Keputusasaan

611 28 0
                                    

Berjalan di bawah cahaya bulan, di temani angin malam yang menusuk tulang-tulang dan pepohonan yang meliuk-liuk karena terpaan angin. Naya terus melangkahkan kaki nya entah kemana kaki itu akan berlabuh, seakan mengerti dengan keadaan yang terjadi saat ini, ia mengirimkan kedinginan untuk memeluk tubuh itu di tengah kelemahannya. Kaki nya tertatih-tatih dan bulir-bulir air mata terus berjatuhan an membasahi pipi putih itu, Naya terus berjalan tanpa menyadari keadaan sekitar yang gelap hingga Naya melihat sebuah taman di terangi lampu-lampu dan ia pun memutuskan ke sana. Entah kemarin ia tertidur selama di perjalanan atau bagaimana, Naya baru tau kalau di sekitaran Villa nya ada taman.

Naya duduk pada satu bangku panjang, ia pun menumpahkan tangis nya di taman itu sendirian. Naya menangisi nasibnya yang begitu menyedihkan, terabaikan oleh Gema rasanya masih wajar karena mereka tidak ada hubungan darah. Naya hanya orang asing di kehidupan Gema yang memaksa masuk di kehidupan lelaki itu tapi terabaikan dengan orang sedarah bahkan orang yang melahirkan kita rasanya tidak ada sakit di atas nya itu saat ini.

Salah kah Naya meminta sedikit waktu mereka saja? Rasanya tidak karena itu hak Naya sebagai anak tapi kalau di anggap sebagai benalu rasanya sakit sekali bagi Naya, haruskah kalimat menyakitkan itu keluar dari lelaki yang jadi cinta pertama Naya? Papanya adalah cinta pertama Naya sekaligus patah hati pertama Naya juga, Naya saat ini benar-benar kacau. Pikirannya sudah tidak bisa ia kontrol lagi, untuk apa Naya hidup kalau ia hidup tidak ada yang mengharapkan kehadirannya. Naya hadir hanya sebagai benalu saja, di rumah ia benalu untuk kedua orang tuanya dan kalau di sekolahan ia benalu untuk teman-temannya khusus nya Gema.

Mungkin Mati adalah jalan yang terbaik bagi Naya saat ini, kalau hanya Mia,Mira dan mbok Darmi yang sedih dan menangis karena kematian Naya nantinya, Naya yakin seminggu berlalu juga mereka akan baik-baik kembali. Naya memutuskan kembali berjalan semakin menjauhi Villa tempat tinggalnya saat ini hingga ia melihat sebuah jembatan. Naya berjalan mendekati jembatan itu, melihat ke arah bawah ternyata ada sungai kecil di bawah sana dengan banyak bebatuan. Melompat dari sini yang lumayan tinggi sepertinya bisa melayangkan nyawanya. Naya berusaha naik di atas tembok jembatan itu, setelah berhasil naik ia tersenyum menatap langit yang malam ini tak ada bintang yang menghiasi nya hanya ada cahaya bulan itu pun tidak terlalu terang. Seakan semesta paham keadaan hati Naya saat ini, Naya merentangkan tangannya dan siap terjun.

" Jika kabar ku tak sama sekali kalian harapkan lagi, saya harap kabar kematianku masih bisa kalian sedikit terima dan membuat kalian lega karena saya tidak jadi beban lagi di kehidupan kalian bahkan di kehidupan berikutnya, selamat tinggal untuk dunia yang pahit ini."

Mata itu mulai terpejam, bibir itu menyunggingkan senyum menghadap langit dan rentangan tangan itu seakan siap terbang menembus langit malam itu.

Sedangkan keadaan di Villa tengah di selimuti ke khawatiran, jam terus berdetak berganti angka. Sekarang sudah pukul 10 malam namun Naya belum pulang juga, Mia sibuk menelpon Naya tadi nya namun ternyata hp nya ia tinggalkan di sofa tempat terakhir ia duduk sehingga mereka pun sangat khawatir sama keadaan Naya saat ini. Mira sibuk menghubungi mama Naya namun tak ada respon sama sekali, mbok Darmi sudah terus menangis memikirkan keberadaan majikannya itu yang entah dimana apalagi Naya pergi dalam keadaan sedih bahkan sangat sedih.

" Mbak Mir ini gimana? Kita harus cari Naya dimana?" Tanya Mia khawatir.

" Saya juga tidak tau Mia, kita keluar cari Naya saja bagaimana?"

Mia dan mbok Darmi pun mengangguk segera dan mereka bertiga pun memutuskan mencari Naya menggunakan mobil saat itu juga.

" Kira-kira Naya kemana ya? Bagaimana kalau Naya di culik atau hal buruk menimpanya."

" Hush, neng Mia jangan bicara seperti itu,kita doakan saja semoga non Naya sehat dan selamat sampai kita temukan nantinya."

" Iya maaf, tapi saya tidak habis pikir sama orang tua Naya, bisa-bisa nya mereka melontarkan kalimat seperti itu tadi padahal mereka tau Naya butuh semangat saat ini, tapi ini malah di bikin down."

Nayanika ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang