Pojok lantai rumah sakit

502 16 0
                                    

Memang dunia itu tempat melelahkan, tempat nya menguras energi dan juga menguras perasaan. Selalu ada yang buat kita lelah karena kita masih terus berjuang entah berjuang menuju kesuksesan, berjuang keluar dari hal yang buat kita tidak merasa nyaman dan bahkan berjuang melawan penyakit dan semua itu butuh energi sehingga kita mudah merasakan lelah.
Naya pun saat ini juga tengah berjuang melawan penyakit nya dan rasa yang buat ia sakit, selelah-lelah nya Naya saat ini harapan kuat untuk keluar dari rasa tidak nyaman ini selalu ada sehingga ia masih semangat terus berjuang.

Saat ini Naya duduk di atas ranjangnya  pukul setengah 4 sore menghadap jendela ruang rawat nya sambil melihat pemandangan langit dari balik jendela, Naya tengah menelpon sama mama nya yang tiba-tiba menelpon nya.

" Bagaimana keadaan mu Nay?"

" Baik ma, kalau mama sama papa bagaimana keadaan nya dan kalian di mana?"

" Kami juga baik dan kami baru tiba di Singapura dan sedang dalam perjalanan menuju hotel. Kamu sudah keluar dari rumah sakit?" Naya terdiam sejenak mendengar kalau mamanya kembali tidak menjenguk nya dan memilih ikut dengan papa nya yang sedang bekerja.

" Belum ma," jawab nya pelan.

" Ya berarti kamu belum membaik dong kalau masih di rumah sakit, kalau kamu sudah keluar baru bisa di katakan membaik, bagaimana sih kamu Naya," omel mama nya dari balik handphone.

" Hehehe, maaf ma karena Naya sudah merasa agak baikan sih," jawab Naya berusaha tertawa namun hati nya sakit.

" Terus kenapa tidak minta dokter untuk pulangin kamu saja ke rumah? Kamu betah di rumah sakit?"

" Ya nggak la ma, nggak ada enak-enak nya tinggal di rumah sakit, semua nya bau obat tapi Naya masih belum di izinkan pulang makanya masih di sini walau Naya sudah merasa agak baikan karena dokter Riko masih mau terus merawat Naya."

" Ya terserah kamu lah."

" Mama sama papa kapan pulang? Naya kangen."

" Jangan mulai lagi deh Naya, kamu tau papa mu sibuk. Berobat saja dulu yang bener, nanti kalau ada waktu mama sama papa pulang."

" Bagaimana kalau Naya yang duluan pulang dari pada mama sama papa."

" Ya tungguin kami di rumah lah."

" Maksud Naya pulang ke pencipta ma."

Seketika hening terjadi, tidak ada jawaban dari mama Naya sampai beberapa detik baru mama Naya berbicara lagi.

" Jangan bicara sembarang, dokter Riko itu terkenal hebat mengobati pasien kanker nya, sudah banyak pasien nya yang sembuh di tangan nya jadi kamu ikuti saja perintah dokter Riko dan jangan bandel selama berobat."

" Tapi kematian itu tidak mengenal sehebat apa dokter ma, kalau memang sudah waktu nya ya tidak bisa di tolak. Naya sudah sangat lelah ma berjuang, Naya butuh kalian menemani Naya."
Air mata Naya sudah menetes.

" Jangan cengeng Naya, itu takdir kamu ya kamu harus menjalani semua nya. Sudah dulu ya, mama sama papa sudah sampai di hotel, kamu berobat yang baik saja dan jangan yang aneh-aneh di situ."

Kemudian sambungan telpon itu pun terputus dan Naya menurunkan Hp nya ke ranjang dan ia menangis tersedu-sedu , ia menutup muka nya dengan telapak tangan sambil terus menangisi nasib nya yang sangat menyedihkan ini. Kenapa orang tua nya benar-benar tega sama diri nya? Kadang Naya berpikir sebenarnya ia anak kandung atau anak pungut? Karena perlakuan orang tua nya ke diri nya sangat jauh dari mencerminkan sikap ke anak kandung walau dulu mereka hangat ke diri nya tapi ya tetap papa nya sibuk bekerja tapi semenjak ia sakit mama nya juga mulai sibuk seperti papa nya atau mereka tidak bisa menerima Naya dengan keadaan seperti ini? Lagi-lagi perasaan Nay terluka dan beruntung hanya mbok Darmi yang menemani nya sehingga Naya bebas menangis karena kalau mbok Darmi hanya membiarkan Naya menangis karena ia tidak tau harus bersikap apa ke nyonya muda nya.

Nayanika ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang