Liburan singkat

598 32 0
                                    

Apapun itu, jika di lakukan dengan orang yang kita sayang akan terasa berbeda dan special. Menu sederhana yang bahkan Naya tidak pernah makan selama ini, terasa sangat mewah dan enak saat ini, di saat ia makan bersama Gema. Duduk bersila dengan berhadapan bersama Gema di sebuah gazebo tua seakan mengalahkan dinner di sebuah restoran mewah. Mereka makan dalam diam namun mata Naya tak berhenti menatap Gema yang makan tanpa merasa terganggu akan kehadiran Naya, angin laut menerbangkan beberapa helai rambut Gema membuat kadar ketampanannya semakin meningkat dan jantung Naya sudah bertalu-talu di dalam sana seakan ingin mengalahkan kerasnya deburan ombak di pantai ini.

" Aku tidak akan menyesal jika tuhan akan mengambilku saat ini juga karena aku sudah senang sekali walau hanya makan berdua di tempat sederhana ini sama kamu Gema," batin Naya yang masih menatap Gema hingga Gema mengangkat wajahnya karena sudah selesai makan.

" Lo nggak suka makanan nya?" Tanya Gema heran karena melihat makanan Naya masih banyak sedangkan dia sudah kenyang dan Naya segera menggelengkan kepalanya dan langsung melahap makanan nya yang tertunda tadi karena sibuk memandangi ciptaan tuhan bernama Gema.

Setelah menyelesaikan makan siang nya, mereka berdua masih setia berada di atas gazebo itu. Naya duduk mengayun-ayun kan kakinya di tiang gazebo sebelah kiri sedangkan Gema duduk di sebelah kanan sambil mengayun-ayunkan juga kakinya sambil menatap laut. Mereka di selimuti keheningan, entah kenapa lidah Naya tiba-tiba keluh dan hanya bisa menikmati saja setiap kebersamaan nya dengan Gema saat ini karena ia tidak tau apakah besok ia masih bisa melewati hari bersama Gema berdua karena kalau di sekolahan Gema benar-benar berbeda. Di sekolahan ia begitu dingin tapi saat ini, berdua dengan Naya, Gema tampil berbeda lagi, demi hangat di banding di sekolahan. Apakah ini sifat asli sesungguhnya Gema?

Sekitar jam 1 siang, beberapa bapak-bapak melintas tak jauh dari tempat Gema dan Naya istirahat. Bapak-bapak itu berjalan ke pinggir pantai, Gema langsung mengajak Naya mengikuti bapak-bapak itu yang sudah agak jauh dari mereka.

" Permisi pak, boleh tanya sebentar," pinta Gema.

" Iya ada apa?"

" Kalau boleh tau, bapak-bapak ini mau kemana ya?"

" Kami mau pergi panen rumput laut karena seperti yang kalian lihat, laut sedang surut dan cuaca juga cerah di kami akan bergegas memanen nya. Memangnya ada apa ya?"

Gema pun mulai menjelaskan kalau ia ada tugas dari sekolah untuk meneliti tentang tumbuhan laut dan kelompok Gema memilih tentang rumput laut dan Gema berhara bisa di izi kan ikut melihat proses pemanengan rumput laut untuk bahan tugas sekolahnya dan bapak-bapak itu pun mengizinkan Gema dan Naya. Naya pun antusias sekali mendengar dapat izin dari bapak-bapak itu karena ini jadi pengalaman baru lagi bagi Naya. Mereka semua pun berjalan ke tempat budidaya rumput laut dan tak lama proses pemanengan pun terjadi oleh bapak-bapak itu, di saksikan langsung oleh Naya dan Gema dan tak lupa Naya abadikan momen itu melalui lensa kamera handphone nya.  Pemanengan rumput laut dilakukan dengan cara memetik thallusnya sambil meninggalkan sebagian thallus pada substratnya, agar nantinya tumbuh kembali dan dapat dipanen pada musim panen berikutnya. 

Sekitar setengah jaman melihat proses panen rumput laut dan sudah mendapatkan juga rumput laut, Naya dan Gema pun berterima kasih ke bapaknya dan tak lupa membayar rumput lautnya karena mereka beli rumput laut itu dari petani rumput laut tersebut, dan mereka pun izin pamit duluan karena mereka akan balik lagi ke Jakarta.

" Jadi kita akan pulang sekarang?" Tanya Naya saat mereka balik dari pinggir laut tadi.

" Memang nya lo mau tinggal apa?"

Naya cemberut mendengar ucapan Gema, selalunya Gema mengeluarkan kata-kata nyelekit.

" Iya, aku mau tinggal asal sama kamu juga," jawab Naya dengan cengengesan membuat Gema memutarkan bola matanya jengah mendengar kata-kata Naya yang selalu menggodanya.

Nayanika ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang