhir ini Chenle sepertinya nampak sibuk dan tidak manja padanya lagi.

"Leleeeee~ rindu~" Chenle mendorong Kun dan memeluk Jaemin, Kun yang didorong tiba-tiba hanya bisa pasrah dan menghembuskan nafas saja, adiknya satu itu minus sekali memang sifatnya.

"Lele sibuk apa sih?" tanya Jaemin.

"Hanya menghitung pemasukan dan pengeluaran bisnis wine milik kita, karena sudah beberapa bulan aku tidak mengeceknya, jadinya bau sempat sekarang-sekarang ini." ujar Chenle.

"Boleh kutahu pabrik wine milikmu itu ada dimana?" tanya Jaemin.

"Di Korea ada satu, tepatnya di Jeju, lalu ada di Paris, Roma, New York, dan Beijing." jawab Chenle.

"Wahh~ banyak sekali?" Chenle menyeringai sombong mendengar itu.

"Sepertinya aku tahu cara membuat Taeil hyung dan Jeno akur." ujar Hendery tiba-tiba, membuat Chenle mendengus kesal, dia masih asyik bicara dengan Jaemin tapi diinterupsi oleh Hendery.

"Bagaimana?" tanya Jaemin.

"Sebenarnya kalian merencanakan apa sih?" tanya Chenle penasaran.

"Suami Nana ada yang tidak dekat satu sama lain, meski mereka dekat dan menerima Nana, tapi Nana rasa mereka belum sepenuhnya menerima satu sama lain." ujar Jaemin, Chenle mengangguk paham.

"Taeil hyung dan Jeno hyung itu kalau mau didekatkan ajak mereka berdua jalan dan minta mereka memanjakanmu secara bersamaan. Kemarin saat di dapur, diawasi Doyoung hyung dan Renjun hyung, keduanya bekerja dalam diam, Jeno lebih banyak bertanya pada Renjun hyung dan Taeil hyung lebih banyak bertanya pada Doyoung hyung. Keduanya bicara satu sama lain hanya untuk minta tolong diambilkan alat atau bahan yang sekiranya jauh dari posisi masing-masing. Doyoung hyung dan Renjun hyung saja keluar dari dapur wajah keduanya tampak lelah sendiri. Pelayan yang dimintai tolong mengawasi keduanya mengatakan kalau Taeil hyung dan Jeno hyung bekerja dalam diam." jelas Chenle.

"Benar begitu, hyung?" tanya Jaemin pada Doyoung yang tidak jauh dari mereka. Doyoung yang mendengar pertanyaan Jaemin mengangguk.

"Benar, sangat benar sekali. Lelah sendiri membuat keduanya bicara satu sama lain, tapi mungkin karena perbedaan usia yang lumayan dan lingkup pekerjaan yang berbeda, membuat mereka sangat canggung jika hanya berdua." ujar Doyoung ikut bergabung dalam pembicaraan 'mari dekatkan Taeil dan Jeno'.

"Lingkup kerja?" tanya Kun yang duduk disebelah Chenle saat ini, mengingat posisinya di sebelah Jaemin sudah digeser oleh pemuda satu itu.

"Benar, lingkup kerja Taeil hyung adalah orang-orang dengan pikiran kolot di yayasan, atau mengatasi para guru di akademi, sedangkan Jeno lebih santai, karena pekerjaannya yang merupakan perusahaan game, terlebih pekerjanya lebih banyak orang mudanya." jelas Doyoung.

"Sepertinya aku setuju dengan itu." ujar Sungchan yang masih jadi tameng Renjun, takut Renjun dilempar bantal lagi oleh sang istri, padahal istrinya sudah tidak pasang wajah galak lagi.

"Benar juga sih, lingkungan kerja mereka saja sudah berbeda, beda dengan Johnny hyung atau Taeyong hyung yang masih bisa berbaur dengan yang lebih muda, Taeil hyung sangat sulit berbaur dengan yang jarak usianya sangat jauh. Terlalu tua dia canggung, terlalu muda juga dia canggung." Renjun ikut berkomentar.  

"Coba saja duduk bertiga, mereka berdua dengan kau, siapa tahu mereka mau mengatakan apa keresahan mereka." ujar Hendery mengusulkan.

"Boleh saja sih, tapi sekarang mereka sedang sibuk, menyebalkan!" gerutu Jaemin, moodnya yang tadi baik-baik saja, mendadak jatuh saat ingat Taeil dan Jeno sibuk.

"Hyung, mereka sibuk kan juga untukmu." ujar Chenle.

"Hahh~ iya juga sih" gumam Jaemin kemudian, namun wajah sendunya mendadak berubah ceria, suami yang ada disekitarnya merasakan hawa tak menyenangkan saat melihat senyum Jaemin.

"Nana mau minum air kelapa asli dari buahnya, dipetik langsung dari pohonnya lalu disajikan dengan strawberry goreng dengan saus susu putih yang dicampur bubuk kopi, lalu Nana juga mau mangga muda yang nanti disajikan dengan kopi, oke?!" 

"NE?!"

"Nana mau sekarang!"

"DIMANA CARINYA?!"

***

_82_

[ALL X JAEMIN] OUR JAEMINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang