105

6.2K 765 23
                                    

***

Tujuh bulan berlalu tanpa Jaemin sadari semenjak kejadian penculikan anaknya. Selama tujuh bulan juga Yoonhee dan Lin menjalani pemeriksaan mental, akibat penculikan yang mereka alami. Jaemin dan para suaminya selalu ada untuk kedua bocah tersebut. Mereka menjauhkan benda tajam dan akan langsung mengganti channel jika menayangkan sesuatu berbau kekerasan, dan mereka juga menahan diri untuk tidak berteriak keras di sekitar kedua anak tersebut.

Saat ini Jaemin tengah dikelilingi oleh anak-anaknya. Yoonhee dan Lin yang bermain di sisi kanannya. Aquila, Luca, dan Areum yang merangkak kesana kemari di depan Jaemin, dan tiga kembar lain yaitu Kim Dalmi, Moon Jaehwa, dan Lee Yeong tiga bayi lucu tengah meminum susu dipangkuan ayah masing-masing.

"Ma, ini taluh mana?" Tanya Lin sembari menunjukkan potongan puzzle di tangannya.

"Hmm... Di sini bukan?" Jaemin meletakkan potongan puzzle tersebut namun tidak cocok.

"Ung waaaa" Jaemin menoleh saat melihat tangan kecil Areum menarik gaun Yoonhee. Bayi satu tahun tujuh bulan itu minta diperhatikan sang kakak.

"Aleum napa? Main cama Yoonie?" Tanya Yoonhee lucu.

"Ninininini" ujar si kecil tidak jelas sembari menarik-narik gaun kakaknya.

"Yoonie mau pangku adik Areum?" Tanya Taeyong yang ada di sana.

"Ndak Appa, Yoonie ndak mau diompoli adik lagi." Ujar si gadis kecil, kapok sepertinya. Jaemin yang mendengar itu tertawa.

"Hngg~ uh" sepertinya bayi perempuan lainnya, Dalmi, putri Doyoung dan Jaemin, sudah kenyang dengan susunya. Tangan kecilnya berontak melepaskan botol susu.

"Oh! Baby Jaehwa ingin bangun?" Taeil membantu putranya untuk duduk. Bayi itu menggerakkan kedua tangannya, bibirnya tersumpal dot. Taeil menyangga punggung belakang putranya agar tidak terjungkal ke belakang.

"Ah! Yeongieee!!!" Jeno memekik karena ternyata putranya selain minum, juga buang air besar di popoknya.

"Kubantu Jeno-ya" Jaemin bangun dan membantu Jeno pergi dari ruang bermain untuk membersihkan si kecil Yeong.

***

Jisung meregangkan badannya saat kerjaannya mengecek stok cafe juga menghitung pemasukan dan pengeluaran cafe selesai. Dia bangun dari duduknya dan keluar ruang kerja, melangkah menuju kamar, namun langkahnya terhenti saat melihat Jaemin duduk sendirian di ruang tengah.

"Malam-malam begini kenapa di sini sendiri hyung?" Tanya Jisung sembari menghampiri Jaemin.

"Ah, Jisungie, baru selesai kerja?" Jisung mengangguk, dia duduk di sebelah Jaemin.

"Ada yang mengganggumu, hyung?" Tanya Jisung.

"Hanya sedang memikirkan hidupku yang berubah drastis. Dan hidupku sekarang jauh lebih baik dan lebih ramai dari sebelumnya." Ujar Jaemin. Jemari panjang Jisung menyisir rambut hitam halus Jaemin.

"Hyung lelah?" Tanya Jisung.

"Kalau boleh jujur, iya, aku lelah. Mengurus anak-anak sebanyak itu dengan dua diantara mereka masih dalam masa pemulihan pasca kejadian penculikan, aku lelah." Jujur Jaemin.

"Apa hyung menyesal?" Jaemin menggeleng.

"Aku lelah, tapi tidak menyesal. Izinkan aku tidur sejenak ya?" Jisung diam, membiarkan Jaemin tertidur di bahunya.

"Istirahatlah" bisik Jisung, dia bubuhkan ciuman di pucuk kepala Jaemin.

***

Jaemin bangun pagi seperti biasa. Dia pergi bersih diri dan pergi mengecek anak-anaknya. Namun, yang mengejutkan adalah, Jungwoo dan Renjun yang sudah menemani Yoonhee dan Lin. Taeyong memandikan Areum, Mark memandikan Aquila, Johnny memandikan Luca, Jeno memandikan Yeong, Taeil memandikan Jaehwa, dan Doyoung memandikan Dalmi. Jaemin terkejut saat para suaminya telah menggantikan tugasnya.

"Hari ini Mama istirahat, hari ini jadi harinya appadeul dan anak-anak." Ujar Renjun.

"Benar, istirahatlah, manjakan dirimu." Ujar Taeyong.

"Ne?" Jaemin tidak siap dengan apa yang ia terima pagi ini.

"Kami akan mengurus anak-anak, memberikanmu waktu istirahat dan memanjakan diri." Jelas Johnny.

"Eh? Tapi kan- aku-" sebuah lengan merangkul pinggangnya. Dia mendongak dan mendapat ciuman dari Jaehyun.

"Ikut aku yuk sayang!" Jaemin benar-benar tidak tahu harus apa selain menurut. Dia benar-benar tidak siap dengan apa yang terjadi pagi ini.

Dan di sinilah Jaemin sekarang, di taman depan rumah yang sudah disulap begitu cantik. Jaehyun mengusap pinggangnya.

"Lin bilang dia ingin membuatkan taman bunga cantik yang besar untuk ibunya, tapi karena tidak mungkin menggunakan semua lahan, kami buatkan taman bunga cantiknya mengelilingi air mancur." Ujar Jaehyun. Jaemin menutup mulutnya tidak percaya.

"Mama cuka?" Dia menoleh pada Lin yang bertanya, bocah itu ada digendongan Renjun. Para suaminya juga terlihat sudah rapi daripada biasanya.

"Ne, ini untuk mama?" Tanya Jaemin. Lin mengangguk.

"Lin janji buat taman untuk mama, baguc tidak? Lin dibantu appadeul buat ini. Cama paman Yeol juga paman Hunnie." Jawab Lin.

"Ini indah, terimakasih sayang, mama suka." Ujar Jaemin. Matanya benar-benar dimanjakan dengan cantiknya bunga-bunga di hadapannya.

"Ma, taman melahnya jangan lupa diliat! Yoonie buat cama Papa Wooie cama Papa Yuu!" Jaemin menoleh ke arah yang ditunjuk oleh Yoonhee. Ada bagian dari halaman depan rumah yang ditanami pohon bunga higanbana, menjadikan tempat itu dipenuhi warna merah.

"Astaga, cantiknya!" Para suami Jaemin itu menarik senyum saat melihat aura berseri dan penuh kebahagiaan terpancar dari wajah Jaemin.

"Terimakasih sayang" Jaemin mencium pipi berisi Yoonhee dan Lin.

"Kami tidak dapat hadiah juga?" Tanya Dejun.

"Papa Xiao mau apa?" Tanya Jaemin. Dejun tersenyum.

"Sederhana, tetaplah bahagia bersama kami." Jawab Dejun disertai senyum manis. Jaemin membalas senyum itu dengan tidak kalah manis.

"Ne"

***

Jaemin memainkan alunan melodi lembut melalui piano yang ada di ruang bersantai. Anak-anaknya terbuai, begitu juga para suaminya. Jaemin tidak pernah membayangkan akan mendapatkan hadiah paling indah di dalam hidupnya sebagai pengganti kemalangan yang ia jalani.

'Terimakasih Tuhan, hadiah dari-Mu begitu berarti, aku akan menjaga titipan-Mu dengan baik.'

***

_105_

[ALL X JAEMIN] OUR JAEMINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang