***
Saat ini Jaemin duduk dengan posisi membelakangi grand piano, sisanya menatap ke arah Winwin yang baru saja masuk dengan cara bar-bar.
"Bukankah baru kemarin dikirim? Kenapa cepat sekali kabarnya datang?" tanya Jaemin heran.
"Sebenarnya ada apa? Novel apa?" tanya Renjun.
"Ah itu, aku menulis sebuah novel dan cerita pendek untuk anak-anak, remaja, dan orang dewasa, dulu aku bertahan hidup, mencari uang melalui itu, mengirim cerita-cerita pendek ke majalah atau koran, saat usia SMA dan kuliah aku mulai menulis cerita untuk remaja dan dewasa juga, lalu sebelum aku sampai di sini, aku menulis sebuah novel, hanya saja..." semua menatap Jaemin yang menggantungkan kalimantnya.
"...aku mengirim rancangan novel itu tapi tidak ada kabar sampai kemarin lusa, lalu semalam Winwin ge bilang kalau kantor publisher itu ada masalah dan memang tidak menerbitkan apapun lagi, gege memberiku bantuan dengan mengatakan akan mengirimkannya kepada kenalannya, tapi baru kemarin dan hari ini sudah ada kabarnya." lanjut Jaemin.
"Kau mengirimnya kemana?" tanya Johnny.
"Periwinkle Media, ke tempat Vic noona, aku mengantarnya ke sana." jawab Winwin.
"Lalu noona bilang apa?" tanya Kun.
"Dia tertarik dengan cerita yang Jaemin buat dan memintaku untuk membawanya ke sana, tadi di telpon juga Vic noona bilang kalau timnya menyukai semua cerita Jaemin dan ingin menerbitakannya dengan memperbaiki beberapa bagian, Vic noona bertanya kapan Jaemin bisa bertemu dengan mereka." semua menatap Jaemin yang kini diam berpikir.
"Kakiku belum sembuh, apa mereka dalam keadaan terburu?" tanya Jaemin.
"Tidak juga, Vic noona bilang sebisamu datang, mereka tidak memaksa." ujar Winwin.
"Satu minggu lagi, bagaimana?" tanya Jaemin, Winwin mengangguk kecil.
"Akan aku beri tahukan itu padanya." Winwin kembali keluar untuk menelpon, Jaemin terdiam beberapa saat.
"Jaeminnie, apa kau akan tetap menjadi guru TK atau menjadi penulis?" tanya Mark.
"Sejujurnya pekerjaan yang aku inginkan adalah ahli bedah, tapi- yahh~ biaya sekolahnya mahal dan aku tidak mungkin menjual ginjal untuk itu, beasiswa saja tidak akan cukup." ujar Jaemin.
"Lalu?" tanya Yuta.
"Untuk saat ini aku akan menjadi penulis, pikiranku untuk menjadi guru TK, bisa aku pikirkan nanti. Bekerja dengan anak-anak itu menyenangkan, tapi kalau di saat yang sama pikiranmu ada pada hal lain, itu sangat mengganggu. Aku tidak ahli dalam multitasking." ujar Jaemin.
"Memangnya hal lain apa yang mengganggumu?" tanya Dejun.
"Kalian"
***
Hari berikutnya kembali datang, Jaemin selesai sarapan saat ini tengah berjemur di halaman belakang dengan Nono yang duduk dengan tenang di sebelahnya.
"Hyung" Jaemin mendongak menatap Jisung yang memanggilnya.
"Waeyo? Bukannya kau dan Lucas hyung harus ke cafe? Untuk melihat pegawai? Kalian sudah tidak ke sana kemarin kan?" tanya Jaemin, Jisung mengambil kursi dan duduk di sebelah Jaemin.
"Harusnya, tapi aku malas, lebih baik di rumah, mengawasi dari rumah itu sudah lebih dari cukup. Tidak ke sana sehari tidak akan membuat cafe bangkrut." ujar Jisung. Jaemin terkekeh mendengarnya.
"Apa yang lain juga berpikiran sama denganmu, hm?" Jisung menggeleng tak paham.
"Tidak tahu juga, tapi mungkin iya." jawabnya. Jaemin mengangguk kecil dan mengusap kembali kepala Nono.
KAMU SEDANG MEMBACA
[ALL X JAEMIN] OUR JAEMIN
Fanfiction⚠️‼️ B X B ‼️⚠️ ‼️Don't Like Don't Read‼️ Na Jaemin, 22 tahun, Guru TK. Karena kendala uang, dia harus rela pergi dari kontrakan kecil miliknya dan mencari tempat tinggal baru dengan uang yang terbatas. Malam itu saat dia sedang mencari tempat tingg...