89

6K 860 13
                                    

***

Jaemin duduk termenung di depan jendela kamarnya, dia menatap air hujan yang turun membasahi bumi hari ini. Tangannya tidak berhenti mengelus perutnya yang kini sudah memasuki usia lima bulan atau sekitar dua puluh minggu. Dan dia merasa waktu berlalu sangat cepat.

"Hahh~ ternyata waktu sudah berlalu dengan sangat cepat ya? Kalian sudah ada hampir lima bulan di dalam perutku." gumam Jaemin pada janin di dalam perutnya. 

Selama lima bulan ini sudah banyak hal terjadi, seperti dia yang meluncurkan novel anak-anak terbaru, hingga masalah perceraian orang tua Jeno yang hampir selesai, dari yang Jaemin dengar, Jeno membawa noonanya pergi ke tempat nenek dan kakek dari mendiang ibu kandungnya. Jaemin juga dengar jika Jeno dan Donghae bertengkar, karena Jeno merasa ayahnya terlalu lama mengambil keputusan tetapi selalu mengeluh padanya, meminta saran tapi tidak mau mendengar, Jeno kesal dan berakhir membawa sang noona pergi dari kediaman mereka.

Selain masalah sidang dan novel, ada juga kabar mengenai Sehun yang sudah selesai menyiapkan semua bahan yang diperlukan untuk renovasi mansion super besar milik para Tuan Muda tersebut. Pengerjaan mansion sudah berjalan sejak dua bulan lalu, dan juga sudah dua bulan terakhir ini Jaemin juga yang lain menetap di mansion yang ada di Busan, yang dekat dengan Panti Asuhan dimana dulu pernah mereka datangi.

"Mama" Jaemin menoleh dan tersenyum saat melihat kepala mungil anaknya masuk ke dalam celah pintu kamar.

"Kenapa disitu sayang? Ayo masuk sini." Yoonhee melangkah masuk, Jaemin bangun dari tempatnya dan berjalan menuju kasur, Yoonhee segera mendekatinya. Jaemin membantu putrinya itu naik ke atas tempat tidur dan duduk di sebelahnya.

"Kenapa princess Mama sudah bangun? Lin masih tidur?" Yoonhee mengangguk.

"Lin tidul cama Baba Len, Yoonie tidul cama Kun-die." Jaemin terkekeh gemas, dia mencium pipi tembam bocah menggemaskan tersebut.

"Mama, adik Yoonie tidul di cini?" tanya Yoonhee sembari jemari mungil nan gemuknya menyentuh perut besar Jaemin.

"Benar, adik Yoonie tidur di dalam perut Mama, jadi sshhttt! Jangan berisik" ujar Jaemin berbisik di akhir, Yoonhee menutup mulutnya dengan kedua tangan kecilnya.  Jaemin bergerak dan berbaring, Yoonhee ikut berbaring di samping mamanya.

"Ma, Yoonie tidul cini ya?" Jaemin mengangguk.

"Sini temani Mama tidur." Jaemin tidur menyamping, menghadap putrinya, tangannya mengusap punggung si kecil dan menepuk-nepuknya pelan. Tidak lama dengkuran halus terdengar dari keduanya.

***

Jungwoo menghentikkan langkahnya untuk memasuki kamar sang istri saat melihat Yoonhee dan Jaemin tengah tidur bersama. Jungwoo tersenyum melihat pemandangan manis tersebut, dia melangkah pelan mendekati kasur, dia mengusap kepala Jaemin sebelum mencium pelipis sang istri. Dia tidak ada niat membangunkan sang istri, mengingat tiga hari terakhir ini istrinya juga yang lain itu tidak bisa tidur dengan tenang. Sumber masalahnya adalah dari hasil check up beberapa hari lalu. Dokter mengatakan, jika akan ada resiko kematian yang akan terjadi, dan itu membuat Jaemin selalu merasa takut juga cemas. Taeyong sudah memindahkan dokter tersebut ke rumah sakit lain, dan mengganti dokter kandungan Jaemin dengan yang lebih baik dalam tutur kata menyampaikan hasil pemeriksaan dan praduga.

Dari hasil USG kemarin, memang terlihat jika satu dari ketiga bayi di dalam kandungan Jaemin itu nampak tidak memiliki ruang gerak yang cukup, dan terlihat terhimpit oleh badan kedua saudaranya, itulah mengapa dokter itu mengatakan jika ada resiko kematian dari salah satu bayi yang akan terjadi.

Jungwoo berjalan keluar dan menemui yang lain. Semenjak pindah ke Busan, akses ke kantor mereka memang jadi lebih jauh, tapi mereka tidak bisa pindah, jika pindah ke apartement yang letaknya ada di tengah kota, Jaemin dan kedua anak mereka bisa stres. Mau pindah sendiri juga tidak mungkin, kecuali jika ada keadaan mendesak yang membuat mereka tidak bisa pulang, mereka akan ke apartement atau menginap di kantor, dengan aturan tambahan Jaemin dan kedua anak mereka masih terpantau.

"Pembangunan mansion sudah sampai mana kata Sehun hyung?" Jungwoo bisa mendengar suara Johnny yang bertanya.

"Sudah masuk tahap pembangunan." jawab Taeyong, Jungwoo masuk ke ruang tengah dan duduk di sebelah Lucas.

"Jaemin bagaimana?" tanya Doyoung.

"Tidur ditemani Yoonhee, apa Lin masih tidur?" jawab dan tanya Jungwoo.

"Masih, dia tidur dengan Renjun, mereka berdua masih asyik di dunia mimpi sendiri." jawab Yangyang.

"Apa Jaemin masih sering melamun?" tanya Taeil.

"Masih, dia sepertinya juga masih kepikiran perkataan dokter tersebut, meski dokter yang baru sudah mengatakan jika ketiga anak di dalam kandungan Jaemin tetap akan bisa lahir dengan selamat." jawab Haechan.

"Wajar saja, ini kehamilan keduanya setelah pernah mengalami kegagalan dalam mengandung, meski yang pertama bukan faktor dari Jaemin tapi dari Hao Yu, tetap pasti meninggalkan ketakutan tersendiri baginya." jawab Yuta.

"Aku rasa, Jaemin hyung cemas juga karena dia pernah kehilangan anak, dan saat ini ada tiga bayi di dalam perutnya, selain itu juga pasti dia punya pikiran, jika salah satu anak tersebut ada yang mati, dia takut kita semua akan menjauhinya." ujar Jisung akan pemikirannya.

"Ah, iya, itu bisa saja." ujar Shotaro.

"Terlebih Jaemin akhir-akhir ini sering menonton drama sejenis itu, aku sudah melarangnya tapi sepertinya dia bebal, hingga akhirnya kepikiran sendiri." sambung Shotaro.

"Apa channelnya perlu dibatasi?" tanya Lucas.

"Harusnya sih iya, tapi mau dibatasi pun sudah ada yang tertanam di kepalanya, daripada membatasi, lebih baik kita yang mendekatinya dan bicara padanya pelan-pelan." jawab Hendery.

"Kalau semisal satu dari anak yang dikandung Jaemin ada yang mati dan itu adalah anakku, aku akan merelakannya, karena mengandung untuk pria saja, satu bayi itu sungguh beresiko, apalagi tiga, aku akan memaklumi itu." ujar Johnny.

"Apa kau tidak menyayangi anakmu?" tanya Ten langsung.

"Bukan begitu, aku menyayanginya pasti, tapi jika memang takdir berkata lain, aku bisa apa? Meraung juga tidak akan mengembalikan nyawa anakku, dan kembali pada perkataanku, kehamilan pada pria itu beresiko, mengandung satu saja itu sudah mengancam jiwanya, apalagi ini tiga, jadi jika yang selamat hanya dua, aku akan merelakannya dengan hati lapang." ujar Johnny.

"Mm, aku juga setuju dengan Johnny, bukan kami tidak menyayanginya, ini lebih kepada, kami memahami situasi dan kondisi saja. Dan mungkin, jika salah satu dari anak itu tidak selamat, berarti anak itu oleh Tuhan memang belum disiapkan untuk menjadi malaikat bagi kita, itu berarti Tuhan masih tidak rela memberikan malaikatnya yang satu itu pada kita, Tuhan menyayangi anak itu jadi Dia mengambilnya kembali." timpal Taeyong.

"Aku akan berusaha merelakannya." ujar Mark pelan, dia bukan tipe orang yang mudah merelakan, dia pasti akan menangisi kepergiaan anaknya, tetapi dia akan berusaha, sebisa yang ia mampu untuk merelakan kepergiaan anaknya.

"Kita berdoa saja yang terbaik, mereka bertiga juga Jaemin sendiri, akan baik-baik saja." ujar Dejun yang diangguki lainnya.

"Benar, apapun itu mari doakan yang terbaik untuk mereka." ujar Haechan sembari menatap kamar dimana Jaemin saat ini berada.

***

_89_

[ALL X JAEMIN] OUR JAEMINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang