***
"Papa Yuu, bunga higanbana kan bunga kematian, kenapa malah itu yang ditanam? Itu juga bunga punya racun kan? Apa tidak bahaya kalau anak-anak main ke sana?" Tanya Jaemin pada Yuta yang duduk di sampingnya.
"Memang arti bunganya cukup membuat ngeri, tapi terlepas dari bunga itu dianggap sebagai bunga kematian atau apa, bunga itu cantik, dan alasan lainnya karena kami, NEO, menggunakan bunga higanbana sebagai pesan ancaman pada mereka yang berani bermain 'api' dengan kami. Alasan lainnya lagi, agar spot di sana berwarna, dan merah aku rasa cocok mewarnai spot tersebut. Winwin sendiri berencana akan menanamkan bunga persik di halaman belakang, tapi sepertinya belum terlaksana karena dia masih sibuk dengan Taeil hyung mengurus Akademi, bulan lalu ada yang membuat kekacaun soalnya." Jelas Yuta panjang.
"Begitu rupanya" gumam Jaemin.
"Mama!" Jaemin menoleh saat tangan kecil meraih celananya.
"Oh, astaga! Luca, ada apa sayangnya mama? Kenapa jalan kemari sendiri?" Jaemin mengangkat anaknya dengan Johnny itu dan memangkunya.
"Dia tidak sendiri, lihat, Ten mengikuti dari belakangnya." Ten berlari kecil mendekati Jaemin dan Yuta.
"Maaf" ujar Ten dengan nafas tersengal.
"Astaga Papa cantik, duduk dulu sini." Jaemin menepuk tempat kosong di sebelahnya, Ten segera duduk dan menghirup nafas banyak-banyak. Dia lelah setelah mengikuti Luca seharian menggantikan Johnny yang sibuk bersama Taeyong.
"Pa, Mama mau jalan-jalan dengan anak-anak boleh tidak?" Tanya Jaemin pada Ten dan Yuta.
"Mau kemana memangnya?" Tanya Ten.
"Entah, Yoonhee dan Lin sudah lama ingin jalan-jalan bersama kalian juga, tapi karena sibuk aku memintanya bersabar menunggu." Jelas Jaemin.
"Duh, kasihan anak manis dan gembulku. Tapi apa mereka mau keluar? Setelah kejadian penculikan itu mereka keluar sekali itu juga ke rumah sakit menemuimu, setelah itu mereka tidak pernah keluar lagi dari gerbang." Ujar Yuta.
"Mau dicoba? Kalau mereka berontak dan ketakutan, kita bisa keluar lain waktu." Usul Jaemin.
"Aku rasa, tunggu sedikit lebih lama lagi. Kita bicarakan ini dengan yang lain nanti, ya?" Bujuk Ten, Jaemin pun mengangguk. Dia bukan tipe pasangan keras kepala saat diingatkan, jika untuk kebaikan bersama ia akan menurut.
"Ma" Jaemin menunduk menatap putranya.
"Ni Uka!" Ujar si kecil sembari menunjuk dirinya sendiri.
"Benar, ini Luca, ini Mama." Ujar Jaemin mengulang perkataan anaknya.
"Astaga pintar sekali!" Pekik Ten gemas. Senyum menggemaskan si kecil membuat tangan Yuta gatal dan berakhir mencubit pelan pipi tembam anak Johnny tersebut.
"Daddymu mengerikan tapi kau kenapa menggemaskan begini?" Gumam Yuta.
"Hyung!" Tegur Jaemin, Yuta terkekeh.
"Aku jadi ingat, semua penghuni, hampir sih tidak semua, mereka mengaku, saat pertama kali menginjak kaki di mansion, orang yang paling mereka takuti, tepatnya segani, adalah Johnny. Termasuk aku." Cerita Ten.
"Oh? Benarkah? Yuta hyung juga takut Johnny hyung?" Yuta mengangguk-angguk saja, itu cerita lama.
"Woaahhh~ tidak salah sih, aku juga segan kok dulu saat pertama kali bertemu Johnny hyung." Celetuk Jaemin.
"Yakin? Kau tidak ingat pernah mengomelinya saat dia demam?" Tanya Ten.
"Ya salah sendiri keras kepala, sudah tahu demam, masih saja nekat! Minta ditali dikasur memang!" Gerutu Jaemin, dia kesal sendiri saat ingat betapa keras kepalanya Johnny saat sakit dan masih kukuh ingin masuk kerja.
"Dia jadi tahanan kamar hampir lima hari, iya kan kalau tidak salah ingat?" Tanya Yuta, Ten mengangguk.
"Beruntung demam Jisung saat kita liburan ke Busan tidak separah Johnny hyung, jadi setelah istirahat dan minum obat, besok sudah mulai turun, dan lusa sudah mulai sembuh." Cerocos Ten.
"Awas ya kalau ada yang sakit lagi!" Ancam Jaemin.
"Coba kau peringatkan Mark dan Haechan, juga Taeyong hyung, mereka bertiga paling keras kepala soalnya." Ujar Ten.
"Mulutku berbusa mengingatkan mereka." Ujar Jaemin.
"Nyangi!" Pekik si kecil saat melihat seekor kucing melintas di depan mereka.
"Loh? Louis kok sampe kesini?!" Kaget Ten, ia celingukan dan melihat Kun berlari bersama Chenle.
"Kenapa kau lepaskan Louis?" Tanya Ten.
"Itu Lin yang melepaskannya, lalu saat hendak dimasukkan dia malah mencakar Renjun. Renjun nyaris mengamuk, tapi beruntung Louis langsung kabur." Jaemin, Yuta, dan Ten mengerjap.
"Renjun? Cakar?" Tanya Yuta tak paham.
"Renjun ge bilang, 'Dasar kucing gendut! Awas kau nanti!' begitu. Dia marah karena niat baiknya untuk memasukkan Louis kembali ke kandang tidak diterima dengan baik oleh Louis sendiri." Cerita Chenle.
"HAH?!" beo ketiganya, tidak percaya Renjun bisa sedendam itu pada seekor kucing.
"Astaga, suamiku menggemaskan sekali." Gumam Jaemin.
***
"Mama! Lihat! Ini Aleum, Dalmi, dan Yoonie!" Ujar Yoonhee sembari menunjukkan gambarnya Jaemin yang baru saja selesai mandi sore.
"Oh? Waahh~ bakat menggambar Yoonie meningkat, kok adik Dalmi kecil?" Tanya Jaemin.
"Macih bayi, kata Uchan oppa adik Dalmi digambal kecil." Jawab Yoonhee, Jaemin terkekeh, sedangkan Sungchan yang memang ada di sana nyengir.
"Kau sedang longgar?" Tanya Jaemin, Sungchan mengangguk.
"Aku meminta Jihoon hyung menggantikanku sementara, aku ingin rehat sejenak." Jawab Sungchan, dia memang sibuk apalagi banyak event-event olahraga yang butuh sponsor, belum lagi banyak produk olahraga yang harus perusahaan Sungchan keluarkan, sesuai dengan musim olahraga yang tengah ramai.
"Kalau lelah istirahat, perlu dibuatkan coklat panas?" Sungchan menggeleng, ia menepuk pahanya, Jaemin yang paham segera mendekat dan duduk di pangkuan Sungchan. Pria tinggi itu segera memeluk Jaemin, membuat Jaemin tenggelam dalam pelukan Sungchan.
"Aku hanya butuh kau hyungie" lirih Sungchan. Jaemin tersenyum manis dan mengusap lengan berotot suaminya tersebut.
"Mau nanti malam tidur denganku?" Tanya Jaemin menawarkan.
"Mm, aku butuh itu, sangat." Jawab Sungchan, masih dengan memeluk Jaemin. Ia menenggelamkan wajahnya di punggung sang istri, menghirup aroma menenangkan yang istrinya keluarkan. Sungchan menyukai aroma manis yang menguar dari tubuh Jaemin.
Sungchan menikmati moment seperti ini, namun moment itu harus hancur saat-
"No! No! No! Aquila itu bukan makanan!" Jaemin memekik dan lepas dari pelukan Sungchan, menghampiri putranya dan Mark, sebelum bayi satu tahun itu memakan crayon Yoonhee.
Sungchan geleng kepala dan tertawa kecil, melihat Jaemin mengomeli putranya dengan bahasa bayi, tapi Aquila hanya memberikan tatapan polos tanpa dosa.
"Mamam!"
"Bukan mamam! Ini mamam."
"Mamam!!"
"Mark hyuuuuunggggggg!!!!!"
"I'm coming dearrr!!!"
Sungchan memangku kepalanya dan tertawa, "ramai sekali"
***
_106_
KAMU SEDANG MEMBACA
[ALL X JAEMIN] OUR JAEMIN
Fanfiction⚠️‼️ B X B ‼️⚠️ ‼️Don't Like Don't Read‼️ Na Jaemin, 22 tahun, Guru TK. Karena kendala uang, dia harus rela pergi dari kontrakan kecil miliknya dan mencari tempat tinggal baru dengan uang yang terbatas. Malam itu saat dia sedang mencari tempat tingg...