Birthday party

419 18 0
                                    

Acara ulang tahun Aska terus berjalan dan malam semakin larut dengan menikmati pesta yang tersaji, musik yang menggema di penjuru ruangan membuat kebanyakan tamu bergoyang mengikuti irama sambil mencicipi minuman dan makanan yang sang punya acara sediakan. Aska masih sibuk menyapa teman-teman nya yang datang di acara nya karena tamu nya bukan hanya dari sekolahan nya tapi ada beberapa orang dari sekolahan nya tapi tidak begitu banyak namun saat menyapa tamu-tamu nya Aska selalu mencuri-curi pandang pada seseorang yang membuat ia terpesona malam ini.
Sedangkan di depan toilet sedang ada Gema yang menyendiri dengan mengepulkan asap rokoknya sambil bersandar di tembok.

" Eh Gema mana, kok tu anak menghilang?" Tanya Fandi di saat mereka masih duduk bersama Naya dan Mia.

" Nggak tau atau dia menjemput Laura?"

" Kayaknya untuk menjeput Laura tidak karena Gema tadi bilang Laura nggak datang malam ini, katanya ada acara juga sama keluarga nya," jawab Vadi.

" Bagus lah, setidaknya suasana bisa aman kalau dia nggak ada."

" Gue cari Gema dulu," ucap Eric kemudian beranjak dari tempat duduknya.

Hati Naya sedang senang kali ini mendengar Laura tidak datang, bukan karena ia tidak suka Laura tapi Naya cuman tidak mau kalau Laura datang terus buat kacau pesta lagi dengan mengolok-olok diri nya dan Mia. Naya dan Mia larut dalam suasana pesta yang semakin panas karena sudah banyak teman-teman nya yang berjoget di depan nya entah cewek atau cowok, semua berbaur.

" Turun yuk," ajak Leo.

" Duluan aja," jawab Vadi.

" Naya, Mia, ayo joget."

" Heheh nggak dulu deh."

" Ya lo mah pada nggak asik, Fandi ayo." Fandi pun menemani Leo turun ke lantai untuk berjoget bersama yang lain.

" Kok nggak turun Vad?"

" Nanti saja atau lo mau di tinggal berdua di sini dan ada cowok yang datangin lo berdua lagi?" Mia dan Naya kompak menggeleng.

" Makanya gue nggak ikut karena jagain lo dulu."

" Terima kasih ya," jawab Naya dan Mia lagi bersamaan.

Eric berjalan menyusuri ruangan Bar ini sampai ia berjalan ke arah toilet dan barulah ketemu sosok yang ia cari dari tadi masih bersandar di tembok dan asap rokok nya kian mengepul dan Eric pun mendekati Gema yang sedang mendongak.

" Ngapain lo sendiri di sini?" Tanya Eric membuat Gema menatap nya.

" Ngerokok."

" Kan bisa di dalam."

" Gue lagi mau di sini."

" Bukan karena Naya kan lo di sini?" Gema memicingkan matanya mendengar pertanyaan Eric.

" Kenapa bawa-bawa dia?"

" Ya nggak tau, feeling aja gitu."

Eric mengeluarkan rokok nya juga kemudian menemani Gema merokok.

" Menurut gue sih, kalau memang lo ada rasa sama Naya ya perjuangin lah, nggak usah gengsi bro. Bukan karena mengakui perasaan ke cewek kok yang buat kita lemah tapi malah karena kita tutupi perasaan kita ke cewek yang kita suka yang malahan buat kita lemah sebagai cowok karena kita tidak bisa tegas sama perasaan kita sendiri," ucap Eric tiba-tiba membuat Gema menatapnya intens.

" Dulu lo sama putri bagaimana bisa jadian?"

" Dulu putri sama seperti Naya, dia yang ngejar-ngejar gue karena lo tau kita hampir mirip, dingin dalam berekspresi. Putri teman gue dari SD makanya kita dekat sampai SMP kita satu sekolahan lagi dan dia mulai di situ selalu cari-cari kesempatan dekat sama gue bahkan dia sama seperti Naya suka mengungkapkan perasaan nya namun gue cuekin terus karena gue nggak ada rasa sama dia malah gue illfeel karena gue merasa ini cewek nggak tau malu banget apa ngejar-ngejar cowok tapi dia cuek saja dan terus mendekati gue sampai tamat SMP kita pisah sekolah. Gue awalnya biasa saja pisah sama dia tapi lama-lama gue kok merasa ada yang hilang ya di diri gue sampai pas kita mau naik kelas 2 SMA gue nggak sengaja ketemu dia lagi jalan sama cowok dan entah kenapa dada gue bergemuruh di saat itu, ada rasa sakit yang tak bisa gue jelaskan apalagi saat gue lihat dia tersenyum dan baik-baik tanpa gue, membuat gue marah rasanya. Setelah itu gue renungi perasaan gue ke dia, bagaimana gue kalau ada dia dan gue merasa senang dan nyaman selama Putri dulu dekat sama gue tapi mungkin dasar nya gue yang bodoh dalam mengekspresikan rasa jadi lah seperti ini. Setelah gue pahami mau gue, pulang sekolah dulu gue nekad datang ke sekolahnya dan pas dia mau pulang dia kaget melihat gue di depan gerbang nya dan gue langsung samperin dia dan minta waktu untuk bicara dan syukurnya dia mau. Gue ajak masuk ke mobil karena gue sengaja datang menjemput dia pakai mobil, gue langsung saja jujur di situ tentang perasaan gue yang selama ini gue tutup-tutupi membuat dia kaget namun waktu itu gue memohon di kasi kesempatan dan akhirnya ia luluh juga karena memang dia masih menyukai gue tapi karena kita beda sekolah dia belajar ikhlas menjauh dari gue tapi mungkin sudah takdir dan gue sadar ya akhirnya kita bersama sampai saat ini."

Nayanika ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang