***
Dibanding dengan nervous, sepertinya Jaemin sudah mulai terbiasa dengan kehadiran para orang tua dari 'calon' suaminya. Dia bahkan bisa berbicara santai dengan para Nyonya Besar di sana, membicarakan masalah fashion hingga harga bawang yang naik. Jaemin bahkan tidak segan mengeluh jika dia kesulitan memasak jika tanpa bawang.
Jaemin bahkan dengan mudah berbicara dengan para Nyonya Besar di sana sembari mengurus Yoonhee dan Lin yang terkadang rewel, minta dipangku atau sekedar untuk bertanya, seolah-olah eksistensi kedua puluh dua ayah mereka tidak ada di sana.
"Kalian tidak berguna." ujar Jung Yunho, ayah Jaehyun secara langsung.
"Mendengarnya dari appa, terasa sangat sakit." timpal Jaehyun dengan memasang muka memelas.
"Tapi memang benar, kalian tidak berguna." sahut Tuan Huang, ayah Renjun.
"Baba, tolong diam, hatiku sakit." ujar Renjun penuh drama.
"Tapi, kalian benar serius ingin menikahinya kan?" tanya Jaejoong, ayah Taeyong pada para Tuan Muda itu.
"Kami serius, kan kami sudah pernah bilang pada kalian juga." jawab Taeyong.
"Kasihan menantuku, mengurus para Tuan Muda yang tidak becus mengurus diri sendiri." ujar Tuan Kim, ayah Doyoung, membuat semua Tuan Muda itu meringis mendengarnya.
"Setidak berguna dan setidak becusnya kita dimata kalian." ujar Mark.
"Nyatanya begitu." ujar Tuan Lee, ayah Mark.
Berpindah kembali kepada para Nyonya, Jaemin masih berbicara dengan para Nyonya Besar di sana, termasuk dengan Jongin dan Baekhyun.
"Mama Linlin mau ke kamal mandi" lirih Lin pada Jaemin sembari menarik-narik celana kain yang Jaemin kenakan.
"Mau ke kamar mandi? Dengan mama?" Lin mengangguk, Jaemin mendongak menatap para 'ayah' yang asyik berbicara.
"Tidak dengan papa atau daddy?" tanya Jaemin, Lin menggeleng.
"Baiklah, kajja, ah bib- maksudku eommadeul, aku permisi." ujar Jaemin, dia sudah mendapat izin untuk memanggil mereka semua dengan panggilan eomma, kecuali panggilan untuk Jongin dan Baekhyun ya tetap hyung.
"Mau kemana, Na?" tanya Hendery.
"Kamar mandi, Linlin bilang ingin ke kamar mandi." Hendery bangun dari duduknya.
"Biar denganku saja, kau kembali duduk di sana." Lin sendiri nampak tidak terganggu, melihat itu Jaemin pun menyerahkan Lin pada Hendery, membiarkan Hendery membawa Lin ke kamar mandi.
"Menyerahkannya pada ayahnya?" tanya Nyonya Lee, ibu Taeyong.
"Ne, lebih baik begitu." ujar Jaemin.
"Biar sekalian dekat dengan semua ayahnya." sambung Jaemin.
"Jaemin" Jaemin menoleh ke arah Nyonya Moon.
"Ne, Moon eomma?" tanya Jaemin.
"Kau sudah yakin dengan keputusanmu kan? Karena sekali kau mengambil ini, maka selamanya kau akan terikat terus dan tidak akan bisa lepas." ujar Nyonya Moon, Jaemin mengangguk.
"Sa- maksudnya, aku sudah sangat yakin eomma, dan aku juga sudah tahu resikonya jika aku tidak akan bisa mundur setelah mengambil keputusan ini. Menikahi mereka, menjadi satu-satunya pihak 'istri' untuk mereka." ujar Jaemin.
"Sepertinya sudah sangat bulat ya? Tidak bisa diganggu gugat lagi." ujar Nyonya Seo, Jaemin terkekeh pelan dan mengangguk.
"Mungkin memang benar kau bukan dari kalangan menengah ke atas, tapi sikapmu dan hatimu bahkan lebih kaya dari mereka yang kaya harta, bahkan mungkin hatimu lebih kaya daripada kami." ujar Nyonya Lee, ibu Haechan.
"Aku tidak sebaik itu Lee eomma, ada kalanya aku bisa menjadi begitu egois dan keras kepala. Tapi aku memang akan bersikap baik selama orang itu baik kepadaku, jika orang itu tidak bersikap baik padaku, ya tentu aku tidak akan bersikap baik padanya pula, percuma menghabiskan waktu untuk orang yang tidak menghargaimu." ujar Jaemin, dia bukan malaikat, dia juga bukan orang yang sepenuhnya terlahir suci, dia manusia biasa yang bisa marah saat diganggu, dan bisa menangis saat sedih.
"Jika ada yang mencoba merebut priamu darimu, apa yang kau lakukan? Terlebih dia orang yang mungkin saja lebih manis, lebih cantik, lebih menawan, lebih cerdas darimu?" tanya Nyonya Nakamoto, ibu Yuta.
"Okaa-san berharap aku bagaimana? Menangis dan menyerah begitu?" para Nyonya itu diam, bahkan para Tuan Besar dan Tuan Muda yang duduk tidak jauh dari mereka ikut terdiam, penasaran juga dengan jawaban Jaemin.
"Lalu yang kau lakukan apa jika tidak menangis dan menyerah?" tanya Nyonya Nakamoto kembali.
"Tentu saja tidak akan kubiarkan mereka merebut priaku, enak saja. Kalau mereka berbuat licik, maka akan aku balas dengan lebih licik lagi, jika mereka menjambak atau memukulku, maka akan aku balas lebih sakit dari itu, yang sudah menjadi hakku tidak bisa diambil oleh orang lain. Kalau mereka iri ya siapa suruh mereka tidak bisa segera memantaskan diri?" Jaemin menatap ke arah para Nyonya yang ada di sekitarnya.
"Ganas" komentar Baekhyun yang diangguki oleh Jongin.
"Tapi semua itu kulakukan jika memang mereka berulah, tapi jika yang memulainya itu adalah Tuan Muda itu sendiri, yang kulakukan hanya perlu membuat mereka diam di rumah dan menyita alat komunikasi juga kendaraan mereka. Jika mereka sudah bersumpah di hadapan Tuhan, maka mereka sudah yakin dengan keputusan mereka untuk menikah dan membina rumah tangga. Tapi, meski sudah bersumpah dan mereka tetap selingkuh, mereka tidak hanya mengingkari janji denganku, tapi juga dengan Tuhan, keluarga mereka, dan orang yang mempercayakanku pada mereka. Mereka sudah dewasa jelas tahu mana yang salah dan benar, jika sudah tahu yang dilakukan adalah sebuah kesalahan, tapi tetap dilakukan, surat cerai melayang saat itu juga." jawab Jaemin panjang, dan para Tuan Muda itu langsung bergidik ngeri. Mereka mana bisa membayangkan hidup tanpa Jaemin? Dipastikan hidup mereka akan kacau balau dan tidak terurus.
"Kalian dengar itu dengan baik, kan?" mata Nyonya Park, ibu Jisung menatap tajam kedua puluh dua Tuan Muda yang menganggukkan kepala dengan cepat. Mereka mana ada sih pemikirkan selingkuh saat mereka sudah mendapatkan sosok yang mereka anggap sempurna, seperti Jaemin ini?
"Sudah bagus ada yang mau menerima kalian dan memperhatikan kalian, sampai kalian berani selingkuh atau menyakitinya, kami pastikan saat itu juga nama kalian sudah tercoret dari KK dan semua hak waris kalian dicabut, paham anak-anak?" para Nyonya di sana menatap tajam anak-anak mereka.
"SANGAT PAHAMM!" sahut mereka kompak.
"Bagus" gumam para Nyonya Besar itu dengan puas.
"Jangan sampai berlian seindah Jaemin kalian buang karena keegoisan kalian sendiri." peringat Baekhyun, para Tuan Muda itu mengangguk.
"Tidak akan!"
Jaemin, "Aku tidak tahu harus menyikapinya bagaimana, tapi terimakasih."
***
_58_
KAMU SEDANG MEMBACA
[ALL X JAEMIN] OUR JAEMIN
Fanfiction⚠️‼️ B X B ‼️⚠️ ‼️Don't Like Don't Read‼️ Na Jaemin, 22 tahun, Guru TK. Karena kendala uang, dia harus rela pergi dari kontrakan kecil miliknya dan mencari tempat tinggal baru dengan uang yang terbatas. Malam itu saat dia sedang mencari tempat tingg...