***
Jaemin dan Jeno hari ini pergi berdua untuk jalan-jalan. Semalam Jaemin tiba-tiba masuk ke kamar Jeno yang baru saja si pemilik kamar selesai mandi, Jeno yang masih terbalut handuk di pinggang terpekik kaget saat tiba-tiba Jaemin masuk ke dalam kamarnya.
"Kau kenapa?" tanya Jeno malam itu, Jaemin sendiri yang melihat Jeno hanya terbalut handuk segera membalik badan.
"P-Pakai dulu bajumu!" Jeno memandang ke arah tubuhnya, ada yang salah dengan tubuhku? Bagus begini kok, begitulah pikir Jeno. Namun tetap saja karena Jaemin yang memintanya dia dengan segera mengganti pakaiannya.
"Aku sudah selesai, balik badanmu dan katakan padaku apa yang kau inginkan, Jaeminnie?" Jaemin berbalik badan dan duduk di sebelah Jeno yang sudah mengenakan kaos tanpa lengan dan celana pendek.
"I-Itu, besok ayo temani aku keluar." Jeno mengernyit.
"Besok? Kemana?" tanya Jeno penasaran.
"Jalan-jalan dan itu ehm... aku ingin melakukan sesuatu, mencoba sesuatu lebih tepatnya." Jeno mengangkat sebelah alisnya.
"Katakan dengan jelas dulu, kalau tidak jelas aku tidak akan mau menemanimu." Jaemin cemberut mendengar itu.
"Aku ingin jalan-jalan dan latihan menembak." Jaemin memalingkan wajahnya yang kini memerah hingga telinga.
"Menembak? Kenapa tiba-tiba?" tanya Jeno.
"Kejadian di bandara waktu itu cukup menggangguku sebenarnya, aku ingin menjadi orang yang lebih baik, lebih kuat dari sebelumnya, sehingga tidak diinjak-injak atau dipermainkan oleh orang lain. Aku mengatakan itu pada Seungmin, dan dia mengusulkan padaku untuk melatih menembak." Jeno menghembuskan nafas pelan.
"Kau mau jadi orang yang lebih baik dan lebih kuat tapi masih mudah jatuh pada perkataan orang lain, apa kau tidak bertanya kenapa Seungmin memintamu begitu?" tanya Jeno.
"Sudah, dia bilang, daripada perkelahian lebih baik menembak, itu katanya." Jeno terkekeh gemas mendengar itu.
"Baiklah, aku akan mengajakmu untuk itu, tapi aku ingin mengusulkan sesuatu padamu. Latihan boxing dengan Jaehyun hyung dan latihan fisik dengan Johnny hyung, lakukan itu agar kau bisa melindungi dirimu sendiri saat kami tidak bersamamu." Jaemin mengangguk.
"Berdiri di hadapanku." Jaemin berdiri di depan Jeno, pemuda Lee itu mengamati bentuk lekuk tubuh Jaemin. Dia berdiri lalu meraih lengan Jaemin.
"Aku tidak yakin, tangan secantik dan sehalus ini bisa menarik pelatuk."
"Huh?"
***
Di sinilah Jeno dan Jaemin sekarang, di tempat pelatihan menembak. Tempat ini adalah tempat dimana Chenle dan Jeno biasanya berlatih saat mereka bosan, tapi karena akhir-akhir ini sepertinya tidak ada bahaya, dan mereka juga lebih sering menghabiskan waktu di rumah, keduanya jadi jarang datang kemari.
Saat memasuki area pelatihan, Jaemin melangkah di belakang Jeno sembari menggenggam kelingking Jeno.
"Jeno-ya, aku takut." ujar Jaemin dengan suara pelan, Jeno menoleh dan terkekeh kecil.
"Kau takut?" Jaemin mengangguk.
"Aku benar-benar mengatakan ini, aku takut." Jeno menarik pelan lengan Jaemin dan mengusap kepalanya.
"I'm here, don't be afraid, beauty~" Jaemin merona diperlakukan begitu manis oleh Jeno.
Tak lama kemudian, pelatih yang baru dikenal oleh Jeno datang, pelatih memberikan arahan kepada Jeno dan Jaemin, sebenarnya Jeno tidak terlalu memperhatikan karena dia sudah pernah melakukannya, hanya Jaemin yang terlihat serius.
Saat Jeno mulai menembak, Jaemin yang ada di belakang Jeno berdecak kagum. Posisi sempurna Jeno yang tampak dari belakang membuat Jaemin entah mengapa merasa aman, kala Jaemin menatap bahu lebar dan tegap itu, Jaemin merasa dia akan selalu aman dari apapun, dia merasa dia tidak perlu takut akan apapun.
"Sempurna, Anda bermain dengan baik, Tuan Muda." puji sang pelatih.
"Terimakasih, tapi Anda berlebihan." balas Jeno dengan senyum kecil. Setelah Jeno selesai, giliran Jaemin, berbeda dengan Jeno yang tepat mengenai sasaran di tengah, tembak Jaemin beberapa kali ada yang miss, tidak sampai pada target, dan kebanyakan ada di angka tujuh dan delapan.
"Tidak apa, kau sudah melakukan yang terbaik." ujar Jeno menenangkan Jaemin yang nampak badmood saat melihat skor miliknya.
"Tapi, apa tanganmu tidak sakit?" tanya Jeno, Jaemin menatap lengannya dan mengangguk.
"Aku tidak pernah melakukan ini, dan ini sepertinya menarik semua ototku." jawabnya, Jeno terkekeh, dia menepuk-nepuk pelan lengan Jaemin.
"Nanti istirahatkan tanganmu, ya?" Jaemin mengangguk.
"Karena skorku lebih rendah, aku akan mentraktirmu." ujar Jaemin.
"Begitukah? Aku ingin makan sesuatu yang enak." jawab Jeno.
"Kajja, kita pergi sekarang." Jeno mengangguk, setelah mereka melepas atribut masing-masing dan mengucapkan terimakasih, Jeno dan Jaemin keluar dari tempat pelatihan.
***
"Tanganku sulit untuk memegang sumpit." gumam Jaemin, Jeno yang melihat itu tersenyum kecil.
"Letakkan sumpitmu, biar kusuapi." Jeno pindah ke tempat di sebelah Jaemin, dia dengan sabar menyuapi Jaemin dan menyuapi dirinya sendiri.
"Apa tanganmu tidak sakit?" tanya Jaemin pada Jeno.
"Tidak separah dirimu, meski lama tidak memegang senjata seperti itu, memang agak sakit, tapi tidak masalah sih." jawab Jeno, tentu saja Jaemin mendengar itu Jaemin jadi iri.
"Kau tumbuh dengan baik dan aku iri." dengus Jaemin lucu, Jeno tertawa dan hanya menyuapkan Jaemin banyak daging, agar mood si manis itu kembali membaik.
"Masih mau jalan-jalan selepas ini?" tanya Jeno, Jaemin mengangguk.
"Aku ingin mencari sesuatu." ujar Jaemin, Jeno hanya diam mengangguk. Selepas mereka selesai makan, dengan segera Jeno membayar biaya makan, tadi Jaemin mau membayar tapi Jeno sudah lebih dulu bertindak.
"Kan aku yang traktir." protes Jaemin saat keduanya sudah ada di luar rumah makan.
"Kau sudah pilih menunya, tak masalah, gunakan uangmu untuk membeli barang yang kau inginkan." Jaemin pun hanya diam menurut. Keduanya pun segera pergi ke mall. Mall yang dimiliki Yuta pastinya.
***
Jeno tidak mengerti kenapa Jaemin membeli 23 peter rabbit music box, harga memang bukan masalah, tapi Jeno tidak paham, music box sebanyak itu untuk apa?
"Kenapa beli banyak sekali?" tanya Jeno.
"Satu untukku dan sisanya untuk kalian, aku tahu ini terlihat kekanakkan, tapi terkadang mendengarkan lagu yang keluar dari music box bisa setidaknya mengurangi rasa stres kita." ujar Jaemin, Jeno terdiam sebelum tersenyum, si Nyonya memikirkan kita ternyata.
"Kenapa kelinci?" tanya Jeno.
"Agar kalian ingat padaku." cetus Jaemin, Jeno hanya mengangguk saja, toh memang Jaemin jika diumpamakan binatang, dia seperti kelinci.... atau kucing?
"Jaemin, selain memasak apa keahlianmu yang lain?" tanya Jeno tiba-tiba.
"Menjahit dan mungkin merajut, ada apa?" tanya Jaemin.
"Bisa kau buatkan syal untukku?" tanya Jeno tiba-tiba.
"S-syal?" Jeno mengangguk.
"Jika mau adil, untuk kami semua, tapi itu jika kau tidak keberatan." Jaemin nampak terdiam cukup lama. Dia sudah lama tidak menjahit ataupun merajut, dua kegiatan itu dia lakukan saat masih di panti asuhan dengan mengamati ibu panti.
Dan sekarang Jeno ingin dibuatkan syal rajut olehnya?
"Akan kucoba."
"Terimakasih."
***
_45_
KAMU SEDANG MEMBACA
[ALL X JAEMIN] OUR JAEMIN
Fanfiction⚠️‼️ B X B ‼️⚠️ ‼️Don't Like Don't Read‼️ Na Jaemin, 22 tahun, Guru TK. Karena kendala uang, dia harus rela pergi dari kontrakan kecil miliknya dan mencari tempat tinggal baru dengan uang yang terbatas. Malam itu saat dia sedang mencari tempat tingg...