44

10.8K 1.5K 248
                                    

***

"Hiks hiks huwaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa!!!!" Para Tuan Muda itu terjengit kaget saat mendengar Jaemin yang tiba-tiba menangis. Mereka menoleh ke arah Jaemin yang mengusap air matanya, pipi chubbynya merah dan basah, hidung kecilnya memerah lucu.

"K-kau kenapa?" Tanya Ten yang ada di sebelahnya.

"Sedih huhuhu" kedua puluh dua tuan muda ini hanya bisa saling pandang dan mengangkat bahu, tak paham satu sama lain.

"Jaeminnie, baby, katakan padaku- dimana letak menyedihkannya acara memasak?!" Johnny bertanya dengan nada tidak sabar.

"Ugh .. hyung tidak lihat? Kasihan ayamnya dipotong." Jawab Jaemin dengan lugunya. Mereka semua bisa merasakan rahang mereka jatuh hanya karena mendengar jawaban Jaemin.

"NA JAEMINNN!!!!"

***

"Nana kan tidak salah, kasihan ayamnya, iyakan Bibi Ma?" Bibi Ma hanya bisa mengangguki saja ucapan Nyonya Mudanya.

"Nyonya, apa Anda hamil?" Tanya Paman Koki.

"Hamil? Tidak tuh, kenapa?" Paman Koki menggeleng, dia pikir Nyonya Mudanya hamil, karena tingkah Nyonya Mudanya seperti orang yang tengh hamil, moodnya tidak jelas, naik turun.

"Nyonya, maaf, tapi Anda sekarang sedang memotong ayam-" Jaemin segera menengok ke bawah dan memandang horror.

"Ayaaaaammmmmmmm!!!!"

"Nyonya kami menyerah dengan Anda"

***

"Aku masih sangat ingat dengan jelas diantara kita belum ada yang menyetubuhinya, dia bahkan tidak memunculkan tanda-tanda kehamilan. Jadi? Ada yang bisa menjelaskan kenapa Ai bisa bersikap seperti orang hamil yang moodnya naik turun begitu?!" Yuta menatap saudara-saudaranya yang hanya bisa geleng kepala.

"Aku tidak ingat pernah membenturkan kepalanya." Timpal Renjun di sebelah Winwin.

"Memang kau berani membenturkannya?" Tanya Haechan.

"Tentu saja tidak, kecuali kalau itu kau aku berani sih." Haechan hendak mengamuk jika Yangyang tidak segera menarik kaosnya.

"Diam! Duduk yang tenang!" Peringat Dejun yang ada di sebelah Yangyang.

"Sudah diam! Apa ada hubungannya dengan kejadian di bandara dua hari lalu?" Tanya Taeil.

"Aku rasa tidak, dia sendiri juga tidak mempermasalahkan itu lagi, jadi aku pikir tidak mungkin." Ujar Sungchan.

BRUAKK

Mereka semua saling pandang dan segera turun dari lantai dua.

"Nyonyaaaaaaa!!!! Bagaimana bisa Anda malah memanjat untuk membenahi lampu sendiri?! Kan ada saya yang bisa bantu." Pelayan pria yang menjadi alas Jaemin jatuh segera membantu Jaemin berdiri.

"Err- itu- aku terbiasa membenahi semua sendiri karena tinggal sendiri." Pelayan pria itu benar-benar tidak tahu harus apa.

"Ada apa?" Jungwoo bertanya pada mereka.

"Aku mengganti lampu, tapi karena salah pijak jadi jatuh, beruntung Yesoo hyung menolongku." Jawab Jaemin.

"Maafkan saya Tuan Muda." Pelayan Yesoo benar-benar merasa bersalah karena membiarkan Nyonya Muda membenahi lampu sendiri.

"Jangan marahi Yesoo hyung, ini salahku, aku lupa aku tinggal dimana dan bersama siapa. Ini yang terakhir, lain kali tidak lagi." Ujar Jaemin saat melihat Jeno hendak membuka mulut.

"Yang mau marah juga siapa? Aku malah ingin bertanya, kau ini kenapa sebenarnya?" Tanya Jeno, Jaemin memiringkan kepalanya.

"Aku? Aku baik-baik saja, hanya saja akhir-akhir ini moodku naik turun tidak jelas." Jawab Jaemin.

"Sudahlah, ayo makan, ini sudah waktunya makan malam. Yesoo segera bereskan lampunya." Pelayan Yesoo mengangguki titah Doyoung.

"Ah aku tidak mau makan!" Ujar Jaemin, mereka semua langsung kompak menoleh.

"Waeyo? Tidak ada yang salah dengan menunya." Ujar Jisung.

"Aku membunuh ayamnya huwaaaaaaaaa"

"HAH?!"

***

"Jaemin, my queen, katakan padaku, apa sebenarnya yang terjadi? Kau hari ini nampak aneh, apa ada hubungannya dengan kejadian di bandara? Bersama keluarga Kim?" Jaehyun bertanya saat dia berkunjung ke kamar Jaemin sebelum jam tidur.

"Tidak ada hubungannya dengan di bandara, aku juga sudah melupakan hal itu. Hanya memang sedang moodku naik turun itu saja." Jawab Jaemin.

"Hubungannya dengan ayam?" Tanya Jaehyun.

"Ayam? Oh, itu, semalam aku bermimpi Haechan dan Renjun berebut ayam hidup, saling tarik, kasihan ayamnya, aku tidak bisa menolong karena mereka seperti rubah dan beruang kelaparan. Renjun dapat kepala, Haechan dapat badannya. Aku melihat ayamnya menangis, aku hanya berdoa untuk kepergiannya." Jaehyun menepuk keningnya, dia tidak paham pola pikir si Nyonya Muda.

"Arra araa, tidur sana, ini juga sudah malam." Ujar Jaehyun. Jaemin mengangguk, dia segera berbaring dan membiarkan Jaehyun di kamarnya, mematikan lampu dan hanya menyalakan lampu tidur. Jaehyun bahkan tidak lupa menyenandungkan lullaby sembari mengusap kepala Jaemin dengan lembut.

"Good night, my queen"

***

"YANGIIIIEEEEE JANGAN BUNUH NONO!!!!"

"HAH?!"

Sungguh, tidak ada badai tidak ada hujan, Jaemin tiba-tiba berlari dan menarik kerah Yangyang lalu berteriak.

Yangyang yang tidak siap dengan serangan mendadak itu terdiam kaget.

"Bunuh Nono apa? Nono dekat denganku saja tidak mau!" Elak Yangyang.

"Tapi di mimpi Nana, Yangie bunuh Nono." Yangyang dan sisa lainnya hanya bisa cengo mendadak di tempat mereka.

Yang lain, "...."

"Jadi, Yangie tidak bunuh Nono?" Yangyang mengangguk.

"Kau ini saat tidur tidak berdoa ya?" Tuding Doyoung, Jaemin berpikir sejenak sebelum akhirnya mengangguk.

"Sepertinya begitu." Mereka hanya bisa menghela nafas, tidak paham benar dengan mimpi Jaemin.

"Ayo sudah, kita sarapan." Ten mengajak mereka semua ke ruang makan. Yangyang yang ada di belakang menepuk pundak Renjun di sebelahnya.

"Tampangku seperti pembunuh anjing ya?"

Renjun, "mungkin."

***

_44_

[ALL X JAEMIN] OUR JAEMINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang