87

6.4K 902 22
                                    

***

Jeno, dibantu informasi dari Mark mengenai keberadaan ibu tirinya dan selingkuhan si ibu tiri, Jeno terus mengikuti keduanya, memotret sendiri apa saja kegiatan yang kedua orang itu lakukan. Sedangkan noonanya, dia meminta noonanya untuk membujuk ayah mereka menceraikan wanita ular satu ini, dia tahu ayahnya mencintai wanita ini, tapi rasa cinta ayahnya tidak dibalas dengan baik, yang dicintai wanita ini adalah harta ayahnya. Gara-gara ini Jeno bahkan belum kembali ke mansion, sudah seminggu, dia hanya bisa menghubungi Jaemin lewat telepon.  Jeno tidak akan khawatir pada keadaan Jaemin, karena yang lain pasti selalu ada untuk pria manis tersebut.

Dan selama seminggu ini, ayahnya belum memberikan jawaban pasti, masalah perselingkuhan ini bahkan sudah terdengar ke keluarga yang lain, Jeno merasa tidak enak jika yang lain tau jika wanita yang ayahnya bawa, yang ayahnya nikahi telah berani bermain api.

Saat ini, Jeno kembali menghadap ayahnya, kali ini ada noonanya di sebelahnya. Noonanya sebenarnya masih antara percaya dan tidak, tapi setelah mendengar perkataan Amber dan melihat sendiri buktinya, noona Jeno mulai percaya jika wanita yang ia coba hormati keberadaannya di rumah telah berani berselingkuh di belakang ayahnya, dan itu adalah tindakan yang tidak bisa dimaafkan.

"Appa, masih belum mau menceraikannya?" tanya Jeno.

"Jeno, Appa sedang memikirkan dampak dari perceraian ini." Jeno menutup matanya dan menghembuskan nafasnya, meredam emosi yang tiba-tiba naik.

"Appa dengar! Kalau appa khawatir mengenai perusahaan yang nanti akan kehilangan penyokong, appa tidak perlu khawatir, apa gunanya NEO? apa gunanya hubungan kita dengan anggota keluarga yang lain? masih ada EXO Corp yang bisa membantu juga. Kehilangan keluarga wanita itu bukan sebuah masalah besar." ujar Jeno.

"Jeno! Dia masih ibumu." Jeno menatap ayahnya.

"Bukan, dari sejak ayah menikahinya, dia bukan ibuku! Dia hanya wanita yang hidup menumpang bagai parasit di rumah ini. Ibuku hanya satu dan beliau sudah tenang di surga. Jadi, segera ceraikan sebelum appa menyesal. Urusan apa yang akan terjadi nanti setelah perceraian, kita pikirkan itu belakangan, yang penting kita lepas dulu dari wanita itu." ujar Jeno.

"Appa, untuk kali ini, aku setuju dengan Jeno, aku harap appa benar-benar menceraikan wanita ini, kita tidak bisa hidup dengan dia yang terus-menerus mengais harta kita, harta kita untuk kepentingan orang banyak, bukan hanya untuk kepentingannya yang tidak pernah terpuaskan." noona Jeno akhirnya angkat suara juga.

"Appa  tahu? Gara-gara masalah ini aku belum pulang ke mansion, aku takut jika aku pulang dan aku emosi, aku akan melukai istriku dan kedua anakku, juga saudara atau sebut saja pasanganku yang lain. Jangan buat aku tidak pulang terlalu lama, jadi, appa, segera selesaikan ini, pikirkan belakangan urusan apa yang akan terjadi pada kita setelah cerai itu, yang penting kita bebas dulu. Appa lepas dulu dari wanita itu." Jeno berdiri dari duduknya dan hendak pergi, namun langkahnya terhenti.

"Aku penasaran sesuatu-" Jeno berbalik menatap sang ayah.

"Saat eomma meninggal, appa nampak tidak terlihat begitu sedih, setelah kematian eomma, dalam jarak waktu lumayan dekat, appa menikahi wanita itu, mengenalkan dia adalah ibu baru kami. Sepertinya juga hubungan wanita itu dengan appa nampak sangat dekat, tidak terlihat seperti orang yang baru saja bertemu atau baru berkenalan. Appa, jawab jujur, apa appa sudah selingkuh dengan wanita itu sejak eomma masih hidup?" Donghae tersentak kaget dan menatap Jeno yang kini menatapnya tajam.

"Kedekatan kalian tidak wajar, seolah kalian sudah sangat lama saling mengenal, saat appa melakukan kegiatan sukarelawan di Inggris, appa sebenarnya pergi menemuinya, benar? Semua cerita mengenai awal hubungan kalian dan kedekatan kalian, itu semua kebohongan?" Donghae tidak percaya Jeno bertanya itu.

"Jeno, appa tidak-" perkataan Donghae terhenti.

"Tidak apa? Tidak salah semua kan?" Jeno mengeluarkan sesuatu dari kantung celananya dan meletakannya di atas meja.

"Aku tadi bertanya, berharap appa menjawab jujur pertanyaanku, tetapi sepertinya appa tidak ada niat untuk jujur, ini karmamu appa, kau menyelingkuhi eomma dan sekarang kau diselingkuhi. Sampai minggu depan appa tidak segera menceraikan wanita itu, aku akan membawa noona pergi dari sini, aku akan mengantar noona ke tempat nenek dan kakek, jika sampai minggu depan appa tidak segera menceraikannya, aku sendiri yang akan turun tangan untuk bertindak. Appa tidak lupa kan pekerjaanku dan Mark hyung selain menjadi seorang CEO? Bukan hal sulit untukku dan Mark hyung membereskan satu hama seperti wanita ini misalnhya. Aku permisi." Jeno pergi dari sana dan noona Jeno ikut bangkit dari tempat duduknya.

"Appa, aku kecewa padamu." lirih noona Jeno tersebut dan wanita itu segera pergi dari hadapan Donghae.

***

Beda suasana dengan Jeno yang nampak berat, di mansion para suami ini kelabakan saat Yoonhee dan Jaemin malah adu tangis. Yoonhee menangis karena mamanya tidak mengizinkannya bermain dengan Nono, lalu Jaemin menangis karena Yoonhee keras kepala dan ingin bermain dengan Nono yang masih ingin ia peluk.

"Sayang, aduh, sudah jangan menangis ya? Kan bisa bermain bersama, ne?" Taeil membujuk Jaemin yang masih menangis.

"Tidak mau! Nana mau main sendiri!" ujar Jaemin keras kepala.

"Sayang, ssshhh, Yoonnie sayang anak baik, berhenti menangis ya? Nononya main sama mama dulu, Yoonie main sama Bella dan Daegal dulu bagaimana?" tanya Kun sembari menggendong Yoonhee.

"Sayang, sudah ya? Ayo jangan menangis lagi, kau sudah menangis sejak tadi, sudah terbatuk-batuk juga. Sudah ya? Main sama Yoonie, ne? Princess kecil kita kan juga ingin main dengan Nono dan Mamanya." Taeyong mengusap pipi Jaemin yang basah.

"Ukh" Taeyong menepuk-nepuk pelan punggung Jaemin.

"Sudah menangisnya ya? Tidak lelah menangis terus?" Jaemin memeluk Taeyong, membuat Taeyong segera mengangkat tubuh si manis, menggendongnya koala.

"Yoonie main dengan Baba saja bagaimana? Nono sepertinya juag sudah kelelahan, nanti kita main sama Nono kalau Nono sudah istirahat, ya sayang?" Renjun ikut membujuk Yoonhee yang tangisannya sudah mulai reda.

"Ma... huks Mama..." lirih Yoonhee sembari menatap Jaemin yang digendong oleh Taeyong.

"Mamanya juga menangis, tapi Mama baik-baik saja, Yoonhee juga berhenti menangis ya? Nanti Yoonhee demam loh." Haechan ikut membujuk.

"Huks Yoonie ndak tau cala belhenti menangic huwaaaaaaaa"

Di sisi lain, Jungwoo menggendong Lin yang sibuk dengan potongan apel di tangannya.

"Papa, apa Lin haluc ikut menangic juga?" Jungwoo menoleh dan menggeleng,

"Jangan ya, pusing nanti Papa." Lin mengangguk.

"Oke, Lin ndak nangic, tapi boleh kan minta apel lagi?" tanya Lin, Jungwoo mengangguk.

"Ayo masuk dan makan apel."

"Yeaayyy!!!!"

***

_87_

[ALL X JAEMIN] OUR JAEMINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang