***
Malam harinya, masih di hari yang sama, Minggu. Jaemin mendapat pesan dari Victoria, jika dalam sehari ini penjualan buku pertama Jaemin memenuhi target, bahkan ada yang meminta dicetakkan ulang bukunya, lalu respon positif diberikan kepada buku Jaemin, terlebih yang untuk anak-anak, kebanyakan mengatakan jika cerita dalam buku itu sangat ringan dan cocok untuk anak-anak, bahasanya pun mudah dipahami.
Jaemin yang mendengar itu tentu saja senang, dia sudah berencana akan membuat cerita lebih baik lagi ke depannya nanti.
Dia segera beranjak ke atas tempat tidur dan berbaring, dia tiba-tiba teringat kejadian tadi saat bersama Victoria, saat wanita cantik itu baru saja mengetahui fakta yang membuatnya ternganga tidak percaya.
"Seluruh Tuan Muda NEO menjadikanku calon mereka." ujar Jaemin dan memalingkan wajah dari Victoria.
"NE?!" wanita cantik itu benar-benar tidak percaya dengan apa yang dia dengar. Dia mencoba mengingat kapan terakhir kali dia membersihkan telinganya, dan saat ingat itu baru tiga hari yang lalu, Victoria yakin yang didengarnya tadi tidaklah salah.
"Win- kau- YAK! KALIAN GILA?!" teriak Victoria yang tidak habis pikir dengan jalan pikiran para Tuan Muda NEO.
"Bagaimana bisa kalian menikahi satu orang yang sama?" tanya Victoria, Winwin tidak menjawab, Jaemin pun juga. Jika Jaemin tentu saja dia masih belum tahu pasti apa alasannya, tetapi Winwin-?
"Ada alasan dibalik itu tapi noona sebaiknya tidak perlu tahu." ujar Winwin, Victoria memijat pelipisnya yang mendadak pening.
"Jaeminnie, aku harap kau siap jiwa dan raga menghadapi mereka." ujar Victoria.
"Aku sudah membiasakan diri dengan mereka, tapi kalau menyiapkan diri sepertinya belum." jawab Jaemin sembari menggaruk pipinya kecil.
Jaemin memandang langit-langit kamarnya. Pembicaraan dengan Taeyong pagi tadi sebelum kembali ke Seoul terputar di otaknya. Helaan nafas keluar.
"Setidaknya ilmuku sebagai guru TK tidak akan hilang karena akan menjadi pengajar anak-anak di panti asuhan." ujar Jaemin.
Jaemin membaringkan diri ke samping dan matanya menerawang.
"Mereka memang membutuhkan sosok yang bisa menopang dan memberikan mereka kehangatan. Para Tuan Muda ini tidak sekuat yang dilihat orang-orang." gumam Jaemin, dia bangun dari acara berbaringnya dan pergi ke kamar mandi, mencuci mukanya dan buang air kecil.
Saat keluar dia mendapati Haechan ada di kasurnya, duduk manis memunggunginya.
"Haechannie, ada apa?" tanya Jaemin, Haechan menoleh dan tersenyum.
"Hanya ingin tidur denganmu, boleh?" Jaemin mengangguk. Keduanya pun berbaring bersisihan.
"Aku pagi tadi mendengar pembicaraanmu dengan Taeyong hyung, saat kita masih di Busan." Jaemin diam mendengarkan.
"Maaf membuatmu jadi terkesan terkurung." ujar Haechan, Jaemin menggeleng.
"Tidak, aku rasa, setelah kupikirkan, selama di sini aku tidak benar-benar merasa terkurung, aku juga baru sadar kalau aku anaknya mageran dan tidak terlalu suka keluar jalan-jalan. Jangan menyalahkan diri kalian, karena setelah kupikir lagi Taeyong hyung benar, kesehatanku adalah yang terpenting. Jika aku menjadi penulis dan guru TK bisa jadi aku tidak akan bisa memisahkan moodku jika suatu saat nanti moodku mendadak hancur dan malah berimbas pada anak-anak." ujar Jaemin. Haechan berbaring menyamping dan memeluk Jaemin, pemuda manis itu terkejut sesaat namun tidak lama dia balas memeluk Haechan erat. Dia mengusap kepala Haechan dengan begitu lembut.
KAMU SEDANG MEMBACA
[ALL X JAEMIN] OUR JAEMIN
Fanfiction⚠️‼️ B X B ‼️⚠️ ‼️Don't Like Don't Read‼️ Na Jaemin, 22 tahun, Guru TK. Karena kendala uang, dia harus rela pergi dari kontrakan kecil miliknya dan mencari tempat tinggal baru dengan uang yang terbatas. Malam itu saat dia sedang mencari tempat tingg...