***
"HAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHA" tawa Jungwoo dan Yuta lepas saat melihat Jeno, Jisung, Renjun, dan Chenle berubah menjadi smurf, dengan tubuh berubah biru, ditambah Renjun harus mengenakan wig warna kuning.
"Ahh lucu sekaliiiii!!!" Jaemin menguyel pipi Renjun dengan gemas. Empat orang yang sudah berubah seperti layaknya manusia ketumpahan cat biru itu hanya bisa pasrah.
Dejun, Winwin, Hendery, Lucas, Kun, Yangyang, dan Ten tidak bisa tertawa, mereka tahu benar bagaimana rasanya berubah menjadi sosok yang bukan diri mereka. Tapi karena semua permintaan itu adalah permintaan Jaemin, mereka hanya bisa menurut.
DDRRTT DRRRTT
Ponsel Haechan berbunyi saat dia sibuk menertawai Jeno, Renjun, Jisung, dan Chenle. Dia melihat pesan masuk dari sekretaris mereka, dan mata mereka terbelalak kaget.
"JENO! ADA RAPAT!!" Jeno menatap Haechan shock, dia masih dalam penampilan seperti ini.
"Kau saja yang hadir!" ujar Jeno, dia masih mau menyelamatkan harga dirinya, apa kata karyawannya nanti saat melihatnya seperti ini? Dia bisa melihat wajah putus asa Johnny yang tadi berangkay menggunakan kostum beruang kutub.
"Tidak bisa! Kau kan Ketuanya! Rapat ini kan kau juga harus hadir, ini membahas peluncuran game terbaru!" ujar Haechan.
"Aku seperti ini, Lee!" kesal Jeno.
"Jeno kenapa tidak pergi ke kantor dengan keadaan seperti itu?" tanya Jaemin dengan polosnya.
"Sayanggg!!!" Jaemin merengut saat Jeno menaikkan nada bicara, meski sebenarnya Jeno menaikkan nada bicaranya, dia sebenarnya merengek.
"Apa?" ketus Jaemin, Jeno menelan ludah saat sadar kesalahannya. Orang hamil sangat sensitif, batin Jeno.
"Maaf sayang, tapi aku tidak mungkin datang ke perusahaan dengan keadaan seperti ini." ujar Jeno.
"Tinggal katakan kau sedang dalam pembuatan game smurf, apa susahnya?!" Jeno hanya bisa menghela nafas.
"Haechan segera bersiap kita berangkat." ujar Jeno, Jaemin yang melihat punggung Jeno menjauh menghela nafas pelan, dia bangun dari duduknya dan memeluk Jeno dari belakang.
"Sayang?" kaget Jeno.
"Maaf yaa Papa?" Jeno tersenyum dan mengangguk.
"Sini cium dulu!" Jeno mencium bibir Jaemin, agak lama hingga membuahkan protes dari yang lain.
"JENO!!" Jeno langsung kabur dari hadapan yang lain. Jaemin sendiri tengah mengatur nafasnya yang memburu, meski ciumannya singkat, tapi Jeno menciumnya dengan panas dan penuh gairah. Dia lantas menatap Kun yang ada di dekatnya.
"Gege, itu- Nana- mmm... Nana mau 'itu'..." Kun menatap kaget tentu saja, tapi dia menyeringai senang dan mengangguk.
"Ayo ke kamar!" Jaemin diangkat Kun dengan mudah, digendongnya bridal sang istri.
"KUNNN!!!"
"TITIP ANAK-ANAK!!!"
***
Sore harinya keadaan sudah kembali normal, para suami yang berubah jadi smurf tadi sudah kembali normal. Johnny pulang dengan rasa lelah luar biasa, lelah karena menahan malu di kantor tadi karena karyawan dan koleganya menatapnya penuh rasa penasaran dan geli. Jeno dan Haechan pulang juga dengan rasa lelah, terutama Jeno yang ditatap aneh dan penuh keheranan oleh karyawannya tadi.
Sedang si Nyonya sedang ada di kamar Kun, mereka tidak melakukan kegiatan panas, Kun hanya membantu Jaemin keluar tanpa memasukinya, Jaemin sendiri memberikan servis dengan mulut dan tangannya saja. Kun juga tahu kandungan istrinya masih sangat rentan untuk diajak berhubungan badan.
"Baobei, ayo bangun." Kun mengguncang pelan tubuh Jaemin yang masih asyik bergelung di dalam selimut miliknya.
"Nanti~" jawab Jaemin dengan suara mendayu.
"Ayo bangun baobei, Lin dan Yoonhee mencarimu loh." Jaemin membuka matanya perlahan dan menatap wajah rupawan Kun di depannya.
"Gege siapkan air untukmu mandi, segera duduk dan kumpulkan nyawamu." Jaemin mengangguk, dengan malas ia bangun dan duduk, sedangkan Kun pergi menyiapkan air untuk Jaemin mandi.
Setelah air siap, Kun membantu Jaemin bersih diri dan berganti pakaian. Baru keduanya keluar dari kamar Kun dan turun ke lantai satu dimana yang lain sedang berkumpul di sana. Jaemin langsung memeluk Johnny.
"Dadddyyy~" Johnny terkekeh dan mengusap punggung sang istri.
"Mau makan apa malam ini?" tanya Doyoung.
"Mau masakan Appa Moon dan Papa Jeno." jawab Jaemin, tentu saja membuat dua orang yang namanya tersebut terkejut.
"Masakan kami?" kaget Taeil.
"Ne~ mau ya??" Jaemin menatap mereka memohon.
"Sayang, yakin mau dimasakkan oleh mereka? Jeno itu sama saja dengan Mark, mereka berdua tidak bagus ada di dapur." Hendery bertanya pada sang istri.
"Serius! Nana mau makan masakan Appa Moon dan Papa Jeno!" ujar Jaemin yang kini posisinya dipangku Johnny.
"Papa Jeno macak? Lin mau bantu!" Ujar Lin semangat.
"Lin lebih baik main sama Papa cantik dan Dery-die deh, kita main lego? Mobil-mobilan? Bagaimana?" Tanya Ten, membujuk si kecil agar tidak merusuh di dapur.
"Kenapa? Lin mau bantu macak Papa Jeno." Kekehan geli keluar dari para ayah, dan gumaman kesal keluar dari mulut Jeno. Anaknya yang bicaranya kebalik-balik, membuat kalimatnya terdengar aneh.
"Di dapur bahaya, Lin masih terlalu kecil untuk main di area dapur, nanti kalau sudah lebih besar, baru deh boleh ke dapur bantu mama atau papa masak, oke?" Lin nampak berpikir, meski mereka yakin Lin tidak benar-benar berpikir.
"Oke!" Ten mengusap kepala Lin.
"Good, ayo main saja sama Papa, Dery-die dan Yoonie." Lin pun menurut dan berubah diam.
"Kenapa masih di sini? Masak sana!" Titah Taeyong kurang ajar. Taeil ingin sekali menggeplak pria yang lebih muda darinya itu tapi ia tahan karena masih ada anak mereka.
"Doyoung hyung dan Renjun yang bantu kalian, ingat ya benar memasak, jangan sampai ribut dan menghancurkan dapurku!" Peringat Jaemin, Taeil dan Jeno hanya bisa menelan ludah dan mengangguk.
"Laksanakan!" Keduanya segera melesat pergi, Doyoung dan Renjun pun beranjak.
"Pastikan makanannya aman dimakan Jaemin." Pesan Yuta. Doyoung dan Renjun hanya melambai.
"Nah, apa yang akan kita lakukan sembari menunggu makan malam?" Tanya Jisung.
Jaemin secara tiba-tiba dan muka polosnya berujar, "Mau jadi stabilo berjalan lagi tidak, Jisungie?"
"TIDAK MAU!!!"
***
_81_
KAMU SEDANG MEMBACA
[ALL X JAEMIN] OUR JAEMIN
Fanfiction⚠️‼️ B X B ‼️⚠️ ‼️Don't Like Don't Read‼️ Na Jaemin, 22 tahun, Guru TK. Karena kendala uang, dia harus rela pergi dari kontrakan kecil miliknya dan mencari tempat tinggal baru dengan uang yang terbatas. Malam itu saat dia sedang mencari tempat tingg...