***
Jaemin mengajak Taeil dan Jeno keluar keesokan harinya. Kebetulan besok adalah Sabtu, keduanya tidak terlalu sibuk di hari itu, pekerjaan Jeno diambil alih Haechan, sedangkan pekerjaan Taeil diambil alih oleh Winwin.
"Jeno, mau gendong!" pinta Jaemin saat keduanya sampai di Tukseom Hangang Park. Mereka akan piknik di sini.
"Gendong belakang?" tanya Jeno.
"Tidak, gendong depan." Jeno tersenyum kecil dan meraih sang istri, menggendongnya koala lalu berjalan, Taeil berjalan di samping membawa keperluan mereka.
"Kenapa tiba-tiba ingin piknik bertiga?" tanya Taeil, karena biasanya yang lain protes dan ingin ikut, tapi ini yang lain justru memilih untuk berdiam diri di rumah dan bermain dengan kedua anak mereka.
"Mm... hanya ingin keluar bertiga saja, tidak boleh hyung?" tanya Jaemin pelan di akhir.
"Bukan begitu sayang, tentu saja boleh, hanya tidak biasa saja." Jawab Taeil sabar, Jaemin tertawa kecil.
"Tidak apa kan? Apa Taeil hyung tidak nyaman dengan Jeno?" tanya Jaemin langsung.
"Kenapa aku?" protes Jeno, Jaemin merengut dan hanya memukul pelan bahu suaminya. Ketiganya menemukan spot yang nyaman dan Taeil mulai menggelar tikarnya. Jaemin didudukkan di atas tikar, baru Jeno dan Taeil duduk di kanan dan kirinya.
Jaemin mengeluarkan semua isi dari keranjang bekal, setelah semua keluar, Jaemin meraih sandwich dan memakannya. Sandwich buatan Kun tadi pagi, dia minta dibuatkan sandwich oleh suami Chinanya satu itu.
"Jaemin, katakan pada hyung, sebenarnya apa tujuanmu membawa kami kemari?" tanya Taeil, Jaemin yang baru selesai melahap sandwichnya menatap suami tertuanya.
"Hyung, hubungan hyung dan Jeno kenapa terlihat sangat canggung?" tanya Jaemin langsung, Jeno yang mendengar namanya disebut menoleh pada sang istri.
"Dikatakan canggung sebenarnya tidak canggung juga sih, yang membuat kami terlihat canggung mungkin karena jarak umur kami yang terpaut enam tahun." Jawab Taeil. Seolah paham kemana arah pembicaraan ini, Jeno menatap sang istri dan mengusap kepala istrinya dengan lembut.
"Apa kecanggungan kami sangat mengganggumu?" tanya Jeno.
"Sebenarnya, awalnya sama sekali tidak, tapi setelah hidup lama dan menikah, rasanya jadi sedikit terganggu, kalian bisa menerimaku tapi kalian tidak bisa menerima satu sama lain, itu yang aku lihat, atau mungkin aku sendiri yang terlalu berlebihan." Jawab Jaemin.
"Maafkan kami kalau begitu." Ujar Taeil sembari meraih jemari Jaemin dan mengusapnya.
"Usia kami yang terpaut lumayan jauh membuat kami tidak bisa menemukan bahasan yang cocok. Jika kami ada di ruangan yang sama, bisa dipastikan hanya keheningan, karena aku tidak bisa menemukan bahan bicara yang cocok, dan Jeno pun sepertinya juga begitu, benar?" Jeno mengangguk.
"Jika kau tinggalkan Taeyong hyung dengan Taeil hyung atau Johnny hyung dengan Taeil hyung, tentu mereka akan ada bahan bicara, karena jarak mereka yang tidak jauh, dan mereka terkadang punya pembahasan yang sama. Sama halnya dengan aku yang kau tinggal dengan Haechan, Chenle, atau Jisung, kami bisa bicara banyak karena kami punya bahan bicara yang cocok. Jika ditanya kenapa aku bisa dekat dan bicara dengan santai dengan Doyoung hyung karena selain tidak terlalu jauh perbedaan jaraknya, kami sudah mengenal lebih dulu, lebih lama. Beda generasi beda pembahasan." Ujar Jeno, membuat Taeil mendengus kesal, kesannya dia sangat tua sekali, padahal dia seumuran Sehun dan Jongin.
"Seperti itu" gumam Jaemin.
"Kami bisa bicara satu sama lain, tetapi tidak akan bertahan lama." Ujar Taeil yang diangguki Jeno.
"Tapi kalau boleh jujur sih, semenjak kedatanganmu kemari interaksi kami lebih banyak dari sebelum kau datang kemari. Sungguh." Ujar Taeil lagi sembari menatap Jaemin.
"Benarkah?" tanya Jaemin.
"Benar, kau pembawa kebaikan untuk kami." Ujar Jeno membenarkan, sembari mengusap pipi tembam Jaemin yang terlihat menggemaskan.
"Jadi, aku tidak perlu khawatir dengan hubungan kalian?" tanya Jaemin.
"Tidak perlu, lambat laun nanti juga hubungan kami membaik. Daripada kami, lebih baik dekatkan itu Yuta hyung dan Dejun, mereka yang hubungannya paling canggung dari yang lain." Ujar Taeil.
"Ah benar, tapi aku tidak tahu harus membuat mereka dekat seperti apa." Gumam Jaemin.
"Minta Johnny hyung menemanimu mendekatkan mereka." Usul Jeno yang sama seperti usul suaminya yang lain.
"Sudah ada yang menyarankan begitu, tapi mungkin memang harus aku bicarakan dengan Johnny hyung. Lalu, menurut hyung dan Jeno, kalau Jaehyun hyung, Jisung, dan Winwin ge itu bagaimana?" tanya Jaemin.
"Sumber masalahnya ada di Jisung kalau yang itu. Jisung itu mudah sekali canggung, meski pada orang yang sudah lama tinggal dengannya, tapi mungkin juga sama seperti kami, Jisung dan Jaehyun canggung karena memang jarang terlibat proyek bersama, terlebih keseringan Jisung dengan Chenle atau Sungchan. Untuk Winwin, sebenarnya kalau mau dekat dengan Winwin itu mudah, tapi Jisung canggung duluan, karena dulu saat Winwin datang bergabung bahasa yang bisa ia ucapkan hanya bahasa mandarin, sedangkan Jisung sendiri saja terkadang masih sulit memahami Chenle dan Renjun, dan berakhirlah mereka menjadi canggung karena kendala bahasa, dan itu berlangsung hingga sekarang." Ujar Taeil panjang.
"Hemm... susah juga ya, tapi aku lihat Jaehyun hyung sudah lebih dekat dengan Jisung akhir-akhir ini." Ujar Jaemin.
"Kalau memang begitu kan bagus, jadi hanya perlu mendekatkan Winwin dengan Jisung saja." Jaemin mengangguki ucapan Taeil. Dia kembali meraih makanan di depannya, kini ganti onigiri yang ia ambil.
"Ah aku jadi ingin takoyaki." Gumam Jaemin tiba-tiba, Jeno dan Taeil yang mendengar mendelik. Mereka harus menemukan penjual takoyaki dimana juga? Sekitar sini agak sulit mencari jajanan seperti itu.
"Mau pulang dan minta Yuta hyung yang buatkan?" tanya Jeno.
"Tidak mau, aku sudah tidak ingin takoyaki, tapi boleh tidak Nana renang di sungai Han?" Jeno dan Taeil menatap kaget.
"TIDAK BOLEH!" kompak keduanya, Jaemin merengut.
"Tapi air sungai Han terlihat begitu segar, boleh yaa?" Jeno dan Taeil menggeleng ribut.
"Arus sungai Han itu deras, kau mau terbawa arus lalu hilang dan tidak kembali?" tanya Taeil. Jaemin merengut.
"Kalau begitu ayo ke Sea World, Nana mau renang dengan ikan pari."
"TIDAK BOLEH!"
Jaemin mengerucutkan bibirnya kesal.
"Kenapa semua tidak boleh sih?!" kesal Jaemin.
"Kalau lihat saja dari luar tidak masalah, tapi tidak berenang dengan ikan pari, astaga kau mau membuat kami mati berdiri melihatmu berenang dengan ikan pari?" tanya Taeil.
"Nana mau main air, ish!" Jeno dan Taeil lempar pandang.
"Pulang saja bagaimana? Di mansionkan juga ada kolam renang besar, kita main air di sana, ne?" bujuk Jeno.
"Hmm... kalau begitu kita selesaikan ini lalu pulang! Nana mau main air pokoknya!" Jeno dan Taeil mengangguk-angguk, keduanya menghela nafas lega karena Jaemin mau menurut.
"Jeno, beli semangka ya sebelum pulang? Nana mau makan semangka di dalam air nanti."
"HAH?!"
***
_83_
KAMU SEDANG MEMBACA
[ALL X JAEMIN] OUR JAEMIN
Fanfiction⚠️‼️ B X B ‼️⚠️ ‼️Don't Like Don't Read‼️ Na Jaemin, 22 tahun, Guru TK. Karena kendala uang, dia harus rela pergi dari kontrakan kecil miliknya dan mencari tempat tinggal baru dengan uang yang terbatas. Malam itu saat dia sedang mencari tempat tingg...