***
H-1 pernikahan mereka, untuk merilekskan diri, kini mereka sedang duduk bersama di ruang tengah. Kedua anak mereka tidur siang selepas puas bermain, makan siang, dan mandi tadi. Saat ini mereka tengah bersantai sembari menonton tayangan di televisi.
Kepala Jaemin bersandar manis di bahu lebar Lucas, kaki kanannya dipijat Sungchan, kaki kirinya dipijat Johnny, tangan kanannya dipijat oleh Lucas, sedangkan tangan kirinya dipijat oleh Ten. Jaemin merasa lelah luar biasa, terlebih sejak tadi kakinya tidak berhenti berlari karena mengejar kedua anaknya yang tengah aktif-aktifnya, sedangkan kedua puluh dua calon suaminya itu tengah sibuk dengan pekerjaan, mau bagaimanapun mereka punya tanggungjawab yang harus diselesaikan sebelum hari pernikahan tiba.
"Pantat itu satu atau dua" semua langsung menoleh ke arah Jeno yang berujar secara tiba-tiba.
"Hah? Gimana?" Jaemin bahkan sampai mengangkat kepalanya dari bahu Lucas mendengar pertanyaan Jeno.
"Aku tanya, pantat itu satu atau dua, tiba-tiba kepikiran." ujar Jeno.
"Kau ini mikir apa sih?" tanya Taeil yang tidak habis pikir dengan jalan pikiran Jeno.
"Jawab sih, satu atau dua?" tanya Jeno.
"Satu bukan sih?" tanya Renjun balik.
"Satu sih kalau menurutku, pipi pantatnya dua." timpal Johnny. Yangyang berdiri dari duduknya dan memegang pantatnya, tapi langsung ditabok oleh Dejun, dan meminta pemuda Liu untuk kembali duduk.
"Dua kan? Ada lubang di tengahnya?" ujar Jaemin spontan, semua langsung menatap pemuda manis tersebut. Jaemin yang merasa diperhatikan segera memeluk lengan Lucas dan menyembunyikan wajahnya.
"Kalau menurutmu sendiri bagaimana?" tanya Kun pada Jeno.
"Menurutku dua, karena di tengah keduanya kan ada lubang." semua langsung terdiam. Jaemin merasa pipinya memerah tanpa sebab. Jeno berdehem lalu bersembunyi di balik tubuh Mark yang sudah tertawa mendengar penuturan Jeno.
"Kalau aku sih satu" ujar Chenle.
"Kalau menurutku dua, ada penyebutan jamaknya." ujar Haechan.
"Tidakkah lebih masuk akal jawaban Johnny tadi? Pantatnya satu, tapi pipi pantatnya dua." ujar Taeyong yang dijawab dengungan dan protes, ada kubu satu dan ada kubu dua, ada juga yang memilih menonton saja seperti Jisung yang duduk manis sembari mengamati hyung-hyungnya yang berdebat pantat itu satu atau dua.
"Tubuh kita kan dibagi simetris, setengah-setengah, mata dan tanganmu kan dua." ujar Renjun.
"Kita bisa membaginya di tengah, kan?" penuturan dari Jaemin membuat mereka menatap si manis.
"Apa lubangnya juga bisa dibagi setengah-setengah?" tanya Jeno saat dia kembali memunculkan wajahnya, namun tidak ada jawaban dan itu membuatnya kembali bersembunyi, Mark sudah tidak tahu lagi harus apa selain tertawa.
"Hey, lebih baik kita hentikan saja pembicaraan ini, bisa kemana-mana ini nanti pembahasannya." ujar Doyoung.
"Salahkan Jeno yang memulai pembicaraan itu." ujar Jungwoo.
"Aku penasaran!" elak Jeno.
"Penasaranmu itu benar-benar membawa masalah." gerutu Shotaro, Jeno yang mendengar itu nyengir.
"Xiǎozǐ, aku kemarin melihat donghua dari Mo Dao Zu Shi yang season 3, aku lihat episode terakhir yang muncul, episode sembilan dan sepuluh. Melihat Wei Wuxian dan Lan Wangji dibalut pakaian merah aku jadi memikirkan pakaian pernikahan China." ujar Winwin.
"Gege sudah lihat? Aku belum lihat, bagus tidak?" tanya Jaemin.
"Terbawa suasana sih, tinggal dua episode lagi selesai kan?" tanya Winwin, Jaemin mengangguk.
"Sayang sekali, aku berharap dipanjangkan, tapi ya tidak mungkin juga sih, dibuatkan donghuanya saja itu sudah syukur. Sudah ada live actionnya, versi manhwanya, versi donghuanya, benar-benar dimanjakan sekali." balas Jaemin.
"Apa bagus?" tanya Renjun.
"Tidak tahu kalau kalian, tapi menurutku bagus, kisah mereka kalau di novel memang dijelaskan lebih rinci, kalau versi donghuanya tidak terlalu, tetapi ceritanya masih ada dijalur novelnya." ujar Jaemin.
"Sebenarnya aku tidak terlalu tertarik dengan membaca sih, tapi genrenya menarik dan alur ceritanya benar-benar membuatku tidak bisa menahan diri untuk tidak membaca terus. Aku selalu sedih dibagian cerita Kota Yi." lanjut Jaemin.
"Selain novel itu apalagi yang kau baca?" tanya Lucas.
"Tidak banyak sih, yang baru-baru ini kubaca dan belum selesai itu Dinghai Fusheng Record dan Thousand Autumn, aku juga ada niat mau baca Tian Bao Fuyao Lu." jawab Jaemin.
"Boys love semua itu?" tanya Yuta, Jaemin mengangguk.
"Ada yang membuatku tertarik, selain karena boys love, tapi aku merasa ceritanya dikemas lebih menarik, latar waktunya pun diambil pada era lampau, era pendekar, era dimana masih ada yang namanya kultivator. Tidak hanya itu, yang diceritakan tidak semata-mata hanya kisah cinta sehari-hari, tapi bagaimana mereka menumbuhkan kepercayaan satu sama lain, kisah cinta klasik juga sih dari musuh jadi kawan lalu jadi kekasih, tapi proses pendekatannya itu yang membuatnya menarik." ujar Jaemin.
"Contohnya?" tanya Doyoung.
"Kalau di novel karya Mò Xiāng Tóngxiù, para pembaca diajak untuk merasakan bagaimana para dominant menunggu pasangan mereka berenkarnasi kembali. Lan Wangji menunggu kurang lebih tiga belas tahun, Hua Cheng menunggu sekitar delapan ratus tahun, dan Luo Binghe memang tidak lama sih lima tahun, tapi tetap saja, menunggu satu jam tanpa kabar saja sudah membuat cemas, nah ini bertahun-tahun, bahkan ratusan tahun. Lalu di Dinghai Fusheng Records, diceritakan bagaimana membangun komunikasi yang baik dengan partner dan membangun kepercayaan satu sama lain, dan juga pengorbanan. Seperti itu." jelas Jaemin panjang.
"Itu menurut pendapatku sih hehe" kekeh Jaemin kemudian.
"Dan aku juga ingin novel yang kubuat selain bisa menghibur, aku harap pembacaku bisa mengambil pelajaran dari novel yang kubuat." ujar Jaemin dalam gumaman namun masih bisa didengar oleh lainnya.
"Aku yakin mereka bisa mendapatkan pesan moral yang kau tulis secara tersirat dalam novelmu." ujar Yangyang, setelahnya hening melanda mereka.
"Tadi bicara pantat lalu novel" ujar Haechan memecah keheningan.
"Tidak sabar jika besok sudah menjadi hari penting dan sakral kita." ujar Sungchan.
"Ah benar" gumam mereka semua.
"Aku hanya ingin menegaskan satu hal." ujar Jaemin, membuat mereka mengalihkan fokus pada Jaemin.
"Aku hanya ingin menikah satu kali."
***
_59_
KAMU SEDANG MEMBACA
[ALL X JAEMIN] OUR JAEMIN
Fanfiction⚠️‼️ B X B ‼️⚠️ ‼️Don't Like Don't Read‼️ Na Jaemin, 22 tahun, Guru TK. Karena kendala uang, dia harus rela pergi dari kontrakan kecil miliknya dan mencari tempat tinggal baru dengan uang yang terbatas. Malam itu saat dia sedang mencari tempat tingg...