Perkara Sweater

470 18 1
                                    

Sekitar setengah jam orang-orang berteduh di halte bus itu, kini hujan sudah mulai reda dan satu per satu pun segera meninggalkan tempat berteduh mereka dan melanjutkan perjalanan yang sempat tertunda karena Hujan. Genggaman tangan itu pun terlepas lalu Gema melangkah mendahului Naya ke motornya kemudian Naya menyusul, tak lama Gema pun menjalankan motornya menembus rintikan hujan namun tak sederas tadi. Motor Gema membelah jalanan yang basah akibat air hujan dan juga deruan angin setelah hujan membuat keadaan semakin dingin.
Tak lama motor Gema sampai pada halaman rumah Naya, dan Naya pun segera turun dari motor Gema.

" Singgah dulu yuk Gema," ajak Naya.

" Nggak usah," jawab Gema yang berada di atas motornya.

" Ya sudah, ini jaket kamu. Terima kasih untuk semuanya hari ini," ucap Naya membuka jaket hitam Gema lalu memberikan nya ke Gema.

Gema lalu mengambilnya dan memasangnya lagi karena memang ia sedikit kedinginan apalagi sudah hujan, Gema pun bersiap pulang namun Naya tiba-tiba teriak memanggil nama Gema.

" Apa?" Tanya Gema heran ke Naya.

" Gawat Gema, gawat banget."

" Hah?" Tanya Gema membeo karena kebingungan sama Naya yang tiba-tiba heboh.

" Gawat, cinta ku sama kamu semakin besar," ucap Naya di iringi senyum manis nya membuat Gema bengong melihat tingkah Naya.

Gema pikir ada hal serius apa yang buat Naya bilang gawat ternyata, Naya menggombal.

" Nggak mempan," ucap Gema.

" Di mulut bilang nggak tapi sikap nya, hmm kok lain ya?" Sindir Naya.

Apalagi belum genap loh setengah hari Gema menggenggam tangan Naya tiba-tiba kini keluar lagi kalimat nyelekitnya. Emang Gema selalu aneh.
Gema mendengar sindiran Naya hanya terdiam, lalu menstater motornya untuk siap meninggalkan rumah Naya.

" Gema, jangan terlalu gengsi ya nanti kehilangan baru menyesal," ucap Naya ketika Gema sudah siap pergi dan Naya hanya tersenyum sedangkan Gema selalu diam lalu kemudian motor besar nya itu pun meninggalkan kediaman Naya dan Naya pun juga berjalan masuk ke dalam rumahnya.

Motor besar itu sampai pada rumah minimalis berlantai 2 itu, Gema memarkirkan motornya di garasi lalu berjalan masuk ke dalam rumah nya dan langsung di sambut oleh bunda nya saat ia berada di ruang keluarga.

" Kamu main hujan-hujanan bang?" Tanya Ratih ketika melihat baju anaknya sedikit basah.

" Iya bund, tasi pas pulang gerimis lagi jadi kena hujan deh," jawab Gema karena memang saat pulang dari rumah Naya gerimis kembali turun saat Gema di tengah jalan, memang tidak deras tapi tetap membasahi.

" Emang kamu dari mana sih bang?"

" Dari rumah teman bund."

" Siapa? Vadi?"

" Bukan, teman yang lain."

" Emang kamu punya teman selain 5 orang itu?"

" Astaga bund, abang punya lah. Emang hidup abang cuman sama 5 orang itu, abang punya banyak teman kok."

" Oh, apa jangan-jangan kamu dari rumah si Laura?" Bunda nya coba menebak.

" Nggak bund, bahkan sudah beberapa hari ini kami tidak ketemu karena beda jadwal ulangan."

" Bagus lah."

" Bund," ucap Gema mengingatkan bundanya.

" Iya iya, bunda ingat kok kalau sekarang Laura pacar abang. Bunda memang mau abang punya pacar tapi kenapa sama Laura sih bang? Bunda nggak srek sama anaknya, tapi kalau abang bahagia sih ya bunda bisa apa. Padahal bunda mau banget kamu sama Naya," ucap Ratih lemah di akhir kalimatnya dan Gema hanya terdiam.

Nayanika ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang